Hidup baru yang tak sampai

Mulai dari awal
                                    

"lo sanggup mengurusnya?jujur aja gw kaget pas liat pesan dari lo mau mengadopsi anak anjing." ujar cecilia terdengar cukup akrab dengan si datar arthur. Wajar, itu karena mereka teman satu sekolah menengah pertama.

"aku hanya kesepian." lirih arthur dengan senyuman tipisnya. Lia mengerti apa arti senyuman yang dipaksakan itu.

Mencoba mengalihkan topik, lia memberi beberapa petunjuk dan cara mengurus anak anjing. Dan jenis-jenis makanannya. Dan apabila jika sedang sakit.

"nama apa yang akan lo beri?"tanya lia nampak antusias. Cecilia memang sangat supel, itu mengapa banyak para pelanggan yang senang jika dilayani olehnya.

"apa lo ada saran nama?"

Lia nampak berpikir keras. Ia harus menggunakan nama yang sangat bagus untuk anjing lelaki ini.

"hum...bagaimana jika Prince?"

"prince?"

"ya! Namanya prince saja. Dulu lo selalu ngomong kan lo punya kelinci yang namanya prince putih namun sayang dia mati. Jadi kenapa ga sekali lagi aja namain peliharaan prince?"

Arthur mengangguk."ya namanya prince."



****

(Arthur at 14 y.o)

"aku dengar dari laili si sekretaris kelas. Katanya sekolah kita kedatangan dua siswa baru." ujar cecilia yang senang sekali membawa berbagai macam berita yang ia dapat dari banyak sumber siswa.

"terus kenapa kalau ada siswa baru?" tanya mikael yang sedang meraut pensilnya. Sementara arthur hanya sedang menulis sedikit catatan.

"hanya asik saja kalau dibicarakan. Namanya juga cewek, senang urusin urusan orang." kekeh cecilia dengan cengiran menyebalkannya.

"dan laili bilang mereka hanya anak dari single parent yang bekerja sebagai karyawan saja."

"ada yang salah dengan itu?" tanya arthur namun tak menoleh pada cecilia yang duduk diatas mejanya sedikit menghalangi sih.

"ada rumor yang bertebaran. Ibu mereka itu bukan sebagai karyawan saja namun ia juga menggoda bos besarnya."

Bruk!

Arthur memukul mejanya sedikit keras, menimbulkan suara yang membuat satu kelas mengarah padanya namun setelahnya kembali pada kegiatan masing-masing.

"jangan jadikan kehidupan orang lain sebagai topik yang mau lo bahas didepan gw. Lia, stop bahas masalah orang lain." jika arthur sudah berucap panjang lebar cecilia hanya bisa diam. Ayolah, maaf, tadi ia terlalu bersemangat. Memang mulutnya ini harus ia sekolahkan lagi.

Cecilia yang menunduk itupun melototkan matanya saat ia lihat tetesan merah menodai buku catatan arthur, ia mendongak dan mendapati hidung arthur yang mimisan.

















Diana melipat tangan didepan dada. Memijit pangkal hidungnya didepan sang anak yang memerhatikan setiap pergerakannya. "baru kemarin kamu pulang dari rumah sakit. Sekarang kamu habis berkelahi dengan teman sekelasmu?"

ArthurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang