Final Epilog

9K 1.1K 149
                                    


Sorry for typo(s)



Buah dari kesabaran adalah kebahagiaan, bukan menunggu untuk yang kita minta tetapi mendapat apa yang memang harus kita terima. Beberapa orang tidak akan menyadari hal tersebut karena mereka mengejar dan melupakan sebuah takdir yang telah menghubungkan hidup.


Daripada berlarut dalam kesedihan, Jaemin justru ingin mewujudkan permintaan Bubunya kala itu. Belajar dengan giat dan menyelesaikan sekolah. Meskipun sulit dalam bahasa pada awalnya, anak itu berhasil mendapat nilai yang memuaskan. Itupun dibantu oleh Jeno, sepupunya yang lebih tua ternyata memiliki otak pintar, beruntung sekali.


Namun, menjadi putra satu-satunya dari Jung Jaehyun juga membantu. Perlakuan baik selalu diterima dari orang-orang penting selama di sekolah, Jaemin juga memiliki sifat ramah kemudian sopan terhadap yang lebih tua apalagi di negara bagian barat.


Jung Jeno, sahabat masa kecil sekaligus sepupunya telah menjadi salah satu orang penting dalam hidup. Bahkan, dia menjadi jembatan untuk menemukan Bubu.


Masih ingat ketika sedang ujian akhir, tiba-tiba Jeno menghampiri Jaemin di kantin kampus yang berbeda dan menunjukkan sesuatu pada laptopnya.


Locu Felice, lembaga volunteering yang didirikan Lee Taeyong. Wajah yang selama ini hanya ada di kepala bisa dilihat secara langsung meskipun melalui media virtual.


"Selesaikan ujian kalian dengan baik, lalu kita akan pulang ke Seoul," ujar Jaehyun kala itu.


Atas izin dari sang ayah tentu saja menambah semangat Jaemin dan Jeno.


Dua minggu berlalu begitu cepat bagi dua pemuda Jung tersebut, tetapi yang masih dipikirkan oleh Jaemin adalah bagaimana pertemuan mengesankan baginya dengan Bubu.


"Bubu datang saja ke bandara, nanti kita berpelukan di sana!" usul Jeno yang justru mendapat pukulan dari sepupu yang lebih muda tersebut.


"Biasa sekali, ih! Harus berkesan! Pokoknya sampai Bubu menangis!" seru Jaemin.


Keduanya berbaring di atas ranjang, posisi Jaemin terlentang menatap langit-langit kamar sedangkan Jeno tengkurap karena sibuk dengan laptopnya. Beberapa saat mereka terdiam, hanyut dalam pikiran.


Sampai kemudian, Jeno memekik seraya merubah posisi menjadi duduk. Tangannya terulur memegang kepala Jaemin sambil menggoyangkan.


"Sakit, Jeno!" protesnya dengan memegang tangan sepupunya, Jaemin juga ikut terbangun kemudian melihat apa yang ditunjukkannya di laptop.


Maniknya mengamati setiap kata yang tertulis di sana, Jaemin menoleh pada Jeno dengan kedua alis terangkat, "Jadi relawan?"


Kepala Jeno terangguk, jemarinya juga masih bergerak pada touchpad dan menekan salah satu menu di sana.


"Iya, relawan. Kita kan pernah ke panti asuhan dulu bersama Uncle. Nah kalau milik Bubu ini, sepertinya di desa," jemarinya terulur menunjukkan salah satu deskripsi kegiatan yang ada, "Bisa beberapa minggu, bulan bahkan sampai satu tahun," Jeno menolehkan kepalanya pada Jaemin di sana, "Bayangkan saja, kau datang ke sana kemudian disambut Bubu yang tidak tahu. Pecah tangisannya!"



Locu Felice✓Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt