"Arin!" panggil Anan dari kejauhan dan berlari menghampiri Arin setelah berhasil menemui keberadaannya. Cowok itu tersenyum lega melihat Arin menatapnya.
"Gue cari dari tadi lo-"
Anan terpaku saat Arin dengan tiba-tiba memeluknya. Erat, sampai Anan bisa merasakan kehangatan meski Anan sendiri sadar ini bukan jenis pelukan rasa kasih sayang atau rasa tak ingin kehilangan. Namun, sebisa mungkin Anan membalas pelukan Arin dan menenangkannya.
📖📖📖📖
Daripada khawatir dengan keadaan Hilda, Saka jauh lebih khawatir dengan Arin yang dibawa Langit pergi begitu saja entah ke mana. Namun, satu hal yang membuat Saka tak bisa berbuat apa-apa yaitu pada saat dia hanya bisa melihat Arin memeluk orang lain yang Saka yakini dulu dialah satu-satunya orang yang berada di posisi itu saat Arin membutuhkannya.
Saka memutar tumit kakinya dan berjalan menjauh dari sana. Merasakan perasaan sakit untuk ke sekian kalinya. Saka tak pernah baik-baik saja dengan itu. Saka marah waktu Arin berpacaran dengan Anan. Saka kecewa saat Arin mencintai Langit. Saka jauh lebih kecewa saat Arin terus berharap kepada orang yang jelas-jelas orang itu tak pernah menginginkannya.
"Lo baik-baik aja?" tanya Saka kepada Hilda yang berjalan menunduk dengan wajah basah sehabis menangis.
Perempuan itu tersenyum lalu mengangguk. Merapikan penampilannya yang lusuh dan bersikap bahwa dia memang baik-baik saja. Setegar mungkin Hilda berdiri tegak di depan Saka untuk meyakinkan bahwa dia memang dalam keadaan baik walau kenyataannya berkebalikan dari apa yang saat ini Hilda tunjukkan.
Saka maju satu langkah. Menarik tubuh kurus itu ke dalam pelukannya. Memberi kehangatan juga kenyamanan yang selama ini Hilda inginkan. Harusnya Hilda merasa senang, harusnya dia merasa beruntung masih ada orang yang peduli dengannya. Namun, kenapa dia malah menangis? Kenapa perasaan sedih itu jauh lebih menyakitkan sekarang?
"Kak Saka," panggil Hilda lemah saat merasakan pelukan itu semakin erat dan Hilda sampai kehabisan napas karenanya.
"Lo akan baik-baik aja," ucap Saka setelah melepas pelukannya. Namun, kalimat itu sekarang lebih cocok untuk dirinya. Untuk perasaan dan juga hatinya.
Hilda mengangguk meski merasa ada aneh dengan sikap Saka. Cowok yang selalu ceria dan murah senyum itu kini tampak menyedihkan di mata Hilda. Dia segera berjalan mengikuti langkah Saka yang berjalan lebih dulu darinya. Benar-benar sikapnya aneh.
"Kak Saka baik-baik aja?" tanya Hilda setengah ragu. Mengikuti langkah Saka di belakangnya.
"Harusnya sih gitu," jawab Saka tersenyum dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Kak Saka kenapa?"
"Kenapa ya?" balik tanya Saka bingung. "Nggak tau juga, pengen meluk lo aja," jawab Saka setelahnya. Sedikit gugup juga untuk mengatakannya.
"Ih Kak Saka bukan itu..., tapi kenapa Kak Saka harusnya baik-baik aja? Emangnya Kak Saka kenapa? Kak Saka baik-baik aja kan?" tanya Hilda mulai khawatir.
"Semua orang tau kalau lo suka sama gue, semua orang tau kalau Arin suka sama Langit, tapi nggak semua orang tau kalau gue suka sama Arin."
Hilda langsung berhenti dari laju jalannya. Tangannya berpegang erat pada kedua sisi tali tas punggungnya. Kenyataan itu bagai kejutan yang tak pernah Hilda bayangkan. Rasanya sakit mendengar kenyataan bahwa orang yang selama ini dia cintai mengatakan secara langsung padanya bahwa dia menyukai orang lain. Rasanya Hilda kecewa, rasanya pengen marah, tapi dia bisa apa? Pada akhirnya dia seperti segelintir debu yang tak pernah terlihat dan selalu terabaikan.
"Oh... orang yang disukai sama Kak Saka itu Kak Arin?" tanya Hilda meski Hilda sendiri tidak ingin bertanya hal menyakitkan itu.
Saka menatap Hilda lalu meneguk ludahnya sendiri. Sepertinya dia salah bicara. Seharusnya Saka tidak mengatakan hal itu kepada Hilda. Harusnya Saka bisa lebih menjaga perasaan Hilda di saat perempuan itu sedang bermasalah, tapi kenapa Saka malah semakin menambah perih? Kenapa cowok itu harus menyakitinya dengan ungkapan perasaannya yang sebenarnya?
"Bukan gitu, maksud gue-"
"Enggak. Jatuh cinta sama seseorang itu nggak salah. Kita nggak bisa memilih, kita nggak punya hak untuk nentuin kepada siapa kita bisa jatuh cinta. Jatuh cinta itu misterius," potong Hilda memberi pengertian lalu tersenyum.
"Kak Saka tau? Meski kita nggak bisa memilih untuk jatuh cinta sama seseorang, tapi kita bisa memilih untuk bahagia sama seseorang. Meski itu bukan sama seseorang yang kita cintai, tapi kita bisa bahagia sama orang yang bisa bikin kita nyaman," ucap Hilda kepada Saka.
📖📖📖📖
Thanks for reading
Maaf menunggu lama
VOTE DAN KOMENNYA SANGAT MEMBANTU. MOHON BERI DUKUNGANNYA.
YOU ARE READING
LANGIT [OPEN PRE-ORDER]
Teen Fiction"KOK, SEMALEM GUE MIMPI SAYANG SAMA LO, YA?" ~Arin "Jangan berharap, atau lo malah terluka nantinya." ~Langit Dia Langit. Langit terlalu jauh digapai Arin. Sikapnya yang dingin membuat Arin harus mengumpulkan seluruh keberaniannya untuk mengatakan b...
47. Asing
Start from the beginning
![LANGIT [OPEN PRE-ORDER]](https://img.wattpad.com/cover/196466627-64-k403761.jpg)