Berhembus Kembali - Bagian 1

1.1K 136 18
                                    

Berhembus Kembali-1

Keesokan harinya, Itzan menjemput Lexi sesuai jam yang sudah diperintahkan sang mama. Lelaki itu menelan saliva, menatap Lexi yang baru keluar rumah menemuinya. Itzan menilik penampilannya. Celana skinny jeans biru tua dan hoodie berwarna hijau army yang tadi dikembalikan Lexi.

Sebenarnya tidak ada masalah. Lagian, ini cuma undangan premiere film, kan? Bukan acara debat parpol. Namun, yang mengganggunya adalah apa yang dikenakan Lexi.

Dress brukat peach selutut dengan potongan sederhana, slingbag hitam, deutch waterfall braid. Oh, sebenarnya bukan sebuah kesalahan juga pakaian yang dikenakan Lexi. Gadis itu tidak berdandan berlebihan. Semua pas.

"Lo... gak bisa gitu pakai celana aja?" celetuk Itzan.

"Hah? Kenapa? Aku salah kostum, ya? Duh, Kak Chelsea yang tadi pilihin baju, ini yang dandanin juga dia. Aku... keliatan berlebihan ya? Duh, iya ini yang aku kayak mau ke kondangan aja," cerocos Lexi, terlihat begitu risau pada apa yang ia kenakan.

Senyum tipis Itzan terbit. Ia maju selangkah, mendekati Lexi yang menunduk menatap dress lengan pendeknya.

"Gak kok. Lo gak berlebihan," ucap Itzan, "Masalahnya, gue bawa motor. Gak mungkin gue bonceng lo yang pakai dress bagus gitu, kan? Rambut lo bisa berantakan juga ketiup angin."

Lexi mendongak, menatap Itzan dan motor di belakang Itzan. Ah, iya juga.

"Eum... okey deh, aku ganti baju dulu. Kamu mau masuk nemenin aku ganti baju, gak?"

"Nemenin?"

"Iya. Nemenin aku."

"Nemenin lo ganti baju?"

Astaga! Kenapa sih, sama mulutku akhir-akhir ini. "I mean, kamu nemenin masuk aja, di ruang tamu. Aku ganti baju sendiri. Di rumah gak ada orang. Aku takut."

"Gue juga takut kalau gitu." Itzan menggumam.

"Sorry?"

Itzan menghela udara. "Di rumah lo gak ada orang, kan? Nah gue takut kalau...I don't know maybe somehow there's a ghost whispering at me to do something I shouldn't do to you."

Lexi mengernyit, menatap Itzan dengan tatapan menyelidik. "Something like what?"

"Like..." Aduh, masa iya gue jelasin kalau gue bisa aja nyelepet dia? "Robbed you, maybe."

Lexi tertawa ringan mendengar jawaban Itzan. "Itzan, di rumah aku udah gak ada apa-apa. Semua benda-benda berharga udah dijual untuk bayar utang. So, no. You can't robbed me."

Tangan kanan Lexi terulur, menarik lengan Itzan. Namun, Itzan enggan beranjak. Astaga! Aroma sedap malam gadis di depannya ini, mendadak mengajak ingatan Itzan kembali pada sore sepulang ekskul tinju lebih dari sebulan yang lalu. Ketika samar terdengar Lexi melenguh atas sentuhan Aldeva di locker room. Astaga! Begadang baca ulang novel The Perfect Reason bikin gue agak—

"Gue pesen taksi online aja, gimana? Gue titip motor gue di rumah lo?" celetuk Itzan, pelan menepis tangan halus Lexi dari lengannya. Diraihnya ponsel milik lelaki itu dari saku jaket, kemudian tanpa menunggu persetujuan Lexi, Itzan sudah memesan taksi online.

**

Dua puluh menit kemudian, Itzan dan Lexi sudah berada di dalam taksi online yang mengantar mereka ke bioskop. Lexi mencebik, kesal karena Itzan memilih duduk di depan bersama driver. Iris gadis itu tak henti menatap interaksi akrab antara Pak Doni—driver taksi, dengan Itzan. Perlahan, kerucut di bibir Lexi pudar. Berganti dengan senyum tipis saat Itzan menanggapi cerita Pak Doni tentang MMA Awards. Bahkan, si rambut pirang ikut terkekeh saat Itzan memeragakan gaya tinju salah satu peserta MMA.

Breakeven (Ex, Lover, Enemy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang