Kok canggung ya

Depuis le début
                                    

"Eyang, bude Ratih, aku pulang" seru Jihyo. Tak lama terdengar suara krusak-krusuk, dan munculah bude Ratih dari dapur dengan langkah terburu-buru.

"Mbak ya ampun, bude kangen banget" ujar bude Ratih seraya memeluk Jihyo erat. Jihyo membalas pelukan itu dengan senang hati.

"Aku juga bude" ujar Jihyo.

"Eyang nggak dikangenin nih?" Tanya eyang tiba-tiba muncul dari kamarnya. Jihyo melepas pelukan bude Ratih dan langsung berlari memeluk eyang.

"Kangen juga eyang" lirih Jihyo. Eyang dan bude Ratih terkekeh melihat tingkah Jihyo tersebut.

"Ya udah sana beres-beres dulu"

"Siap eyang"

****

Jihyo POV

Aku melangkah ke lantai dua sambil mengangkat koperku. Lalu setelah itu segera masuk ke kamar. Huh aku rindu sekali kamar ini. Jujur saja aku lebih suka di sini daripada di rumahku, karena saat di sini aku bisa sedikit lebih tenang dari tugas kampus dan segala permasalannya.

Ku rapikan barang-barang ku dan segera berganti baju dengan pakaian yang lebih santai. Ngapain ya? Ngecek rumah pohon ah.

Aku segera turun ke lantai satu dan beralih ke halaman belakang. Bude Ratih dan eyang di dapur sempat mengejekku saat aku lewat. Katanya rumah pohon ku ada yang berubah. Jangan-jangan roboh?

Tapi rumah pohon ini terlihat normal dari sini. Apa di dalamnya yang berubah? Akupun naik dan terkejut ketika melihat seseorang di sana. Seseorang yang sangat kukenali sedang tersenyum lebar dan melambaikan tangannya padaku. Seseorang yang sangat kurindukan.

"Tzuyu?"

"Hai" ucap Tzuyu. Aku tersenyum canggung. Entah kenapa bertemu langsung seperti ini membuatku lebih malu. Padahal sebelumnya biasa saja. Badanku gemetar. Tanganku sampai berkeringat.

Dia terlihat cantik seperti biasanya. Entah bagaimana ceritanya dia bisa berada di sini. Aku pun heran. Padahal tadi pagi ia masih menelfonku.

Aku ingin sekali maju dan memeluknya, tetapi itu akan menjadi aneh. Maksudku, biarpun kami dekat beberapa hari ini lewat chat dan telfon tapi tetap saja kalau di dunia nyata kami belum pernah sedekat itu. Ya intinya aku malu. Malu dan takut dikira sok dekat.

****

Tzuyu POV

Jihyo diam saja. Ia terlihat gugup. Ya walaupun aku juga gugup tapi ia terlihat jauh lebih gugup dari pada aku. Kulihat tangannya meremas ujung bajunya. Imut, selalu imut. Kadang aku lupa kalau dia seorang mahasiswa semester 3.

Senyumku tak bisa hilang. Rasanya seluruh tubuhku lemas, tapi juga semangat di saat yang bersamaan. Aku ingin memeluknya, sungguh.

"Mana yang katanya kangen?" Ku ejek. Dia memutar bola matanya malas.

"Siapa?" Tanya dia pura-pura nggak tau. Heh ngeselin.

"Oh nggak ada? Jadi nggak mau dipeluk nih?" Tanyaku seraya merentangkan kedua tangan. Ia terkekeh lalu meringsek ke arahku. Memelukku erat sampai aku bisa merasakan degup jantungnya yang berpacu dengan cepat. Aku yakin ia juga bisa merasakan degup jantungku.

Aroma ini, aroma yang sangat kurindukan. Jihyo masih sama. Masih cantik, wangi, dan membuat jantungku berdegup cepat. Jihyo juga masih setinggi hidungku, belum bertumbuh. Atau sudah tidak bisa bertumbuh? Aku bersyukur atas perbedaan tinggi kami ini, karena pelukan ini justru terasa sangat pas.

Ia melepaskan pelukan kami dan langsung menekuk bibirnya. Sudah kubilang jangan cemberut masih aja. Kali ini lebih parah buatku. Masalahnya dia benar-benar ada di hadapanku. Jangan sampai khilaf ya Tuhan.

"Kamu bohongin aku ih" lirih Jihyo. Aku terkekeh melihatnya

"Ini namanya surprize, bukan bohong" alibiku

"Pantesan tadi pagi tumben nggak video call" ucap Jihyo, tangannya menepuk pelan lenganku. Ya iyalah orang aku di sini, nanti ketahuan dong.

"Pake sok nyuruh semangatin classmeeting segala padahal bolos" Aku tertawa.

"Ya iya dong biar percaya"

Lalu setelah itu hening. Aku nggak menyangka kalau bertemu langsung justru akan jadi secanggung ini. Tapi aku menikmati ini, menikmati debaran jantungku yang kian berpacu tiap kali melihat Jihyo.

"Eh duduk di balkonnya aja yuk" ajak Jihyo, memecah keheningan di antara kami. Aku mengangguk dan mengikuti langkahnya. Lalu kami duduk di balkon dengan kaki menggantung ke bawah.

Kami membicarakan banyak hal. Mulai dari aku yang membolos classmeeting dan berakhir di sini, sampai dia yang tadi sempat kurang angin bannya di tengah jalan. Aku senang akhirnya bertemu lagi dengan Jihyo. Aku senang akhirnya melihat senyumnya lagi dari dekat.

Tbc
___________
18-08-2020

My Dearest Cousin (Jitzu)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant