LF.1

17.1K 1.5K 177
                                    



Sorry for typo(s)





Suara serta tawa menggemaskan siang itu memenuhi ruangan yang tak cukup luas dari taman kanak-kanak. Beralaskan tikar bergambar alfabet serta hewan, sekitar lima belas anak yang rata-rata berusia lima tahun tengah asyik bermain.


Kegiatan mereka beraneka ragam; ada yang menulis abstrak di papan tulis, berlarian masuk keluar kelas, duduk melingkar dengan kawan masing-masing.


"Nanti kalau kalah, Echan coret wajah kalian dengan crayon, oke?!"



"Wajah Jeno nanti jelek!"


"Nana mauuu!"



Dua reaksi berbeda yang dilontarkan oleh anak-anak tersebut, si anak yang bersurai ikal tertawa mendengar. Tubuhnya berbalik mengambil kotak crayon yang ada, warna merah menjadi pilihan anak tersebut.



Dari semua anak-anak di sana, ketiga sosok ini tak pernah meninggalkan kelas untuk bermain di luar. Mereka lebih memilih duduk di ujung ruangan dan membuat permainan sendiri seperti beradu batu, gunting dan kertas. Biasanya, yang kalah akan memberikan salah satu makanan yang dibawa untuk istirahat. Namun, kali ini si pencetus pintar bernama Haechan mengusulkan sesuatu yang baru.



Selain anak itu, ada dua lagi yang selalu menjadi sahabat sejak hari pertama masuk sekolah. Yang pertama adalah Jeno, pemilik eyesmile yang bisa membuat orang jatuh hati oleh pandangan pertama kemudian yang kedua bernama Jaemin dengan panggilan akrab Nana. Satu kata yang diucapkan pertama kali saat ia dapat berbicara, senyuman anak itu juga tak kalah menggemaskan dari dua sahabatnya.



"Nana kalah! Echan gambar wajahnya!" seru anak itu sembari menggoyangkan tubuh karena senang.



Bukannya menolak, anak yang bernama Jaemin tersebut mencondongkan tubuh kemudian memejamkan mata untuk menunggu sang sahabat melakukan aksinya.


"Hayo, Haechan Jaemin..."



Panggilan tersebut membuat maniknya terbuka dan menemukan sosok wanita tinggi di sana, beliau bersimpuh dengan jari yang menunjuk pada mereka.



"Echan ingin mewarnai wajah Nana, Yoona Ssaem!" adu Jeno di sana dengan kedua lutut yang menopangnya untuk berdiri.



Kedua alis wanita dengan surai hitam panjang itu terangkat, menatap wajah Jaemin serta Haechan secara bergantian dengan mata memicing yang dibuat-buat. Tangan sang ibu guru terulur mengambil crayon dari tangan pemilik pipi gembil tersebut dan meletakkannya kembali pada wadah, beliau ikut duduk di sana menatap tiga murid kesayangan.




"Jangan bermain seperti ini lagi, ya? Kalau ingin mewarnai, kan ada kertas. Nanti kalau sampai besar seperti ini lalu kalian memiliki teman yang tidak suka, bagaimana?"



Kening Haechan berkerut, menatap dua sahabatnya, "Kalau begitu tidak usah tambah teman, Ssaem!" sahutnya yang disetujui oleh dua anak di sana.



"Nana juga tidak mau berpisah dari Echan dan Jeno!"



"Betul!"



Senyum Yoona terukir lebar, merasa kagum atas pertemanan ketiga anak ini. Namun, usia mereka bahkan masih balita. Kehidupan masih panjang, orang-orang baru akan masuk dalam perjalanan yang tak terduga nantinya.




"Ya sudah, kembali ke tempat kalian. Kita pulang!" seru sang guru cantik.




**



Locu Felice✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora