[2] Arka dan Leluconnya

67 5 0
                                    


Kamu akan mengenalku sebagai lelaki yang selalu suka memberi lelucon. Tanpa kamu sadari, aku tidak pernah bercanda ketika berkata bahwa aku menyukai senyumanmu. – Arkana.

*

Arka menahan tawanya ketika melihat Bimo tampak mondar-mandir di lobby kantor. Ia dimarahi oleh Ali dan kini membela Arka karena alasan yang di karang oleh lelaki itu. setelah ia berteriak seolah ia menerima kabar mengejutkan dari sahabatnya yang mana akan memancing obrolan di grup yang tidak ada udahnya, Arka kini di bela mati-matian oleh Bimo.

"Lain kali, gue gak mau siaran lama-lama. Jalanan deket rumah gue lagi di benerin dan harus memutar lebih jauh. Gue gak bisa selalu pulang malam. Ditambah jadwal siaran gue ada dua. Lo harus mikir belasan kali untuk bujuk gue, Bim." ujar Ali panjang lebar yang semakin memancing tawa tertahan dari Arka.

Ali menoleh dan mendapati Arka yang menyembunyikan tawanya dengan cengiran lebar khas miliknya. Arka menggumami kata 'sorry' kearah Ali dan lelaki itu hanya mendengus kesal.

"Hanya untuk kali ini aja, Al. lagian, gue juga kaget denger kabar dari Arka kalo temennya hamil dan berada di luar negeri. Kasian jadinya gue. Mau gimana lagi." Bimo menepuk bahu Ali seakan menenangkan lelaki yang kini memasang wajah kesal itu. tiba-tiba, Bimo teringat sesuatu. "Besok pagi, ada cewek yang gantiin siarannya Riyo. Lo boleh santai sebelum siaran. Gimana?" tawar Bimo yang membuat Ali menoleh dengan dahi berkerut.

"Penyiar baru? Lo yakin dia bisa?" tanya Ali yang diangguki oleh Bimo.

"Dia udah biasa isi podcast. Cocok banget buat isi siarannya Riyo. Tuh anak kan, kalo siaran suka kaku. Apalagi pas bacain pesan dan kesan dari pendengar cewek. Duh... mau gila rasanya gue." keluh Bimo yang mendapat atensi dari Arka.

"Harusnya lo ganti jabatan dengan Rania. Lo kan' jurusan penyiaran, Bim. Gak ada urusannya di bagian pemasaran. Gimana sih?" timpal Arka yang justru mendapat jitakan halus dari Ali.

"Udah. Itu urusannya Bimo sama Pak Saf dan Rania. Kita bisa apa. Lagian, lo tanem saham disini apa? Kan' kagak."

Arka mencibir begitu mendengar ucapan Ali. Telinganya sudah mendengar spot iklan terakhir sudah terputar, buru-buru ia kembali siaran dan meninggalkan Bimo dan Ali di lobby.

***

Arka masuk ke ruangan siaran dengan menguap dan langkahnya yang gontai. Ia menemukan Bimo masih di dalam ruang siaran dan membenahi beberapa alat di broadcast board. Siaran terakhir diisi oleh Bimo karena Mas Didit yang harusnya mengisi 'Midnight News' harus absen karena istrinya sedang melahirkan.

"Bim, gue numpang tidur, ya." ujar Arka sambil merebahkan tubuhnya di lantai setelah membentangkan selimut corak Bob Marley miliknya.

"Kebiasaan. Yang siaran pagi entar bukan gue, Ar." ujar Bimo masih dengan kesibukannya.

"Ah, palingan juga Riyo yang dateng pagi. Biasanya juga gitu. Gue tidur dulu dah. Udah lama begadang gue."

"Ye.. dibilangin malah batu. Besok yang siaran bukan Riyo." ujar Bimo namun kali ini ia tidak dapat jawaban dari Arka.

Begitu Bimo menoleh, ia sudah mendapati Arka tertidur di lantai dengan mulut terbuka. Bimo ingin melempar sepatu kearah Arka namun teringat jika hal itu adalah sia-sia karena Arka sudah seperti pingsan jika tidur. Maka Bimo biarkan Arka berada disana dan menunggu apapun yang akan terjadi besok.

Keesokan paginya Arka terbangun karena lantunan music di dalam ruang siaran. Biasanya Riyo akan memutar lagu bergenre Electric namun kali ini justru terputar lagu genre Pop. Arka membuka matanya seraya menggeliatkan tubuhnya di lantai dan memperhatikan sekitar yang tidak berantakan sama sekali.

Arka's ValentineWhere stories live. Discover now