Part 12

3.4K 292 23
                                    

Mau up sore, tapi gak jadi. Karena hati author lagi berbunga-bunga, penyebabnya tak lain dan tak bukan adalah Alfonsoboada. Cast-nya Melvi makin semangat nulis kalau semakin dekat sama dia, dari komen-komenan jadi halu, kan! Ternyata dia baik banget, cuma foto-fotonya doang yang wajahnya datar. Aslinya enggak, ramah gila😂
Maaf kalau ada typo🙏 Vote sebelum membaca dan komen setelah membaca😘
Happy reading🤗

~~~

Rambut cepolan asal, keringat membasahi wajahnya dan bibir pucat menjadi tampilan Ava saat ini. Pagi hari dia sudah berlari keliling komplek, menurut penuturan Andre, lari pagi baik untuk tulang punggung, paha, tungkai bawah dan tulang kaki. Karena Ava ingin memiliki tubuh ideal, dia ber-olahraga seperti saran Andre.

"Capek, Kak!" Teriak Ava saat Andre, Arkan dan Riko sudah jauh di depannya.

Andre menoleh dan tersenyum lembut, dia menunggu Ava berjalan ke arahnya. Langkah kaki Ava sangat pelan, mungkin gadis cantik tersebut sudah benar-benar lelah. Riko mendengkus kesal, Ava yang melihat wajah sinis abangnya berdecak kesal.

"Abang wajahnya minta di rempelas, ya?" Tanya Ava kesal, napas Ava jaraknya seperti senin ke kamis, sangatlah jauh. Tangan Andre mengusap punggung mungil adiknya.

Bibirnya mencium pelipis Ava lembut, beberapa kali kecupan mendarat disana. Dengan langkah santai, mereka kembali melanjutkan perjalanannya. Baru setengah putaran kompleks saja Ava sudah lelah, apalagi dua kali putaran. Bisa-bisa ko'id di tengah jalan.

"Dek, beli sarapan bubur ayam, taburannya daun bawang sama kerupuk. Beuh, nikmat tiada tara. Janda aja kalah nikmat," ujar Riko menggebu, ketiga saudaranya menghentikan langkahnya dan menatap Riko tajam.

Glekk...

Riko menelan ludahnya susah payah, tatapan tajam Andre dan Arkan membuat nyalinya ciut. Tapi wajah mengejek Ava sangatlah tak bersahabat, ingin sekali dia baku hantam dengan adiknya. Tapi dua singa di samping Ava akan memangsanya hidup-hidup kalau sampai itu terjadi.

"Bang, pernah nyobain janda, eh?" Tanya Ava mengejek, Riko menahan napasnya saat Andre dan Arkan berjalan pelan ke arahnya.

Tanpa basa-basi, Riko berlari menjauh. Napasnya memburu karena lelah. Andre dan Arkan tak mengejar dua saudara tersebut hanya berjalan cepat, Riko saja yang lebay. Sok-sokan ingin di kejar.

"Kok Ava di tinggal sih," keluh Ava kesal, dia berjalan pelan, Ava sudah tak ada tenaga untuk lari. Lebih baik dia berjalan santuy saja.

"Ehem," deham seseorang yang ada di atas kursi samping penjual bubur, Ava menoleh dan tersenyum saat melihat lelaki tampan tengah duduk dengan wajah datar.

"Mau ngapelin Ava, ya?" Goda Ava dengan cengiran khas, Melvi berdecih.

Ava menarik kursi plastik berwarna biru di samping kekasihnya, eh? Kekasih? Setelah kejadian dua minggu lalu Melvi dan Ava resmi jadian. Hati Ava selalu berbunga-bunga setiap pagi ada yang mengucapkan 'pagi' dan saat malam mengucapkan 'nice dream' sangat manis jika mengingat sifat Melvi yang seperti itu.

"Pesen," ujar Melvi dingin, Ava yang tak mengertipun menaikan sebelah alisnya.

Wajahnya memiring ke kanan untuk menatap mata kekasihnya, wajah datar Melvi mampu menerbitkan senyum manisnya. Cinta pertama Ava dan kekasih pertama Ava adalah gambaran sempurna menurut gadis mungil tersebut.

"Mbak, gak usah pakai daun bawang." Ujar Ava saat melihat penjual bubur ayam akan meracik pesanannya, penjual bubur itu hanya mengangguk dan tersenyum ramah.

Ava melihat ke sekeliling, sudah lumayan ramai orang lari pagi. Ternyata banyak juga yang memiliki minat lari pagi, Ava kira hanya dirinya.

"Pacarnya ganteng, Mbak." Ujar perempuan paruh baya yang tengah membeli bubur juga,  Ava berdeham dan mengangguk pelan. Sorot matanya memancarkan aura tak suka.

Ava Story (END)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon