Prolog

44.7K 1.9K 352
                                    

[JANGAN LUPA FOLOW, VOTE DAN SPAM KOMEN TERSERAH :) Happy reading]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

[JANGAN LUPA FOLOW, VOTE DAN SPAM KOMEN TERSERAH :) Happy reading]

Ladies and gentleman, welcome on board Flight ... with service from Sidney to Jakarta We are currently third in line for take-off and are expected to be in the air in approximately 6 hours 50 minutes time. We ask you to please fasten your seatbelts at this time, and secure all baggage underneath your seat or in the overhead compartments. We also ask that your seats and folding trays are in the upright position for take-off. Please turn off all electronic devices you bring, including mobile phones and laptops. Smoking is prohibited for the duration of the flight on the entire aircraft, including the lavatories. Thank you for choosing Garuda. Enjoy your flight.

'Terjemahan'

("Ibu-ibu dan Bapak-bapak, selamat datang di Penerbangan nomor... dengan pelayanan dari Sidney ke Jakarta Kita sedang berada dalam antrian ke tiga untuk take-off, dan diharapkan untuk mengudara dalam waktu kira-kira 6 jam 50 menit. Kami meminta anda untuk memasang sabuk pengaman anda saat ini, dan simpan semua koper di bawah kursi atau di kompartemen atas. Kami juga meminta agar kursi dan meja anda berada dalam posisi tegak untuk take-off. Tolong matikan seluruh alat elektronik yang anda bawa, termasuk telepon genggam dan laptop. Merokok di larang selama penerbangan di seluruh bagian pesawat, termasuk di kamar mandi. Terima kasih sudah memilih Garuda. Nikmati perjalanan Anda.")

Seperti yang sudah di intruksikan pramugari, bahwa penerbangan akan memakan waktu hampir tujuh jam. Dan hal itu tentu saja membuat gadis berumur 18 tahun ini harus sabar menunggu selama penerbangannya balik ke indonesia. Sejujurnya ia tidak mudah mabok di pesawat hanya saja kondisinya yang kurang baik  namun tetap ia paksakan untuk mengudara. Semoga saja Tuhan menyertai Gabriella.

"Tuhan, kalau engkau masih menyayangiku tolong lindungi aku dari mati konyol di pesawat ini, aku bukannya mau lebay Tuhan tetapi begitulah..."

Gabriella memilih memasang earphone sambil memakan permen dan menutup matanya dan terlelap.

Enam jam pun telah berlalu kini pesawat telah mendarat dengan sangat baik dan tepat waktu. Gabriella siap-siap menuruni pesawat dan beralih mengambil koper dan tasnya. Barangnya tidaklah banyak karena, dia hanya membawa barang-barang penting saja. Pakaian dan sebagainya sudah disiapkan di rumahnya. 

Dengan sesekali menghirup udara sejuk di sore hari dan dihari pertama ia menginjak kaki di jakarta setelah sekian lama. Dalam pikirannya tak ada yang berubah hanya saja ia lupa alamat rumahnya. Bicara soal alamat rumah, siapakah yang akan menjemputnya?. 

"Neng Gabi!" 

Suara wanita tua yang memanggil namannya dengan lantang namun tak bisa ia tebak siapakah wanita itu?. Gabriella yang merasa terpanggil itu mulai menelusuri dengan matanya, mencoba mencari dari sekerumunan para manusia yang menanti kedatangan orng-orang yang ditunggu dan salah satunya itu dirinya.

"Neng Gabiii! bibi disini!" 

Lagi-lagi suara tanpa sosok tak ditebak memanggil namannya namun kali ini mengklaim dirinya adalah seorang bibi. Tunggu-tunggu. "Bibi Enda?" ketemu. Ternyata jaraknya tak jauh dari matanya hanya berjarak 30 langkah dari arah barat. Pantas saja Gabriella tak melihatnya.

"Bibi pendek banget, Gabi mana bisa lihat dikerumunan orang itu." Celetuknya membuat bibi Enda mencubit pipinya.

"Kamu ini gak berubah ya, masih aja suka terlalu jujur" ujar bibi Enda terkikik kecil karena kejujuran Gabriella yang terlanjur jujur namun tenang saja bibi Enda sudah terbiasa dengan hal itu.

Menelusuri dengan matanya tak sedikitpun ia berpaling dari jendela mobil, "bibi ajak Gabi jalan-jalan yuk." Kalimat ajakan ataukah lebih ke permohonan?.

Bibi Enda tersenyum dan sesekali membelai surai hitam Gabriella, "neng Gabi engga cape?" tanya bibi untuk memastikan.

"Apanya bi yang cape? Gabi kan dipesawat cuman duduk, tidur, makan. Kan bukan aku yang jadi pilotnya bi." Rasanya ingin mencubit pipi Gabriella sampai memerah lalu tertawa. Bibi Enda tidak lagi membalas dan lebih memilih diam sembari menggeleng kepalanya tanda tak habis pikir.

Waktu berlalu begitu cepat akhirnya setelah menulusuri kota jakarta demi memuaskan sang majikan yang beralasan ingin menghafal jalan kota jakarta biar suatu hari nanti ia bisa ke pasar sendiri jika nanti bibi dan sopirnya pulang kampung. Alasan yang masuk akal.

"Semuanya udah bibi siapin tinggal Gabi mandi, makan lalu, istirahat. Oh iya pesan nyonya buat neng Gabi besok sudah bisa kesekolah," Gabriella tersedak air putih dengan mata melotot.

"Mama adalah sosok orang tua yang terlalu berambisi."

Gabriella melihat-lihat melalui rooftop rumahnnya, kompleks rumahnnya begitu sunyi dan perumahan disini begitu besar. Apa mungkin mereka semua sudah merenovasi rumah mereka. Bisa jadi pikirnya, lalu kemana teman-teman masa kecilnya apakah mereka sudah sebesar dirinya sekarang?. Mengingat hal itu membuat ia meringis dulu ia pernah bermain sepeda dan tercebur indah ke dalam parit milik kakek yang memelihara bebek. Ngomon-ngomong kakek itu masih hidup?. 

Asik berselancar dengan pikiran tiba-tiba nada dering ponselnya memecahkan keheningan membuat ia terkejut. Tak butuh lama Gabriella pun mengangkat panggilan dari ponselnya. 

Gabriella menggerling matanya dan hanya menjawab seadanya saja dan memutuskan panggilan sepihak. "Rata-rata para mama begitu cerewet, oh iya kalo di indonesia nama nya emak-emak heem." 

"Hmm... kamar aku seperti bocah ingusan yang baru injak kotoran sapi. Membosankan." Semenjak umur Gabriella 8 tahun ia sudah dibawah oleh mama nya ke Sydney dan bersekolah disana jadi maklum saja jika kamarnya tak pernah berubah, hanya rapi dan bersih saja. Sepertinya besok ia memutuskan merombak kamarnya ini.

"Neng Gabi belum tidur?" tanya bibi seraya menggantungkan seragam Gabriella yang akan di pakai besok.

Gabriella menggeleng sambil memerhatikan gerak-gerik bibi Enda. "Itu seragam buat Gabi besok bi?" 

"Iya neng, gimana baguskan? bibi juga udah sempet lihat-lihat kok. Sekolahnya itu besar dan siswa-siswi nya cantik dan ganteng banget." Gabriella hanya memasang wajah yang seolah mengatakan, oh begitu kah.

Revisi_ 

Hai para readers saya author meminta maaf karena tak pernah update. Banyak hal yang saya lewati selama beberapa lama saya tak melanjutkan cerita ini. Dan karena itu saya kembali mengumpulkan niat dan merevisi cerita saya. Banyak yang berubah dari kalimatnya dan saya berharap dengan revisi ini para readers tidak merasa bosan🙏.

Jika kalian mengulang kembali kavalaris untuk dibaca, tentu tidak akan menyesal karena saya sudah mengubah alur nya dan lebih mudah dipahami dan cukup rapi untuk mencapai konflik yang diharapkan😤. 

_salam hanget author 2022

KAVALARIS (REVISI)Where stories live. Discover now