Prolog

2.6K 119 30
                                        

KANEISHA turun dengan sangat hati-hati dari tempat tidur, supaya tak membangunkan Raka yang sedang tertidur pulas. Maklum, Raka baru pulang sekitar jam tiga pagi karena ada rapat kerja dengan kolega kantornya. Tak tega rasanya jika Kaneisha sampai mengganggu waktu istirahat Raka. Dengan perlahan, Kaneisha membuka salah satu laci yang ada di meja riasnya, lalu mengambil test pack yang belum terpakai.

Setelah mengambil test pack-nya, Kaneisha perlahan-lahan pergi menuruni tangga dan pergi ke dapur rumahnya. Ia mengambil segelas air putih, untuk memudahkan proses buang air kecilnya nanti. Sembari minum, Kaneisha membuka pintu kamar Kanasta dengan perlahan, lalu melewati pagar pembatas dan memeriksa putra tunggalnya itu.

Kanasta terlihat tidur telentang, bersama dengan botol susu yang telah kosong dan boneka Bruni miliknya. Boneka itu dibelikan oleh Raka, karena suaminya itu merasa bahwa anak mereka memiliki senyuman yang mirip dengan tokoh kartun satu itu. 

Kaneisha mengelus kepala kecil Kanasta dengan tangannya. Terkadang ia merasa sedih melihat anaknya, apalagi ketika menyadari Kanasta sudah tak sekecil dulu lagi. Putranya itu sudah berusia 21 bulan dan sudah semakin pintar dalam melakukan banyak hal.

Kanasta sudah bisa berjalan dan berlarian sendiri dengan kakinya. Ia juga mulai mengerti semua kalimat yang Kaneisha dan Raka ucapkan walau masih belum bisa berbicara dengan lancar, Kanasta bahkan sudah bisa merapikan mainannya sendiri setiap Kaneisha meminta.

Pertumbuhan Kanasta membuat Kaneisha merasa senang dan sedih di saat bersamaan. Ia tak ingin Kanasta cepat tumbuh besar, namun ia juga tak ingin Kanasta mengalami keterlambatan tumbuh kembang. Tipikal dilema ibu-ibu muda.

"Bangunnya nanti aja, ya, Nak. Mama belum masak." Kaneisha berbicara pelan sambil tersenyum pada Kanasta yang masih terlelap.

Kaneisha memutuskan untuk meninggalkan Kanasta sendirian, lalu kembali pergi ke dapur. Gelas yang tadi ikut bersamanya kini telah kosong dan ia letakkan di atas meja. Kemudian Kaneisha masuk ke dalam kamar mandi di lantai bawah, untuk menggunakan tes kehamilannya.

Setelah berada di dalam kamar mandi, Kaneisha langsung duduk di kloset. Tanpa menunda-nunda, Kaneisha langsung melakukan semua langkah-langkah yang harus dilakukan ketika melakukan tes kehamilan.

Kaneisha sudah berhenti menggunakan KB suntik sejak beberapa bulan lalu. Ia dan Raka sepakat untuk memiliki anak kedua, supaya umur Kanasta dan adiknya nanti tidak terlalu jauh. Alasan lain Kaneisha tak ingin menunda terlalu lama untuk memiliki anak kedua adalah karena ia tak tega melihat Kanasta yang terkadang harus main sendirian, kala Kaneisha mengurusi pekerjaan rumah. Kanasta yang belum masuk sekolah dan lingkungan rumah yang tak banyak anak kecilnya, membuat Kanasta kesepian dan tak memiliki teman bermain.

Menurut Kaneisha, Kanasta masih terlalu muda untuk bersekolah. Ia juga semerasa perlu memberikan pelajaran tentang hal-hal dasar pada anaknya, sebelum 'melepaskan' anaknya itu ke dunia luar.

Walaupun belum memiliki teman dekat, bukan berarti Kanasta sama sekali tidak pernah bersosialisasi dengan anak lain. Kanasta biasanya suka bermain dengan sepupu-sepupunya atau anak dari teman-temannya Raka, kalau mereka sedang bertemu di acara tertentu. Kaneisha dan Raka juga suka mengajak Kanasta ke area bermain anak keluarga untuk mandi bola atau main trampolin.

"Positif," bisik Kaneisha pelan ketika melihat dua garis di test pack-nya. Satunya memang tidak setebal garis utama, tetapi garis satu ini jauh lebih jelas dibandingkan garis yang muncul saat Kaneisha mengandung Kanasta dulu. "Kanasta sebentar lagi punya adik."

Secara otomatis, senyuman mengembang di wajah Kaneisha. Ia merasa beruntung karena ia diberikan kepercayaan untuk mengurus satu anak lagi. Kaneisha juga bersyukur, karena setidaknya Kanasta akan berusia dua tahunan lebih saat adiknya lahir nanti. Semua sesuai dengan rencana Kaneisha dan Raka, yang ingin Kanasta memiliki adik saat anak itu berusia dua atau tiga tahun.

Broken WindowsМесто, где живут истории. Откройте их для себя