Bismillah Ta'aruf

Start from the beginning
                                    

Aku menerima map yang berisikan data diri pribadi milik Mas Rian lalu kuberikan map berisikan biodataku pada Ayumi untuk ia sampaikan ke Mas Rian.

________________________________________________

Setelah Ayumi pulang ba'da azhar aku pun memutuskan untuk menyendiri di dalam kamarku untuk membaca dengan intens tiap coretan yang Mas Rian tulis perihal dirinya.

CV ta'aruf

Bismillah... Assalamualaikum Zuya, terimakasih sebelumnya karna kamu mau menerima berta'aruf denganku. Insya Allah melalui cv ta'aruf ini kamu akan sedikit banyak mengenalku. Insya Allah tak ada satupun kekuranganku yang tidak kutulis dalam biodata ini. Aku tau betul sebelum ke jenjang pernikahan kita harus melewati tahap penjajakan atau perkenalan yang semoga saja Allah ridhoi ini dengan jalan ta'aruf mengikut pada assunnah baginda Rasul kita.

Aku mulai membuka isi dari CV ta'aruf Mas Rian. Ku baca tiap bait aksara yang ia tulis, sesekali aku tersenyum sendiri sembari membaca coretan tangannya. Mataku sampai pada hobbynya, yaitu memasak. Entah bagaimana aku selalu saja takjub pada pria yang bisa apa lagi sampai pandai meramu makanan. Sebab jujur saja aku bahkan tidak tau membedakan bumbu dapur manapun kecuali bawang merah dan putih.

Setelah sedikit berdiskusi dengan hatiku mengenai ketakjubanku pada sisi positif Mas Rian, aku sekarang tercengang melihat sikap negatif yang ia tulis di CV ini. Seorang pria setampan dia ternyata memiliki rasa tidak percaya diri yang tinggi. Sangat mengherankan menurutku. Aku kembali fokus membaca CV Mas Rian lagi. Ku dapati di sana dia menuliskan sesuatu yang membuatku beristigfar pada Allah.

Mas Rian menuliskan kekurangannya. Dengan sangat berani ia menuliskan hal yang menurutku riskan di ketahui oleh orang lain apalagi jika ingin memulai hubungan. Akupun tidak melanjutkan membaca CV nya lagi. Aku menenggelamkan wajahku ke dalam telapak tanganku dan menimbang-nimbang semuanya.  Pengakuan besar yang luar biasa telah dengan berani Mas Rian beritahu padaku. Sedangkan aku bahkan tidak berani menulis kalau aku pernah sekali berpacaran.

Jujur saja aku sudah mulai menyukasi Mas Rian, bukan hanya karna wajahnya yang tampan dan sikapnya yang ramah tama. Aku juga sepertinya sudah siap dan memang sudah tergerak hatinya oleh Allah untuk melepas masa lajang dan mengejar ridho-Nya bersama pasangan halalku. Tetapi pengakuan Mas Rian ini membuatku sedikit terpukul, apa aku harus mundur hanya karena mengetahui aibnya ini?. Sedangkan dia sama sekali tidak tau aib ku yang pernah berpacaran.

Walaupun aku masih suci dan kehormatanku masih terjaga sampai sekarang, tetapi tetap saja bagiku berpacaran 6 tahun lamanya adalah sebuah aib. Tetapi mungkin ini adalah kesalahan dan kebohongan yang tidak baik untuk hubunganku dan Mas Adrian kedepannya. Aku harus mengatakan segalanya pada Mas Adrian.

_________________________________________________

Hari ini aku meminta Ayumi dan Mas Rian datang menemuiku di rumah. Aku memilih membicarakan semuanya secara langsung pada Mas Adrian.

"Zu, Ayumi dan Adrian sudah datang." Kak Fikar memanggilku.

  "Tunggu sebentar kak!"

   "Kakak tunggu di bawah yah?," ucap kak Fikar lagi.

Tidak lama aku berjalan turun untuk menemui Ayumi dan Mas Adrian yang sudah duduk di sofa bersama kak Fikri.

  "Aku mengambil posisi duduk di samping sahabatku yang juga bercadar sepertiku ini. Ayumi."

   "Sebelumnya ada apa Zuya mengajak Mas dan Ayumi kemari?, apakah ada hal yang sangat penting yang ingin Zuya katakan?," tanya Mas Adrian padaku.

   Aku menatap kakakku dan selanjutnya menatap Ayumi. Keduanya tau apa yang sebenarnya ingin kukatakan pada Mas Adrian. Dengan ucapan basmalah di hatiku, aku menghela napas panjangku dan mulai berbicara.

   "Mas, maaf sebelumnya sudah merepotkan Mas Adrian untuk datang kemari. Setelah membaca CV Mas Adrian aku merasa sangat bersalah jika tidak memberi tahu Mas tentang hal ini. Aku tidak ingin membohongi Mas soal apapun itu."

Aku masih saja bertele-tele. Aku benar-benar tidak tau harus mulai dari mana ya Allah.

"Maksud kamu apa, Mas gak ngerti?."

Aku mengangkat wajah menatap Mas Adrian.

  "Mas, aku tidak menuliskan segalanya di CV itu, ada satu hal yang tidak kutulis. Aku sebenarnya sudah pernah berpacaran enam tahun lamanya. Jika saja Mas Adrian keberatan dengan masa laluku, maka aku akan dengan sangat ikhlas kalau Mas Adrian ingin membatalkan dan menghentikan proses ta'aruf ini."

Suasana hening sejenak dan kulirik wajah Mas Adrian yang begitu tegang. Apa jadinya kalau dia membatalkan ta'aruf ini, apakah aku tidak akan terluka? Ya Allah kuserahkan segalanya kepada Diri-Mu. Aku percaya rencana dan takdir terbaik-Mu menantiku.

  "Zu, aku sudah memutuskan kalau aku akan tetap melanjutkan ini semua. Bagiku masalalumu adalah milikmu karna setiap orang punya masa lalu yang kelam dan punya masa depan yang terang. Menurutku lebih baik punya masa lalu yang kelam, tetapi berniat memperbaiki diri di jalan Allah dari pada memiliki masa lalu yang suci dan sekarang bergelimang dosa maksiat."

  Aku tersenyum di balik cadarku. Aku tau Mas Adrian dan semuanya bisa tau aku sedang tersenyum hanya dengan menatap mataku saja.

   "Syukurlah Adrian kalau kamu bisa menerima masa lalu adikku," Kak Fikar memegang bahu Mas Rian dan tersenyum.

   "Apakah itu saja yang ingin Zuya sampaikan ke Mas?," aku kembali gugup saat Mas Adrian bertanya.

  Sejujurnya hari ini aku ingin menjawab bahwa aku menerima ta'arufnya ini.

   "Mas, aku rasa waktu ta'aruf kita sampai di sini saja. Aku merasa sudah cukup mengenalmu dan merasa cocok dengan kamu Mas,"

  Aku tidak menyangkan akan mengatakan hal ini kepada pria lain selain Arkan.

   "Alhamdulillah, Masya Allah. Insya Allah besok aku dan keluarga akan datang melamarmu secara resmi dan kekeluargaan."

Hatiku seperti tidak karuan, detak jantungku tidak normal. Aku sangat bahagia mendengar ini ya Allah. Beginikah rasanya di lamar laki-laki yang kita cintai? Huh, cintai? Apa ini tidak terlalu dini kalau aku menyimpulkan perasaanku ini sebagai cinta?.

   "Zuya, alhamdulillah."

  Ayumi sahabatku memelukku erat.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Skenario Maha CintaWhere stories live. Discover now