•part 24•

4.3K 301 22
                                    

Danilo hari ini kembali bersekolah, namun ia harus direpotkan dengan menjemput Callista. Ya, Callista kekasihnya. Lebih tepatnya kekasih paksaan.

Danilo membawa mobil ke sekolah, padahal Callista memintanya untuk membawa motor. Callista mengatakan, jika menaiki motor lebih romantis seperti remaja pada umumnya.

Danilo tak mengindahkannya, dia membawa mobil yang bisa dibilang sangat-sangat kuno. Bukan mobil kuno yang bermodel klasik tapi mobil butut yang suka sekali dengan yang namanya mogok.

"Sayang! Kamu kok bawa mobil butut gini sih? Nanti kalo mogok di tengah jalan gimana?" ujar Callista dengan nada sebal. Baru saja Danilo ingin menjawab perkataan Callista, namun mobilnya tiba-tiba mogok.

"Kok berhenti yang? Jangan bilang mobilnya mogok?" tanya Callista. Danilo menjawabnya dengan deheman, lalu berusaha untuk menghidupkan mobilnya.

"Sepertinya mobil ini harus di dorong, " ucap Danilo dengan tangan yang masih mengotak-atik kontak mobil.

"Yaudah, sana kamu dorong mobil, " ucap Callista.

"Bisa stir mobil?" tanya Danilo. Callista menjawab dengan gelengan singkat.

Dahi Danilo mengkerut, jika dilihat-lihat membentuk 7 garis. "Lalu siapa yang menyetir mobil?"

"Ya-ya elo lah! Siapa lagi?" jawab Callista.

"Nah, sekarang lo dorong mobilnya, " ujar Danilo menyuruh Callista.

"APA?! KAMU SURUH AKU DORONG MOBIL?!" tanya Callista dengan berteriak. Danilo menjawab dengan anggukan singkat.

"KAMU GAK TAU?! AKU PAKE MAKE UP INI LAMA BANGET! MULAI DARI SIMPEL SKINCARE, FOUNDATION, BEDAK TABUR, BIKIN ALIS, EYESHADOW, EYELINER, PENJEPIT BULU ALIS, MASCARA, BLUSH ON, HIGHLIGHT, CONTOUR, LIP BALM, LIP CREAM, LIP GLOSS, SETTING SPRAY! ITU LAMA BANGET! DAN KAMU NYURUH AKU DORONG MOBIL?!" teriak Callista panjang lebar.

"Gua baru tahu, kalo ada penjepit bulu alis, " ucap Danilo sembari mengangguk-angguk.

"Ralat, penjepit bulu mata, " jawab Callista dengan nada rendah.

"Bodoamat, buru dorong mobil, " ucap Danilo.

Callista memelas, "Dan plislah, aku udah dandan cantik gini disuruh dorong mobil?"

"Gak usah manja! Lagian cuma 2 kilometer," Callista melotot mendengar jawaban Danilo.

"Kamu bilang cuma Dan?! 2 KILOMETER CUMA?!" Danilo tak peduli dia hanya mengode Callista turun untuk mendorong mobil.

Jalanan cukup ramai, banyak kendaraan yang lewat. Sesekali Callista digoda oleh para pengguna jalan, Callista hanya merespon mereka dengan dengusan kesal.

Mobil yang Callista dorong hanya bergerak 2 meter dari tempat semula. Aksi dorong mendorong tadi membuat Callista berkeringat.

Callista menghampiri Danilo di kursi kemudi, "Dan! Aku capek! Terserah kamu mau bilang apa, aku mau jalan kaki aja!" ujar Callista dengan suara kesal.

Sedangkan Danilo hanya mengangguk-angguk saja. Karena Danilo hanya merespon dengan anggukan, Callista kesal bukan main dan segera berjalan kaki.

Danilo mengangkat sebelah bibirnya, tersenyum sinis. Lalu melajukan mobil bututnya, "Naik!" ujar Danilo singkat.

Callista terkejut, "Danilo? Jadi kamu bohongin aku? Terus kenapa kamu sekarang nyamperin aku?" tanya Callista.

"Aku tahu, kamu khawatirkan? Makanya kamu samperin aku, " lanjutnya setelah masuk mobil.

"Kalo sakit ngerepotin dan jadi penghalang buat jengukin Clarissa, " Danilo menjawab dengan nada datar.

"Clarissa Clarissa Clarissa! Clarissa aja terus! Cewek kamu itu aku! Bukan Clarissa si cewek penyakitan!" Danilo yang mendengar itu hanya diam, guna meredam emosi.

"Gak bisa jawabkan?! Cewek penyakitan kok disukain!" lanjutnya.

"Bisa diam?!" balas Danilo.

"Apa?! Gak terima?! Itu kenyataannya goblok! Cewek yang kamu sukain PENYAKITAN!" ujar Callista dengan menekankan kata penyakitan. Danilo bertambah kesal, lalu kakinya menginjak pedal gas menambah kecepatannya.

Danilo menoleh ke arah Callista dengan wajah dingin. "Lo yang penyakitan! Lo yang gak waras! Lo yang sakit! Sekarang coba otak lo di pake! Cuma orang sakit dan iri yang bakal ngejelek-jelekin keadaan orang lain!"

"Jadi?! Maksud lo gua yang ga--- DANILO AWAS!"

BRAKKKKKKK

Mobil Danilo menabrak trotoar dan berguling-guling, karena berusaha menghindari truk di depannya. Kejadian itu terjadi begitu cepat, ramai-ramai orang berdatangan.

Tidak ada yang berani untuk menyentuh Danilo dan Callista. Tubuh mereka berlumuran darah dan tergeletak, hanya di tutup dengan selembar koran.

Polisi sudah datang, polisi mengamankan kendaraan Danilo. Ambulan tak kunjung datang, mungkin sang ambulan terjebak.

Polisi mengecek saku Danilo dan Callista untuk mengambil ponsel. Guna menghubungi orang tua mereka.

Polisi menghubungi orang tua mereka, polisi hanya menyampaikan tempat kejadian perkara. Mereka masih akan menyelidiki penyebab kecelakaan.

Ambulan tak kunjung datang, Callista masih bisa membuka matanya. Mengaduh sakit tak lama kemudian matanya tertutup. Keadaan Danilo cukup parah, tangan Danilo bergerak sekilas.

Setelah itu tidak ada gerakan dari Danilo, keadaan semakin ramai. Darah yang keluar semakin banyak, 10 menit kemudian ambulan baru saja sampai.

Saat akan diangkat menuju ambulan, mata Danilo terbuka. Mulutnya berusaha berbicara meskipun sedikit kesulitan.

"Ji-jika saya ma-mati, donorka-kan tulang su-sumsum sa-saya untuk pa-pasi-sien bernama Clariss-sa Tristeza Al-alhaya."

•••

TBC.

Maaf udah gantungin kalian. Saya sangat sibuk sekarang. Sebisanya saya akan lanjutkan cerita ini:)

Jangan lupa vote and comment.

ALONE ✔Место, где живут истории. Откройте их для себя