6. Ajakan Resmi

31.2K 3.6K 125
                                    

"Pa, kalau Arsa diculik, Papa harus tanggungjawab ya, aku gak mau tahu."

Hingga selesai sholat maghrib, Arsa belum juga memberi kabar. Tadi dia sudah diceramahi oleh Nini karena tidak memiliki nomor ponsel Arsa. Minta pada Buna? Erina bisa dicecar habis-habisan dan kabar hilangnya Arsa bisa saja sampai di telinga Opung.

"Siapa pula yang mau nyulik laki-laki miskin seperti Arsa itu?" ucap Papa Beni dengan nyolot.

"Abang yang buat dia pergi, jadi Abang harus tanggung jawab lah," ucap Mamim dengan marah.

"Kenapa jadi salah aku?" Papa Beni menatap Mamim dengan wajah kesal.

"Emang salah kamu lah Ben, anak orang kok dijudesin. Dia calonnya Erin lho," ucap Ibu Anya.

"Justru karena dia calonnya Erin jadi tak boleh dibaikin, nanti malah ngelunjak!" jawab Papa Beni.

Kepala Erina jadi mau pecah dengan perdebatan ketiga orang tersayangnya. Disaat Erina nyaris putus asa, tiba-tiba Nini datang dari teras bersama Arsa di belakangnya.

"Lo dari mana aja? Yaampun Sa, kalau lo ilang, bisa panjang urusannya," ucap Erina mengamati Arsa yang masih utuh. Syukurlah.

"Om, tante, sepertinya kami harus pulang ke Jakarta sekarang, takutnya kemalaman," pamit Arsa langsung.

"Lho? Gak nginap di sini nak?" tanya Ibu Anya dengan wajah kecewa.

"Maaf tante, saya harus ikut apel pagi besok," jawab Arsa merasa bersalah.

"Yaudah, gue ganti baju dulu," ucap Erina beranjak dari tempatnya.

"Heh, sapaannya yang bener Erin," tegur Mamim menghentikan langkah Erina.

"Emang udah bener kok Mam," jawab Erina dengan wajah polos.

"Aku-kamu, bukan gue-elo," koreksi Mamim.

"Yaelah gak sekalian hamba-engkau aja nih Mam? Kayak zaman kerajaan Majapahit," jawab Erina.

"Erina." Ibu Anya melotot gemas. Keponakannya itu selalu bikin sakit kepala, wajar saja Aries kadang angkat tangan dengan sikap putrinya yang sangat sleboran itu.

"Baiklah Yang Mulia, hamba pamit undur diri hendak mengganti pakaian, sekiranya lama mohon dimaklumi," ucap Erina kemudian dia berbalik pergi.

"Maafin Erin ya nak, dia memang bar-bar," ucap Ibu Anya dengan wajah tak enak hati.

"Kalau kau mau tinggalkan Erina juga tak apa, malah bagus," ucap Papa Beni yang langsung mendapat pelototan dari Nini Nada yang sedari tadi hanya menyimak tingkah sang cucu.

"Tidak apa-apa tante, menerima Erina artinya saya juga harus menerima semua sifatnya," jawab Arsa dengan bijak.

"Emang bener pilihan Papa untuk Erin," ucap Mamim.

Akhirnya setelah ratusan kali Erina membawa laki-laki yang bikin elus dada, kini untuk pertama kalinya Erina membawa laki-laki berotak lurus pilihan Opung Hadi.

**

Setelah mengganti pakaian rumahannya dengan salah satu dress koleksi Erina yang sengaja dia tinggal di rumah Nini, merekapun pamit kembali ke Jakarta.

"Nanti main ke sini lagi ya Arsa," ucap Ibu Anya terlihat senang.

"Iya, tante," jawab Arsa dengan sopan.

"Semoga jadi ya sama Erina, kamu harus sabar ngadepin tingkah dia," ucap Mamim yang dibalas Arsa dengan anggukan kaku.

"Hati-hati di jalan, jangan ngebut ya Arsa," ucap Nini Nada.

PERTIWIWhere stories live. Discover now