"Ada apa dengannya?" gumam Sarada.

"Kita tunggu saja mereka disini." ujar Sasuke singkat. Ia bisa merasakan aura tidak menyenangkan keluar dari anak bungsunya tadi.

Tak lama setelah itu, Sakura bergidik ngeri. Ia seperti merasakan beberapa tusukan kecil dari punggungnya.

"Doushita-no Mama?" Sarada menatap heran Sakura.

"N-nandemonai." jawab Sakura, tangannya mengusap lembut kepala Sarada. Tak lupa senyuman tulus yang sudah lama tidak pernah di dapatkan lagi oleh adik kembaran Sarada. Ya itu benar, [name].

Sakura sebenarnya berbohong. Sedari tadi ia merasa seperti diperhatikan dan ditatap tajam, dan rasanya punggungnya diberi beberapa tusukan kecil. Sedangkan sang pelaku berada di balik tembok sambil menggumamkan sesuatu.

"Dasar Sakura sialan. Kau memang benar-benar pilih kasih." geram seorang wanita berambut merah.

Yang tak lain Uzumaki Karin.

"Awas saja kau, kalau sesuatu terjadi dengan [name]-chan ketika berada di Konoha. Aku tidak akan menahan diri." lanjutnya.

Membenarkan kacamatanya, Karin berjalan menuju ruangan [name]. Ia bermaksud untuk mengucapkan sesuatu padanya sebelum pergi ke Konoha.
.
.
.

[name] POV

"Akhirnya beres juga." Semua barang yang ingin ku bawa ke Konoha sudah ku kemas. Untuk sementara, ketiga pedangku ku simpan di salah satu kotak. Aku akan membawanya nanti menggunakan Hiraishin.

Namun, aku masih memikirkan bagaimana sifat Sakura yang bisa berubah drastis. Saat di menara, dia sangat mengkhawatirkanku dan terasa sangat hangat. Tapi, tadi dia nampak tidak suka dengan kehadiranku.

Helaan nafas keluar dari mulutku, tidak baik memikirkan hal sampah seperti ini lebih panjang lagi. "Baiklah, ayo kita pergi." gumamku.

Baru saja berbalik kebelakang, ku lihat seseorang yang selama ini sudah ku anggap ibu kandungku sendiri sedang bersender dipintu ruanganku.

"Doushita-no Kaasan?" tanyaku kepadanya. Karin-kaasan berjalan pelan mendekat kepadaku.

"Aku ingin berbicara kepadamu." ujarnya sambil menuntunku duduk disalah satu sofa yang ada diruanganku.

"Tentang apa?" tanyaku lagi. Ku tatap wajahnya dalam, mulai besok aku tidak akan bertemu dengannya sesering seperti biasanya.

"Kau harus menjaga dirimu dengan baik disana." ujarnya pelan dan lembut. Tangannya mengusap surai hitamku dengan penuh kasih sayang.

"Tentu saja aku akan menjaga diriku. Oh, bukan diriku saja tapi Bokuto dan juga Kuroo." jawabku semangat.

"Jangan pedulikan Sakura dan juga Sarada. Apalagi Sarada, jika ada suatu hal yang membandingkan dirimu dengan Sarada kau cukup diam saja." lanjutnya.

Aku terdiam. Apa maksudnya jangan pedulikan Mama dan Sarada-oh aku mengerti.

"Sesekali berkunjunglah kesini." tatapannya menyendu.

"Ya tentu saja!" jawab ku serius dan semangat. .

"Jangan lupa untuk makan, jangan terlalu keseringan berlatih. Kau itu sudah sangat kuat untuk gadis seumuranmu. Kau ingatkan kata Tsunade-sama. Jangan menghabiskan waktumu hanya untuk bertengkar dengan Bokuto."

Padahal aku sudah serius mendengarkannya, tapi saat mendengar kalimat terakhirnya mukaku langsung berubah masam.

Karin-kaasan terkekeh melihat wajah masamku.

"Kalau begitu sampai jumpa lagi, aku tidak bisa mengantarmu. Ingat perkataanku tadi." lanjut Karin-kaasan yang kemudian diakhiri ciuman didahiku.

"Tentu saja."
.
.
.

The Blue Of SharinganWhere stories live. Discover now