-ˏˋ O6 - panggung sandiwara ˊˎ-

1K 147 21
                                    

        Petang ini rembulan tak utuh, hanya separuh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

        Petang ini rembulan tak utuh, hanya separuh. Dengungan tawa menghias ruang menyeluruh. Bahagia tengah kambuh. Sejenak sebelum pandangan Lyan berlabuh ke jejak lebam dan sudut luka yang membuat risaunya jatuh.

        "Atres, Apta, sama Kael kenapa? Kalian habis berantem?" tanya Lyan seraya menarik ketiga pemuda itu dari keramaian. Meninggalkan tatanan makanan yang nyaris Kael lahap duluan.

       Ketiga pemuda itu bertatapan. Saling tuduh untuk menjawab pertanyaan. Mereka sudah biasa mengambil peran dadakan untuk mengarang alur kejadian. Kalau dengan Eyang dan Lyan, mereka harus tampak seperti orang dan bayangan.

        "Kita nggak papa kok Kak. Cuma luka kecil, ya biasalah. Anak cowok, iya nggak bro?" ucap Arkael sembari merangkul bahu kedua pemuda itu kuat-kuat.

        Lyan menggelengkan sirah. Kenapa adik-adiknya malah berpegangan pada pedoman yang salah? "Nggak papa gimana? Kalian berantem sama siapa sih? GARA, TOLONG AMBILIN KOTAK P3K YA, DI KAMAR KAKAK."

        Segara lekas melangsungkan perintah. "Ini Kak. Gara ke Eyang dulu ya," ucapnya setelah obat luka itu singgah. Intuisi pemuda itu sudah terpecah akan ada kemungkinan terjadinya masalah. Daripada nanti terjerat salah, lantas ia berbalik arah.

        Sayup-sayup, Satresna menarik kurva. Rupa risau milik Lyan, adalah mimik yang paling dinantinya, semesta. "Ayo obatin luka Atres Kak!"

        Arkael segera mengangkat hasta. Bak tak mau keduluan Satresna. "Kael juga Kak!Kael dulu. Lihat Kak, luka Kael paling parah di antara kita bertiga."

        "Gue dulu," ulang Satresna sembari menyiniskan netra.

        Arkael hendak membuka pigura. Hanya saja, barisan kata yang Lyan rangkai membuat Kael menatap ganjil Antara. Biasanya, pemuda itu yang paling manja.

        "Kalau gitu, Apta dulu deh ya?"

        Antara yang sedari tadi terlelap menatap dewi malam terbangun dari lamunan. Batavia, sebenarnya Antara hanya ingin menciptakan kesempatan dari beberapa luka lebam dan jua goresan yang telah ia dapatkan. "Hah? Apta? Nggak usah Kak. Kakak obatin mereka berdua aja. Apta bisa ngobatin sendiri kok, serius."

        "Beneran bisa ngobatin sendiri?" tanya Lyan yang dengan cepat dihadiahi anggukan dibarengi dengan sebuah senyuman untuk meyakinkan.

        "Pencitraan. Biasanya juga lo yang paling manja sama Kak Lyan. Ayo Kak, obatin luka Kael aja."

        "Jawab dulu, kalian berantem sama siapa? Dan kenapa bisa sampai berantem gini, hmm?"

        Satresna sudah menduga. Kalau tanya itu akan kembali menyapa. Sialnya, kedua pemuda itu tidak memberinya izin untuk berbicara perihal perkara yang sebenarnya. Katanya, Lyan terlalu berharga untuk dibiarkan menyebrangi telaga kecewa.

GUGUR SELINDUNGWhere stories live. Discover now