[7] Menjadi Chunin

Start from the beginning
                                    

"Hahaha..." [name] duduk disamping kiri Bokuto dengan tawa yang tidak berhenti. Bokuto memasang wajah datarnya dengan mulut yang masih mengunyah ramen, tidak lupa pandangannya tertuju pada [name].

"Berhenti menatapku seperti itu Bokuto. Hahaha–" ujar [name] sambil mengelap air mata disudut matanya. "Hm." Bokuto menimpali [name] datar dan dingin. Bukannya merasa bersalah [name] malah semakin tertawa. Menurutnya wajah kesal Bokuto sangat imut dan selalu membuatnya ingin tertawa.

Twitch(-_-メ)

'Ahh sepertinya Bokuto mulai marah.' batin [name] dengan senyuman lebar terpatri diwajahnya.

"Gochisousama-deshita." ujar Bokuto. Ia membayar ramennya lalu pergi keluar di ikuti oleh [name].
.
.

Malam semakin larut. [name] serta Bokuto masih berada dijalan menuju rumah Sakura.

Selama perjalanan tidak ada yang mau membuka pembicaraan. Biasanya Bokuto selalu memulai pembicaraan, tapi kali ini tidak. 'Apa dia marah kepadaku gara-gara tadi aku terus mentertawakannya.' itu yang sedari tadi [name] pikirkan tentang Bokuto.

Nyatanya bukan itu. Bokuto saat ini, ingin [name] menenangkan pikirannya dulu. Sekaligus dirinya ingin mendinginkan badannya yang masih terasa panas.

"Kita sampai." ujar [name] pelan. Pandangannya ia alihkan kesamping. Tangan kirinya memegang siku tangan kanannya. Kedua manik hitamnya melebar saat merasakan sebuah tepukan lembut di kepalanya.

[name] menatap kesamping dan tertegun. Di lihatnya Bokuto yang tersenyum lebar padanya. "Jangan khawatir, ada aku disini." ujar Bokuto semangat, membuat sebuah lengkungan tipis muncul diwajah cantik [name].

[name] mengangguk. "Wakatta." kedua nya mulai berjalan masuk dan menaiki tangga untuk mencapai apartement(?) Sakura.
.
.

Suara bunyi bel terdengar nyaring. Derap langkah kecil terdengar dari dalam ruangan. "Ha'i." sahut Sarada dari dalam. Tak lama pintu terbuka, memperlihatkan gadis berambut hitam pendek dengan kacamata merahnya.

"Ugh! [name]-chan!!" seru Sarada senang dan langsung memeluk adik kembarnya, membuat [name] sedikit terhuyung kebelakang. Tautan tangannya dengan Bokuto terlepas. Sarada sedikit terisak dipelukannya.

Di belakang Sarada terdengar suara derap langkah susulan. Sakura dan Sasuke muncul di belalang Sarada. "Akhirnya kau pulang." ujar Sasuke, sebuah senyuman bahagia muncul diwajah tampannya.

Sakura yang melihat senyuman Sasuke terdiam. 'Memang seharusnya aku meminta maaf pada [name] dan menbuatnya tersenyum kepadaku lagi.' Senyuman tulus terukir dibibirnya.

"Ta-tadaima." ujar [name] pelan setelah Sarada melepas pelukannya. Pandangannya ia alihkan kesamping. Hingga manik hitamnya bertemu dengan manik hitam milik Sasuke. Hangat.

"Kalau begitu aku pulang dulu." ujar Bokuto di samping kiri [name]. Sasuke mengangguk. "Terima kasih karena telah mencarikan [name] untukku."

"Ouh, santai saja. Lagipula [name] juga sahabatku. Jadi, tidak akan ku biarkan sesuatu terjadi padanya." Bokuto tersenyum lebar sebelum akhirnya pergi menggunakan Hiraishin.

Sarada dan Sakura melongo melihat kepergian Bokuto. "Ba-bagaimana b-bisa dia hilang secepat itu?!" kejut Sarada.

"Tentu saja bisa." Sarada dan Sakura menoleh ke arah [name].

"Itu adalah salah satu keahliannya, Na~ Papa." Senyuman lebar terlihat jelas diwajah cantik [name]. Rona merah sedikit muncul dikedua pipi Sarada dan Sakura. Sedangkan Sasuke hanya tersenyum, senyuman yang tidak pernah ia tunjukkan kecuali kepada [name] dan partnernya Uzumaki Naruto.

The Blue Of SharinganWhere stories live. Discover now