-ˏˋ O6 - panggung sandiwara ˊˎ-

Start from the beginning
                                    

        "Anu, kita ikut ekstra PSHT Kak. Terus, tadi siang itu ada latihan. Kita bertiga nggak hati-hati. Makanya kena pukul gini," ucap Satresna yang dibenari Antara dan Arkael.

        Lyan menyempitkan dahi. Sempat menimang sang argumentasi. Kemudian menapaki sebuah tanya kembali. "Kalian bertiga ikut PSHT?"

        "Kita bertujuh Kak."

        "Kakak nggak setuju. Mending kalian jangan ikut lagi deh ya? Kalau nanti kalian kenapa-napa gimana?"

        "Kak, kita nggak papa kok. Lagian, kita semua baru juga masuk. Masa mau keluar. Kan kita nggak enak sama pelatihnya," jelas Antara.

        "Memangnya kenapa kalau baru masuk? Hari ini kalian bertiga yang babak belur. Nanti bisa aja Biyas, Gara, atau yang lainnya. Kalau kalian nggak enak ngomong sama pelatihnya. Biar Kakak aja."

         "H-hah?"

         "H-hah?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rikala W

Gue habis berantem.|

|Udah tau. Satu sekolah tau.

Kalau gitu, coba tebak|
ada berapa lebam? 

|Nggak tau, dan nggak
mau tau.

Sakit tau La.|
Apalagi yang di pipi

|Udah tau sakit,
kenapa berantem?

Kael yang mulai.|
Besok lo ikut LDK kan?|
Nanti, obatin luka gue dulu, ya?|

|Enggak, gue mau keluar.
|Dih, males. Memangnya
Nggak ada orang lain di rumah lo?

JANGAN BERCANDA|
Nggak ada|

|Beneran. Lagian dari awal,
gue nggak ada niat buat masuk Osis.

Pikirin lagi, ya?|


        Pesan terakhirnya hanya dibaca. Antara lantas menyimpan gawainya dalam saku celana. Ia menatap paradigma rupa miliknya di kaca. Sedikit berdenyut kala ia mencoba menarik pigura. Ah Batavia, kenapa sakitnya baru bisa dirasa?

        Diambilnya petak pereda lara, bejana, air dan jua kompresnya. Tungkainya singgah di bilik milik Lyan. Setengah raga muncul dari balik gapura sembari menyunggingkan senyuman.

        "Kak Lyan, obatin luka Apta dong, hehe."

        Hiruk pikuk di sudut rehat semakin menyengat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

        Hiruk pikuk di sudut rehat semakin menyengat. Tepat di saat rampungnya adat mengibaran saka, Lindu dan Nuansa mengikis penat. Ah, seluruh guru Nawakarsa tengah rapat. Sebuah masa yang begitu Nadir dirasa. Mengingat Nawakarsa adalah tempat yang amat menghargai masa.

        "Jadi nomor yang Andaru kasih ke lo itu bukan nomornya dia Ndu?" tanya Nuansa tak percaya. Jemarinya masih setia singgah di ruang cengkrama milik Lindu dan—entah siapa.

        "Bukan. Memang kurang ajar banget mang tuh cowok. Mana yang ngebales jutek banget, kaya cewek di samping kita." Lindu mengalihkan pandang sewaktu ia melontar lima kata terakhirnya.

        Sebenarnya ia tak bermaksud menyinggung, Batavia. Hanya saja, baginya pemudi yang tengah bersila sembari melahap kudapan di samping kanannya sudah keterlaluan. Ajakan pertemanan dari Lindu satu tahun lalu telah mendapat penolakan.

        Rikala menyibak rikma. Netranya masih berfokus pada kudapan yang sudah separuh ia telan. "Lo ngomongin gue?"

        "Oh, lo merasa?"

        Tidak ada pergantian rupa. Rikala tetap pada posisinya. Menimpali sekali sudah cukup, ia tak mau membalas lagi.

        "Gue duduk di sini ya, La." Antara langsung melabuhkan raga di depannya. Pigura milik Rikala yang masih bekerja mengunyah kudapan hanya bergumam sembarangan. Membuat Lindu terpaksa mengakhiri percakapan.

        "Eh, gimana kalau soal nomor Andaru, gue aja yang maju. Dijamin berhasil," tawar Nuansa.

        Lindu menganggukkan sirah. "Oke. Kalau lo berhasil, Andaru buat lo deh. Nanti, gue cari yang lain."

        "Deal!"

        Nawakarsa, sebenarnya berapa banyak penghunimu yang pandai bersandiwara? Berapa banyak opera yang tayang setiap harinya? Batavia, bisa tolong sampaikan pada mereka? Kalau nanti semesta tidak sempat memberi masa untuk merajut cerita bersama, jangan murka, ya?

        Nawakarsa, sebenarnya berapa banyak penghunimu yang pandai bersandiwara? Berapa banyak opera yang tayang setiap harinya? Batavia, bisa tolong sampaikan pada mereka? Kalau nanti semesta tidak sempat memberi masa untuk merajut cerita bersama...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

        "Apa? Kak Lyan minta ketemu sama Bang Gian? Bisa ketahuan Bang Gian kalau kita saudaraan, dan Kak Lyan juga bakal tau kalau sebenarnya kita nggak pernah mau baikan," ujar Biyas menggebu.

        "Ini semua gara-gara lo Tres," putus Andaru.

        Satresna yang merasa dirinya disebut dalam topik cengkrama lantas berkata. "Kok gue? Gua juga bohong sama Kak Lyan buat nutupin kalau kita baik-baik aja! Lo kira gue bakal tau kalau Kak Lyan malah mau ketemu sama Bang Gian?"

        "Udah, nggak usah salah-salahan. Kita kumpul buat cari cara biar nggak ketahuan. Kak Lyan minta ketemu minggu depan. Sebelum kita latihan." Segara sedang tak ingin melihat keributan. Masalah ini perlu pemikiran untuk mendapat jalan keluar, bukan hanya beradu ujar.

        "Lo semua pernah bayangin nggak kalau Kak Lyan tau yang sebenarnya? Tentang kita. Bukan cuma Kak Lyan, tapi seluruh orang yang pernah kenal siapa kita," interupsi Bhumi, seakan memberi celah 'Takut' untuk berlabuh kembali.

Catatan ::

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Catatan ::

kalau dihitung-hitung, cerita
ini akan panjang, banget :(((
doain, biar bisa cepat hana
selesaikan, ya? ah, btw—

HANA MAU TO, SAMA PTS HUHU.
KAGET BANGET TIBA-TIBA TADI
PAGI DENGAR INI. MANA HABIS
ITU DILANJUT TO BUAT UTBK.

jsjsjsjs, gimana dong?
pantes kemarin-kemarin
tugasnya udah agak "mereda"
ternyata, mau diberi yang lebih, ya?

©DE-HANA
🐧🐧🐧🐧🐧

GUGUR SELINDUNGWhere stories live. Discover now