part 3. Keep momo

90 7 0
                                    

Acha terbangun dari komanya sekitar 1 menit yang lalu, karena goresan luka ditangan kanannya, yang hampir merenggut nyawanya karena goresan itu hampir mengenai urat nadinya, iya acha memang senekat itu karna bagi dia satu dari keluarga berbicara untuknya untuk mati, dia akan melakukannya. Acha anak berusia 5 tahun yang mempunyai gangguan pada saraf otaknya, yang membuat dia setres saat seseorang mengatai dia gila.

Acha tidak gila dia hanya berbeda dari yang lain, acha anak yang penurut, tapi tidak seharusnya dia menurut kepada hal-hal yang konyol bagi orang lain, namanya anak-anak sekali penurut tetap penurut. Acha didik veronika dan rafael menjadi anak yang tidak manja tapi karena mental yang lemah, lembut mereka berdua gagal, acha tetap menjadi anak yang manja, baik, soleh, pintar, anak yang sangat istimewa.

Acha berdoa agar penyakit di saraf otaknya cepat sembuh supaya acha bisa bermain seperti anak yang lainnya, tidak diledek-ledeki, dan ditertawakaan. Acha suka ngomong sendiri dan tertawa sendiri itu yang membuat anak lainnya tidak ingin bermain dengan acha karena menurut mereka acha itu gila punya teman yang tidak terlihat tapi nyatanya itu semua tidak, acha suka berimajinasi sendiri, menghayal tentang dia dan orang lain.

Acha meringis kesakitan, dia mengingat tentang apa yang dia lakukan pada dirinya sendiri. "awhhh..., kepala dan tangan acha sakit."

Maria yang melihat acha meringis, pun bangkit dari duduknya menghampiri acha dan membunyikan nurse call. "sus...suster, cepat"

Ting... tingg....

Suster dan dokter yang mendengar bunyi nurse call dari ruangan mawar203315, pun berjalan menuju ruangan acha membawa peralatan dokter. Masuk kedalam ruangan berjalan kearah acha mulai memeriksa detak jantung, nadi dan mata acha.

Maria yang sedari tadi melihat acha tidak sadar kalau air bening dimatanya mulai membasahi pipinya. Maria sangat khawatir dan panik karena ini pertama kalinya acha melakukan hal konyol seperti ini, satu pertanyaan yang terus terngiang-ngiang dibenaknya kenapa acha bisa melakukan ini, siapa yang membuat acha sampai seperti ini.

"gimana dok, anak saya baik-baik aja kan?" tanya maria khawatir. "acha gak akan kenapa-napa kan dok"

Dokter tersenyum tipis melihat maria sekhwatir ini pada acha, sedangkan maria tidak mengkhwatirkan diri sendiri. "iya, acha tidak apa-apa, hanya perlu istirahat karena setres, acha anaknya kuat dan sehat ko pasti cepat pulih."

"ibu maria juga harus banyak-banyak istirahat, kalo ibu drop lagi gimana, ntar siapa yang jagain acha, kalo bukan ibu maria dan kakak-kakak, saya permisi dulu ya" lanjut dokter dan pergi dari ruangan acha diekori oleh suster.

"baik dok, terima kasih" maria tersenyum tipis dan beralih ke acha. "acha, mana yang sakit, bagian mana yang sakit?"

"acha gak papa bunda cuma tangannya doang yang sakit" acha tersenyum menampilkan gigi putih mungilnya, dan menunjukan tangan kanan yang dibalut perban.

"acha jujur sama bunda ya, siapa yang nyakitin acha, dan siapa yang nyuruh acha ngelakuin hal aneh kaya gini?" tanya maria yang tidak mendapat respon apa-apa dari acha. Acha terdiam dia tidak tau harus menjawab apa, acha ingin sekali berbohong tapi dia ingat perkataan raja, sekali kita berbohong seterusnya akan tetap berbohong, dari kebohongan kecil menjadi kebohongan besar yang akan membuat orang tidak akan mempercayai perkataan kita, dan itu dosa apalagi kita bohong kepada orang yang lebih tua dari kita.

Acha benar-benar binggung dia ingin menjawab cakra lah yang menyuruh dia untuk mati, tapi dia tidak sanggup melihat adik kesayangannya dimarahi oleh bunda, acha melihat kearah cakra dan ternyata sedari tadi cakra terus memperhatikan acha takut jika acha menjawab dialah penyebabnya, cakra melihat tajam kearah acha seperti memberi isyarat untuk tidak membawanya dalam masalah.

ACHAWhere stories live. Discover now