Sementara Chan juga sempat mendapat perawatan akan traumanya terhadap suara jam beker, dering sepeda, dan bel yang berbunyi. Namun Chan tetap melanjutkan hidupnya dengan baik, hingga sekarang.

Tapi sayangnya, tidak untuk Kim Seungmin.








Dua tahun setelah tragedi liburannya, ia ditemukan tewas bunuh diri dengan melompat dari rooftop rumah sakit jiwa yang merawatnya. Seungmin justru memilih mengakhiri hidupnya, daripada berusaha menyembuhkan gangguan jiwa dan pendengarannya.

Dan tak terasa 25 tahun sudah berlalu semenjak teror pembunuhan yang menimpa mereka.










KRIINGG!!!













Chan menghentikan langkahnya begitu mendengar bunyi bel yang mengingatkannya akan suara alarm di penginapan Taehyun.

Ia melirik jam tangannya. Sudah waktunya ia mengajar sekarang. Masa lalu, biarlah menjadi pelajaran yang berharga untuknya.


























































"Selamat pagi anak-anak." sapa Chan di kelas 10 MIPA 3, namun ia kembali dibuat terkejut lagi.

"Pagi pak!!" jawab semua murid serempak.

Karena semua teman-temannya termasuk Seungmin, ada di dalam kelas ini. Wajar saja Chan tidak tau, karena ini adalah hari pertamanya mengajar di sekolah barunya.

"Bapak guru baru yang gantiin pak Kim ya?" tanya seorang murid dekat pintu kelas, Jisung.

Chan tersenyum kaku. "Ahh iya. Perkenalkan nama saya, Bangchan. Saya akan mengajar fisika untuk menggantikan pak Kim Namjoon yang pensiun kemarin. Semoga kalian nyaman dengan saya."

"Maaf pak, nama bapak Bangchan?" tanya murid lelaki bernama Lino.

Chan mengangguk. "Ya, kenapa?"

"Sudah hampir 2 minggu ini saya sering mimpi ketemu bapak, dan namanya juga sama. Bangchan namanya. Saya sering mimpi aneh, seakan-akan saya sedang berada di masa lalu dan saya sama sekali tidak tau kapan dan di mana mimpi saya itu. Paling sering, saya selalu bermimpi diri saya yang dikurung di kamar." jelas Lino.

Hyunjin menoleh kaget. "Wah serius?! Kok kita sama? Gue juga mimpi kayak gitu! Masak gue mimpi nangis-nangis gak tau di makamnya siapa. Kalo gak salah makamnya Jisung, njir!"

Jisung terbelalak. "Hah?! Gue mati gitu maksudnya? Tapi kok gue juga sama kayak kalian ya. Gue mimpi ada di kelas terus ngelawak gitu, abis itu ketawa-tawa bareng. Tapi bukan di sekolah ini, dan suasananya kayak jaman dulu gitu. Padahal gue gak tau itu kapan dan di mana. Gue serasa ngeliat diri gue di masa lalu."

"Gue juga sama." sambar Changbin sambil memainkan pulpennya. "Gue mimpi ngeliat diri gue lagi liburan ke pulau. Terus tiba-tiba gue ada di pantai bikin perahu. Gak jelas banget kan?!"

Taehyun menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari bukunya. "Kalian mungkin reinkarnasi seseorang di masa lalu."

Lino memandang Chan dengan tatapan memohon. "Pak, tolongin kita lah. Kalo emang mimpi kita ini ada hubungannya sama bapak, tolong bapak tangani ini. Saya tidak bisa tenang karena mimpi itu. Saya sering terbangun dan tiba-tiba menangis sendiri, seakan merasakan rasa sakit di mimpi itu. Padahal saya tidak tau maksudnya apa."

Chan menghela nafasnya. "Baik, kalau begitu saya akan menceritakan satu kisah untuk kalian."

Chan juga sebenarnya bingung. Kenapa hanya 4 orang yang mimpi masa lalu itu, sedangkan yang lain nampak biasa saja? Mungkin saja sisanya belum memimpikan itu, pikirnya.

Beomgyu mengangkat tangannya sambil mengunyah permen karet. "Pak, kita pusing belajar terus. Selama pak Kim ngajar, kita gak pernah dapet jamkos."

Ucapan Beomgyu barusan mengundang setuju teman-temannya yang lain, membuat Chan mengangguk sepakat.

"Saya ceritakan ya, tapi ceritanya panjang. Cerita ini juga bikin kalian paranoid sama alarm, gapapa?" tanya Chan.

Padahal guru baru, bukannya ngajar malah nge-dongeng.

"GAPAPA PAK! Bapak nongkrong di kantin juga gapapa." jawab Changbin mewakili teman-temannya.

Taehyun mendesis kesal. "Kalo gak niat sekolah, mending pulang aja. Sekolah itu buat belajar, bukan buat main."

"Dih, itu sih lo aja. Lo kalo mau tenang aman dan damai, ya lo pindah kelas sono! Sekalian aja lo homemade." cibir Jisung.

"Homeschooling, Sung." ralat Hyunjin.

"Nah, iya itu maksudnya."

Chan tersenyum kecil. Bahkan sikap anak-anak itu, sama persis dengan sikap teman-temannya. Ia jadi merasa bertemu lagi dengan mereka.

Chan membenarkan letak kacamatanya, dan memandang satu persatu wajah-wajah itu.

























































"Baiklah anak-anak. Kali ini saya akan menceritakan kisah saya dan teman-teman saya ketika berlibur di sebuah pulau. Kalian siap?"


END

Endingnya garing banget ya ampun aksgfdhvoqksnpq.

Sebenernya cerita ini tuh tentang alarm, liburan, atau pulau sih? Heran sendiri saya:(

Lebih seru yang kesatu ya? Saya minta maaf ya kalo sequel ini mengecewakan dan membosankan.

Btw..

Terima kasih banyak buat yang udah baca, yang ngasih vote, yang komen, yang kasih semangat, dan yang sider juga. Apalagi kalian yang baca+vote+komen mulu. Kesayangan banget ya ampun huhu😭

Tapi semua readers tetep jadi kesayangan saya kok, hehe.

Terima kasih juga udah komen yang lucu-lucu, sampe bikin saya ketawa💞

Saya juga minta maaf, kalo cerita ini gak memenuhi ekspektasi kalianಥ‿

Ada yang mau ditanyain? Tentang alurnya atau ada yang gak ngerti, atau mungkin ada yang mau nanya tentang authornya?g.

Kalau ada saran, bilang aja, gapapa. Saya juga masih dalam tahap belajar menulis cerita dengan baik buat kedepannya nanti.

Satu lagi!

Cerita ini hanya sebuah karangan yang sama sekali tidak berhubungan dengan kehidupan nyata para tokoh.

Kesel sama salah satu tokoh gapapa, tapi jangan sampe dibawa ke real life:(

Sekali lagi terima kasih, sampai jumpa lagi!❤

As i'm not good with words, this is all i can say.

-bjy_18

[2] Alarm | TXT ft. SKZ『√』Where stories live. Discover now