Pelantikan

36 15 29
                                    

Apabila diri merasa tersesat, hati merasa gundah. Maka lekaslah kembali ke masa lalu. Pikirkan tujuan yang akan diraih, hingga sampai di masa sekarang. Lalu rencanakan masa depan.

***
Akhir-akhir ini seluruh orang di pesantren tampak sibuk mempersiapkan pelantikan. Sementara aku hanya memikirkan satu hal. Selepas pelantikan pemakaian ponsel pasti akan dibatasi!

Aku meneliti seluruh sudut pondok pesantren. Lalu dengan santai duduk
di dekat empat senior yang kabarnya akan dilantik menjadi pengurus bidang keamanan.

Aku diam-diam mencuri dengar. Mencari kebenaran dari rumor yang beredar, jika pemakaian seluruh alat elektronik akan mendapat pembatasan.

"Antum, Puji Haryono, sini!" Salah satu senior berjidat lebar memanggilku dengan sedikit berteriak.

"Iya, saya?" jawabku bingung. Kenapa pula dipanggil.

Aku beranjak dan mendekati mereka. Tak lupa bersikap senormal mungkin, khawatir mereka akan curiga jika ada santri yang sedang menguping pembicaraan.

"Antum alumni SMK TKJ 'kan?" tanya Ridwan. Kabarnya dia yang akan menjabat jadi lurah pondok.

Aku mengangguk sebagai jawaban. Tanpa mengeluarkan suara.

"Berarti antum bisa bikin website?" tanya senior lainnya.

"Nanti tolong buatkan website untuk pondok, ya. Abah yang minta, tapi kami sama sekali gak bisa."

"Siap, siap." Aku meyakinkan mereka jika hal seperti itu sangat mudah dilakukan. Padahal materi pelajaran semasa SMK hanya menyinggung sedikit tentang website.

Namun, semua itu bukan masalah besar. Toh, aku bisa mencari tutorial membuat website di internet.

***

Acara pelantikan berlangsung khidmat. Aku dan grup hadrah membuka acara dengan lantunan sholawat. Beruntung kali ini pikiranku tak terpecah. Hingga teman-teman grup hadrah tidak lagi marah seperti kejadian satu pekan lalu.

Tiba saatnya pengurus bidang keamanan membacakan peraturan terbaru. Benar saja. Pemakaian ponsel hanya diperbolehkan satu kali dalam seminggu. Adapun laptop hanya boleh dipakai ketika perkuliahan.

Apa kabar tugas-tugas kuliah? Apa kami akan terbebas dan dianjurkan fokus menghafal Al-Qur'an?

Aku berdiri sembari mengangkat tangan, meminta tolong interupsi.
Setelah dipersilahkan untuk berbicara. Aku keluarkan unek-unek yang tadi bersarang di dalam benak.

Akhirnya mereka memberi sedikit keringanan dalam penggunaan laptop. Yakni diperbolehkan memakai laptop selama untuk mengerjakan tugas kuliah.

Puluhan wajah lega tampak memenuhi aula. Santri di sini memang tidak mencapai angka ratusan, tapi dengan begitu kami bisa lebih cepat saling mengenal.

"Alhamdulillah, seluruh pengurus sudah mengumumkan peraturan dan program kerja yang akan dilaksanakan. Selanjutnya akan ada bidang baru dalam kepengurusan di Baitul Qur'an ... Puji Haryono akan menjadi pengurus bidang teknologi dan Muslimin akan menjadi wakilnya." Abah dengan tegas mengumumkan gebrakan baru dalam kepengurusan pesantren.

Pembawa acara memanggilku dan Muslimin untuk naik ke atas panggung. Aku melangkah dengan pasti. Namun, hati gelisah.

Apa yang harus dikatakan ketika sudah berada di atas panggung? Para calon pengurus lain telah mempersiapkan diri sebaik mungkin, sedangkan aku ditunjuk secara mendadak.

Aku berusaha untuk tak gugup. Meski tak dapat dipungkiri, jika badan ini terasa panas dingin. Sepanjang perjalanan menuju panggung telingaku menjadi lebih sensitif. Seakan terdengar cibiran dari teman-teman. Entah ini halusinasi atau memang kenyataannya seperti ini.

"Puji 'kan anak baru, di sini. Belum juga ada setahun mondoknya. Ko bisa, ya dijadiin pengurus?" Suara-suara bisikan seperti itu bagaikan angin yang berhembus ke telinga dan menembus tajam ke dalam hati. Namun, aku tetap melangkah pasti, tanpa menoleh ke kanan dan kiri.

Setelah berada di atas panggung kusisiri seluruh wajah-wajah santri. Ada kebencian pada sorot mata itu. Entah, apa lagi-lagi aku hanya berhalusinasi. Ataukah memang benar nyatanya. Mereka tidak suka aku menduduki posisi sebagai pengurus.

  Azam Om Jie [TAMAT]Where stories live. Discover now