1. Kehilangan

653 50 14
                                    

Minggu, 23 Agustus 2020

Hai....
Salam semangat! Selamat membaca

***********************************************************************************************

Xiao Zhanyi dan Xiao Ziyi, dua bersaudara yang sudah tak punya siapa-siapa lagi. Kedua orang tua mereka meninggal dalam kecelakaan saat Xiao Ziyi berusia 12 tahun dan Xiao Zhanyi berusia 5 tahun. Orang tua mereka bukanlah orang berada, dan ayahnya adalah pegawai negeri sipil, sehingga tak banyak harta yang mereka tinggalkan untuk kedua kakak beradik itu. Beruntungnya adik dari ayah mereka mau menerima mereka, tetapi pamannya itu bukan seorang pengusaha kaya, ia hanyalah pemilik sebuah kedai makan kecil yang menjual mie. Karena Ziyi tahu diri, maka ia membantu usaha pamannya itu, sedangkan Zhanyi dibiarkan tumbuh sebagaimana seorang anak kecil dengan dunianya. Zhanyi bahkan tidak pernah tahu kalau ayah dan ibu mereka sudah tiada. Zhanyi tak diajak pada saat pemakaman kedua orang tuanya.

Setelah merasa bosan bermain, Zhan tentu akan mencari kakaknya, ayah dan ibunya, tetapi Ziyi akan mengatakan bahwa ayah dan ibu sedang urusan bisnis ke luar negeri, jadi mereka tinggal sementara dititipkan di rumah paman. Lewat seminggu Zhanyi semakin rindu orangtuanya, bahkan ia tidur mengigau memanggil-manggil orang tuanya. Kalau sudah begitu Ziyi akan menangis pilu. Ziyi sendiri adalah remaja berusia 12 tahun, ia sudah diperhadapkan kenyataan bahwa ia harus bisa mandiri dan membesarkan adiknya.

Seperti saat ini, ketika Ziyi kembali ke kamar sehabis kerja membantu di kedai pamannya, ia melihat Zhanyi duduk menangis di sudut. Sebuah kondisi yang sangat jarang Ziyi lihat, karena adiknya itu sungguh tipikal bocah ceria dan cerewet, ia juga tergolong cerdas.

"Zhan? Adikku manis... Kau kenapa sayang?" Ziyi takut adiknya kenapa-kenapa, sebab ia kini hanya punya adik satu-satunya saja.

"Kakak, mengapa ayah dan ibu belum kembali, kapan mereka akan datang menjemput kita?" Tanya Zhanyi seraya menghapus air matanya dengan punggung tangannya, Ziyi segera membungkukkan badannya menarik kedua tangan adiknya agar berdiri, lalu menggendongnya.

"Entahlah Zhan, mungkin kalau urusan mereka sudah selesai" Ziyi duduk memangku adiknya, sambil melap sisa-sisa air mata di wajah manis adiknya. Ziyi juga bingung menjelaskan pada Zhanyi jika Zhanyi sudah mulai menanyakan kemana ayah ibunya, karena bocah itu belum mengerti arti kematian

"Apakah mereka tidak merindukan Zhan? Zhan sudah merindukan mereka. Mengapa kakak tidak menelepon mereka saja agar ayah dan ibu segera pulang?" Ziyi menelan ludahnya, terasa pahit. Mata bening nan lugu adiknya menatapnya penuh harap akan jawaban yang bisa dipahaminya, Ziyi pun sedang berusaha menahan airmatanya.

"Maaf Zhan, kakak lupa nomor teleponnya" Jawab Ziyi sekenanya, dan ....

"Huaaaaa, hik....hik..hik....kakak bodoh, bodoh...u..u .. Zhan mau bicara pada ayah dan ibu, Zhan mau panggil mereka pulang....hu..hu.....hik...kakak kenapa lupa nomornya..., Zhan mau ibu...Zhan mau ayah...." Zhanyi menangis sambil memukul pelan bahu kakaknya. Itu bukan jawaban yang diharapakan adiknya.

"Iya, Zhan, hik..hik...kakak memang bodoh, Zhan. Hik...hik...Kakak melupakan hal yang penting, maafkan kakak, ya" Ziyi tak dapat menahan tangisnya. Lalu mereka berdua lomba menangis sambil berpelukan.

"Jangan menagis Zhan,...Kakak jadi ikut sedih kalau Zhan menangis, Kakak juga merindukan mereka, hik...hik.."

"Tapi mereka dapat menemui kita 'kan kak? Hik...hik...Mereka akan pulang ya kan?"

"Iya, Zhan sayang, sabar ya, kita sama-sama menunggu ya?" Ziyi membelai rambut adiknya, Zhan mengangguk tapi masih menangis, air matanya terus jatuh dari kelopak matanya yang indah.

Find the Middle Way [Slow Update]Where stories live. Discover now