Chapter 4: Unbothered

477 99 17
                                    

LASKAR

"Arsen bisa-bisanya ngasih tau gue jalan sama Annette pas udah balik."

Mark meletakkan hapenya lagi sambil geleng-geleng kepala. Selama beberapa saat dia fokus sama makanannya, tapi kemudian dia melirik gue penuh kecurigaan.

"Lo tau?"

"Tau. Gue kira lo juga udah tau jadi gue diem aja."

Mark memutar mata. "Jadi yang nonton sama dia tuh Annette?"

"Iya."

"Yang maunya duduk di ujung?"

"Iya."

"Hah, mereka pacaran?"

Gue heran kenapa Mark bisa gak keselek meskipun makan sambil ngomong. "Enggak," balas gue santai. "Nonton doang..."

Dia yang tadinya udah mau heboh langsung menenangkan diri lagi dan fokus makan. Gue pun melakukan hal yang sama, sesekali ngelirik Mark siapa tau dia masih ngomel-ngomel dalam hati—yang cuma tergambarkan dari ekspresi jengkelnya.

Gue bisa santai karena bukan baru tau sekarang kayak Mark. Gue udah tau dari tadi. Di internet area disamperin Arsen yang nanya "Jadi kan?" ke Annette yang ngulur-ulur ajakan makan siang gue karena ternyata mau pergi sama dia.

"Oh lo nonton sama Annette?"

"Hehe. Jangan kasih tau Mark ya, gue belom bilang soalnya."

"Anjir—"

Anjir. Kata itu terulang dalam hati gue.

Gue mikir terlalu jauh mengira cewek yang Arsen ajak nonton adalah cewek dari jurusan lain—bahkan fakultas lain—karena koneksi dia di mana-mana. Tapi ternyata, deket banget yaitu cewek yang tadi pagi berangkat sama gue.

Annette.

"Lo kemarin sama Annette seharian ngapain aja? Masih hangover kan dia?"

Gue mengerjap sadar dari lamunan. "Hah?"

"Lo kemarin di apartemen Annette ngapain..." Mark mengulang pertanyaannya. "Apa lo gak stres juga ngurusin dia mulu."

"Stres lah. Apalagi waktu jemput dia, ngomongnya ngawur banget."

Mark ketawa. "Ngomong apa aja?"

"Pengen piara singa, pengen kaya, tiba-tiba bilang lagi di Taman Safari abis ngasih makan llama...gue sumpel pake janji dibeliin yogurt."

"Makin random aja tuh anak. Tapi tetep paling epic waktu ngomongin dinosaurus."

Kepala gue nyut-nyutan bahkan cuma dengan nginget kejadian itu. "Gak akan gue ladenin lagi..."

"Tapi Kar,"

Omongan Mark berhenti dengan sendirinya karena gue bangkit buat beresin bekas makan gue dan cuci tangan ke luar. Selagi cuci tangan gue mengulur-ulur waktu, memikirkan kemungkinan apa aja yang bakal Mark omongin, dan harus gue jawab apa.

Kata 'tapi' di depannya itu menggambarkan topik yang akan diomongin bertolak belakang sama yang sebelumnya. Bisa apapun.

Gue balik lagi ke kamar Mark sambil menghela napas, "Lanjutin, lo mau ngomong apa."

"Tapi lo bakal baik-baik aja kan?"

"Emang kenapa?"

"Kalo Arsen sama Annette."

Gue terdiam sebentar.

"Emang apa hubungannya sama gue?"

"Gapapa. Gue khawatir aja lo berpikiran Annette sama lo kalo dia ada butuhnya doang..."

PLAYING WITH FIREWhere stories live. Discover now