"Tingkahnya kayak anak kecil banget. Udah mau masuk esde juga," timpal yang tertua di antara mereka, Yeonjun.

"Ei! Bang Jun, nyindir Gyu, ya?!" protes si bocah beruang, Beomgyu.

"Kapan?"

"Tadi, sih!"

"Itu buat, Hyuka. Bukan buat kamu! Lagipun kamu, kan udah masuk esde," terang Yeonjun. "Tapi, kalau sadar diri mah gak apa-apa."

"Bang Ubin!" Si bocah pinguin memanggil dengan nada merengek, tangan kecilnya menarik-narik baju seragam milik Soobin.

"Huhu, Hyuka sedih! Bang Jun, Bang Gyu, ama Tyun marahin Hyuka telus!" keluh di bocah. "Bang Ubin malahin balik meleka! Halus pokoknya!"

"Heh!" teriakkan tak terima keluar dari tiga orang lainnya yang di sebutkan namanya.

"Tuh, Bang!" rengek bocah itu lagi.

Soobin hendak membuka suara, namun, melihat dua orang dewasa yang dia kenal berjalan menghampiri tempat mereka, membuatnya mengurungkan niat.

"Lho, ada Soobin. Soobin apa kabar?" Salah satu dari mereka bertanya, tidak lain adalah Ibu Hueningkai.

"Kabar baik, Tante," jawab anak itu.

"Syukurlah."

"Eum, Sekalian, gimana kalau Soobin ikut makan siang bareng?" tawar wanita itu.

Soobin menggeleng pelan. "Gak usah, Tante," tolaknya sopan.

"Hah? Kok gitu?" Bocah yang mendekapnya bertanya, atau mungkin memprotes tolakan Soobin.

"Ikut, ya? Ya, ya, ya, ya? Hyuka ngambek, nih!"

"Ya udah, Soobin ikut."

"Yey, cayang Bang Ubin, banyak-banyak!"

Ibu Hueningkai hanya tersenyum tipis, tangannya terulur mengusak surai sang putra. "Kebiasaan banget. Hyuka, di lepas dulu itu pelukannya, kasian itu Soobinnya," peringat sang Ibu.

"No, no, no. I don't want to, Mom!"

+×+

Yeonjun menghepaskan tubuhnya ke ranjang.

Dia sangat letih akibat aktivitas sekolahnya yang mulai memadat. terlebih lagi, kasus pembunuhan sang adik belum juga ada kabar. Padahal, sudah hampir dua minggu berjalan.

Pikirannya kacau. Setiap malam dia kadang tidak bisa tidur karna memikirkan itu semua.

Yeonjun rasanya ingin mengundurkan diri saja dari dunia ini.

Dia hanya seorang remaja berusia 17 tahun, yang tak tahu menahu tentang hal seperti ini.

Tapi, meskipun begitu, dia tetap bersyukur karna mempunyai Kakak serta Sahabat yang selalu di sampingnya. Menguatkan dirinya di kala terpuruk. Baginya, itu sudah lebih dari cukup.

Sorry I'm an anti-romantic

Dering notifikasi dari ponsel mengejutkannya. Pemuda itu buru-buru mengecek ponselnya, dan mendapati sebuah panggilan telepon dari Doyoung.

[√] Can't You See Me? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang