7. MUNDUR

4K 916 59
                                    

Sinar memerlukan waktu dan jarak yang jelas adalah untuk Zafar tidak bisa menjangkaunya lagi. Dia mengikuti saran dari setiap yang Jonas sampaikan agar bisa segera mundur menjadi karyawan di sana, atau lebih tepatnya keluar dan berhenti menuruti semua yang Zafar mau apa pun risikonya. Meski dia harus bermain kucing-kucingan dengan Zafar kembali, tapi yang jelas ini akan menjadi hal yang perlu dilakukan supaya tidak ada lagi kejadian seperti hari kemarin. Dia tak mau menghancurkan siapapun lagi setelah ini. Cukup melihat Pijar saja kemarin panik karena dirinya.

Kini Sinar berada di depan pintu ruangan Jonas. Bergerak untuk segera memberikan surat pengunduran dirinya. Untuk Zafar... seperti yang Jonas beritahu, semuanya akan Jonas bantu.

"Masuk!" sahutan dari dalam membuat Sinar tak ragu lagi mendorong daun pintu ruangan Jonas yang berada satu lantai di bawah Zafar.

"Permisi, Pak. Maaf mengganggu waktunya." Kata Sinar membuat Jonas melebarkan senyumannya.

"Sudah kamu siapkan suratnya?" tanya Jonas mengenai surat pengunduran diri.

"Sudah, Pak." Kata Sinar seraya memberikan suratnya di atas meja Jonas.

Pria itu langsung melihat isi di dalamnya, hanya sebagai bentuk formalitas saja. Tidak ada yang perlu dipertimbangkan lagi, Jonas begitu simpati kepada Sinar karena terus menerus berada di dekat Zafar dan dimanfaatkan.

"Pak Jo, saya masih memiliki masalah dengan hutang yang pernah pak Zafar berikan untuk operasi anak saya."

Jonas menatap Sinar dengan penuh penyesalan. Andai saja saat itu Jonas tahu lebih dulu keadaan putri Sinar, sudah pasti perempuan itu tidak masuk ke dalam permainan Zafar hingga seperti ini.

"Saya sudah bilang, kan, Sinar. Semua yang masih tersisa antara kamu dan Zafar di sini akan saya bantu selesaikan. Bukan hanya kemudahan bagi kamu untuk keluar dari kantor ini, tapi juga keuangan yang menjadi kendala bagi kamu terhadap Zafar."

Airmata Sinar meniti. "Saya nggak tahu harus berterima kasih seperti apalagi ke bapak. Saya sudah menjadi contoh karyawan yang tidak baik. Saya memanfaatkan kebaikan bapak, dan sekarang saya begitu mengandalkan bapak untuk membayar uang tersebut. Walaupun sebenarnya saya punya uang—"

"Semua uang yang asalnya dari Zafar, kembalikanlah. Saya tahu kamu nggak menggunakannya untuk berfoya-foya, sekalipun dengan alasan anak kamu. Kembalikanlah, Sinar. Supaya kamu nggak merasa terbebani lagi."

"Bagaimana... bapak tahu?"

Jonas kembali tersenyum. "Kalau kamu menggunakannya tanpa sungkan, kamu akan membeli rumah mewah, menyekolahkan anak kamu di sekolah mahal, membelikannya pakaian super, dan tidak membiarkannya hidup sederhana seperti ini." Tutur Jonas jujur. "Semua orang tahu, Sinar. Kamu bukan tipikal perempuan yang suka menghamburkan uang, tapi mereka sengaja menutup mata dan menilai kamu sebagai wanita murahan."

Sinar semakin tunduk dalam tangisnya. Ternyata ada seseorang yang mau memercayai dan melihat sisi lain dalam hidupnya yang 'rendahan' ini. Sinar tidak tahu bahwa masih banyak orang-orang sejenis Jonas di dunia ini.

Melihat Sinar yang tidak bisa menahan tangisnya, Jonas membiarkan perempuan itu menumpahkan segala resahnya melalui tangisan yang memilukan itu. Tidak dia ganggu kegiatan Sinar, meski para karyawan yang lain akan menatap curiga pada mata sembap Sinar begitu keluar dari ruangannya.

Tak apa. Jonas hanya ingin Sinar bisa merasakan bebas, meski hanya untuk sebentar saja. Perempuan itu harus memiliki kebebasannya sendiri juga, walau kecil sekali kemungkinannya bisa terlepas dari cengkeraman Zafar yang kini ambisius.

*

Menjelaskan pada Zafar yang keras hati serta akal budinya memang sangat sulit ketimbang meminta orang gila untuk diam. Sebab ini yang sekarang harus Jonas hadapi ketika Zafar meminta penjelasannya secara langsung begitu didengarnya kabar pengunduran diri Sinar di telinga pria itu. Zafar tidak bisa menunjukkan ketenangannya ketika membicarakan nama Sinar. Jonas bisa menyimpulkan bahwa ada hubungan yang tak pernah dimengerti orang lain mengenai Zafar dan Sinar.

"Maksud lo apa kasih izin Sinar ngundurin diri!?" Begitulah ucapan Zafar yang terkesan menodong.

"Masuk, Far. Duduk dulu, gue buatin minum—"

"Nggak perlu. Jelasin aja sekarang, Nas! Gue nggak mau ngabisin banyak waktu gue di rumah pengkhianat!"

Jonas menghela napasnya dengan berat. Dia baru saja bisa membersihkan diri sepulang dari kantor. Kini, Zafar sudah memotong waktu istirahatnya.

"Kita nggak akan bahas ini dan bikin tetangga gue denger aib lo dan Sinar, kan?"

Bibir Zafar berkedut. Amarah yang mendasari kedatangannya ke sini harus ditahan dengan keras. Jonas sudah tahu mengenai apa yang terjadi antara dirinya dan Sinar, maka Zafar memilih menuruti temannya itu.

"Gimana bisa lo tahu soal gue sama Sinar?" Sekali lagi Zafar menodong Jonas dengan pertanyaan dan tak sabaran.

"Siapapun bakalan tahu soal hubungan lo sama Sinar. Orang kantor juga tahu Sinar itu perempuan murahan yang bisa dipake sama atasannya. Itu kenapa pergaulannya sama anak kantor nggak bisa maju, bahkan nggak ada satupun yang mau deket sama dia. Karena mereka pikir berteman sama 'pelacur' nggak akan bawa dampak yang baik."

Jonas sempat menangkap getar kesedihan dari manik Zafar, tapi sayangnya gelombang itu habis dengan kilat amarah kembali.

"Gue nggak peduli soal itu. Yang gue tanyain, kenapa lo berubah jadi pengkhianat? Dari awal, lo tahu kebiasaan gue deket sama cewek. Sekarang kenapa lo jadi ikut campur!?"

Jonas membawa kaleng minuman bersoda. Sengaja dia menaruhnya di hadapan Zafar meski yang disuguhkan Jonas tak akan disentuh.

"Far, lo nggak takut memperlakukan Sinar kayak gini?" tanya Jonas.

"Apa maksud lo, Nas?"

"Lo tahu maksudnya. Gue tanya sekali lagi, Far. Lo nggak takut memperlakukan Sinar kayak alat pemuas nafsu yang nggak bernyawa? Lo nggak takut suatu saat lo punya anak perempuan yang diperlakukan sama seperti lo memperlakukan Sinar sekarang?"

Zafar mendengus keras. Menghadang bayangan yang sempat datang menaungi isi kepalanya. Dia sempat gemetar membayangkannya. Namun, ego menahan segalanya.

"Lo mau menghakimi gue, Nas?" balas Zafar. "Gue udah bilang, perempuan kayak Sinar itu cuma perempuan topeng! Dia bakalan lakuin apa pun buat narik rasa kasihan lo! Sekarang terbukti, kan? Dia bikin lo berani belain dia sebegininya. Lo udah buta—"

"Lo yang udah buta dengan ambisi gelap lo, Far."

Zafar berdiri dari tempatnya duduk berhadapan dengan Jonas. Duduk tak lagi membuatnya sabar.

"Mau bilang apa lo sebenarnya, Nas?"

Mereka yang sudah begitu paham sebagai teman bisa merasakan apa yang ingin disampaikan satu sama lain.

"Gue cuma mau nyampein, Far. Lo harus lihat sendiri anak Sinar. Lo bakalan nyesel kalo nyakitin seorang ibu sekuat dan sehebat Sinar."

Mengeratkan rahangnya, Zafar kembali menyahut. "Bilang langsung aja apa yang mau lo bilang!"

"Lo punya anak, Far. Harus lo ingat. Lo punya anak dari Sinar."

Dan yang menjadi musik pengiring malam itu adalah Zafar yang tak terima dan meninju wajah temannya sendiri karena mengungkapkan kalimat yang Zafar tolak habis-habisan.

The Broken Black RoseWhere stories live. Discover now