++++++++++
Langit biru dengan berhiaskan awan-awan putih yang berarak-arak. Menghalangi sebagian sinar matahari untuk menyinari bumi. Angin bertiup sepoi-sepoi membuat udara sekitar terasa sejuk. Burung-burung kecil berterbangan kesana-kemari dengan kicauannya yang merdu menambah suasana damai.
Alic meletakkan tasnya diatas meja belajarnya. Dia bergegas mengganti seragam sekolahnya dengan kaus. Setelah membersihkan dirinya, dia membaringkan tubuhnya diatas kasur dengan kaki menjuntai kebawah. Ditatapnya langit-langit kamarnya sebelum akhirnya menguap dan meregangkan tubuhnya.
"Sudah lama aku tidak menikmati tidur siang yang damai." Gumamnya dan menutup matanya.
Belum sempat dia menggapai alam mimpi, suara ketukkan pintu mengganggunya. Dia mendudukkan dirinya dan menatap pintu kamarnya kesal. Namun bukannya berhenti, tapi suara ketukkan pintunya semakin kencang.
"Alic, kau didalam? Keluarlah!" Ucap seseorang dari luar.
Tanpa bertanya pun, Alic sudah tau siapa pelakunya. Dia berjalan mendekati pintu dan membukanya dengan kencang.
"Apa?" Tanya Alic galak.
Dan benar saja. Seperti dugaanya, dia melihat Aiden yang tampak terkejut dengan kemunculan mendadaknya. Satu fakta tentang Aiden. Seperti yang pernah dikatakannya, dia tidak pernah membuka pintu kamar Alic bahkan saat sudah diizinkan. Saat pintunya terbuka sedikitpun dia akan mengetuknya lebih dulu. Tapi kebiasaannya dengan Likalio yang selalu memasuki rumah lewat jendela belum berubah.
"Aku tidak mendengar suara apapun dari dalam. Ku kira terjadi sesuatu denganmu. Karena itu aku hanya ingin memastikannya." Jawab Aiden. "Lagipula kenapa kau meminta kita berkumpul disini?" Tanya Aiden melipat kedua tangannya.
"Oh. Sudah berkumpul semua?" Tanya Alic tanpa menjawab pertanyaan Aiden lebih dulu.
"Kurang si pemburu vampir." Jawab Aiden menyingkir dari hadapan Alic. Kini Alic dapat melihat pemandangan didepannya yang hanya berisi para pria tampan yang tengah asik dengan dunianya masing-masing, minus Zura dan Arick.
"Hey, kau belum menjawab pertanyaanku." Ucap Aiden.
"Pertanyaan? Yang mana?" Tanya Alic balik.
"Kenapa kau menyuruh kita berkumpul disini?" Tanya Ren mengulang pertanyaan dari Aiden tadi.
"Ah. Itu karena ada tamu yang akan datang." Jawab Alic setelah mengingat tujuannya.
"Tamu? Satu, dua, atau lebih? Laki-laki atau perempuan?" Tanya Ren menyelidik.
"Bukankah seharusnya kita pergi, ya? Bukannya malah berkumpul?" Tanya Aiden menambahi.
Alic menghembuskan nafasnya kasar. "Dua orang. Laki-laki dan perempuan. Mereka datang kesini karena ingin bertemu dengan kalian semua." Ucap Alic menjawab semua pertanyaan yang ada.
Alic melangkah menuju dapur dan diikuti oleh kedua pria itu. Dia membuka kulkas dan mengambil sebotol air putih.
"Memangnya siapa mereka? Kenapa ingin bertemu dengan kita?" Tanya Ren penasaran.
"Aku tidak tau. Kita akan mengetahuinya setelah mereka sampai." Jawab Alic sok misterius. Menuangkan air putih kedalam gelas dan meminumnya.
"Apakah mereka begitu penting?" Tanya Likalio ikut nimbrung.
Alic meletakkan gelas yang telah kosong dimeja. "Aku yakin kalau kau akan menarik kembali pertanyaanmu setelah mereka datang." Ucap Alic tanpa memberikan jawaban yang jelas.
Tidak selang lama, terdengar ketukkan dari pintu depan. Hampir seluruh perhatian teralihkan oleh suara itu. Erlin yang memiliki indera penciuman yang lebih tajam dari saudara-saudaranya sampai berdiri dan menatap pintu depan dengan pandangan yang sulit diartikan.
YOU ARE READING
The Vampire
Fantasy[Hiatus] Seorang gadis lugu berusia sekitar 17 tahun mendapatkan peliharaan baru. Tetapi bukan hewan peliharaan yang dia dapat melainkan seorang vampir. Karena suatu kejadian, dia harus terikat dengan seorang vampir -yang bahkan tak pernah dia perca...
