PART 1 | Coffee Break

66 14 9
                                    

( Now playing : Plàsi - Vienna )

"Atas nama Kinan? Kak Kinan?" terlihat seorang barista yang terus-terusan memanggil nama pelanggannya namun tak kunjung menghampirinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Atas nama Kinan? Kak Kinan?" terlihat seorang barista yang terus-terusan memanggil nama pelanggannya namun tak kunjung menghampirinya. Hingga beberapa kali ia memanggil nama tersebut dan berhasil membuyarkan lamunan gadis di pojok sana.

Memori gelap dan mencekam dari Kinan tiba-tiba tergantikan dengan harum aroma biji kopi yang menyeruak beradu dengan suara mesin kopi yang tengah dikalibrasi. Tak terkecuali suara orang-orang yang saling bercengkerama dan sesekali tertawa bersahutan dengan alunan musik yang semakin menghangatkan suasana.

Gadis itu mulai tersadar dimana ia berada. Ia langsung beranjak dari tempatnya dan bergegas menghampiri asal suara. Melihat tingkah pelanggannya ini, Sang Barista terkekeh sambil menggelengkan kepalanya.

"Astaga Kii, ngelamunin apa sih? ini Caramel Machiatto-nya ya, pesen dua kan?"

"Iya Bang Ale, makasih ya." ujar Kinan dengan senyum simpulnya sambil mengambil pesanannya.

Barista yang dipanggil Bang Ale pun mengernyit. Pasalnya, Kinan, si pelanggan setianya ini beberapa bulan terakhir terus-terusan memesan dua gelas caramel machiatto yang pada akhirnya ia tahu satu gelasnya tidak pernah Kinan sentuh.

Kini, Kinan mencari spot yang biasanya ia tempati. Sedikit jauh dari ramainya orang-orang berbincang. Ia mengambil earphone-nya dan mulai membuka lembaran demi lembaran buku soal-soal untuk persiapan masuk ke perguruan tinggi.

Terlarut dalam dunianya sendiri, tidak disadari Kinan telah berada di kedai kopi hingga larut malam. Beberapa pelanggan lainnya pun telah pulang meninggalkan Kinan sendiri dengan beberapa pelayan disana. Barista yang tadi menyapa Kinan ramah mulai beranjak dari kasir dan mengganti papan sign di depan pintu menandakan bahwa kedainya telah tutup.

Barista itu memandang Kinan terheran lalu memutuskan untuk menyapanya kembali.

"Kinan?"

Kinan yang masih mendengarkan musik tidak menyadari keberadaannya. Kali ini Barista itu kembali mengetuk jarinya dan duduk di depan Kinan. Kinan yang akhirnya menyadari keberadaan seseorang pun akhirnya mendongakkan kepala dan melepas earphonenya.

"Ki, sorry banget ini kita mau tutup hehe"

Kinan pun terkejut dan bergegas melihat jam tangannya, "Astaga Bang Le, maaf banget Kinan lupa waktu, yaudah Kinan pamit dulu ya." Gadis itupun bergegas membereskan meja nya dan keluar dari kedai. Ale terdiam beberapa saat hingga ia pun bergegas menyusul Kinan yang sudah keluar dari kedai kopinya.

Disana, ia mendapati Kinan masih duduk di bangku luar sambil menatap kosong jalan raya. Disitu lah Ale menyadari bahwa Kinan tidak membawa kendaraan apa-apa kemari. Ale bergegas kembali masuk ke dalam kedai untuk mengambil tas dan kunci motornya.

"Dam, gue pinjem helm lo bentar ya" izin Ale kepada rekan kerjanya sambil ia sibuk memakai jaketnya.

"Ehh, Le, mau kemana lo?" tanya rekan kerjanya yang masih berkutat dengan laci kasir.

"Bentar doang, ntar gue balik lagi. Nitip tempat ya" tanpa menunggu persetujuan helm milik Adam, Ale kembali bergegas menyusul Kinan dan berhembus lega saat mendapati Kinan masih disana.

"Ki? Kok masih disini? pulang naik apa?" tanya Ale yang lagi-lagi mengagetkan Kinan.

"Astaghfirullah, kirain siapa. Naik ojol, Bang." ujar Kinan mengelus dadanya sempat terkejut dengan kehadiran Ale yang tiba-tiba.

"Rumah kamu arah mana?"

Kinan yang mendengar ucapan Ale itu langsung terdiam menimbang apakah ia harus menjawab pertanyaan tersebut atau tidak.

"Kencanasari Bang"

"Yaudah bagus dong, kita satu jalur. Bareng aku aja ya, Ki?"

Kinan memandang Ale ragu. Walaupun Kinan sudah sering beranjak kemari, ia masih memandang Ale tidak sebagai temannya. Terkadang Kinan juga meragukan kenapa Barista ini sangat sok kenal kepadanya?

Ale yang merasakan kecanggungan diantara mereka berdua kembali berucap dan tetap kekeuh untuk menawarkan bantuannya kepada Kinan.

"Sekalian aku juga mau balik Ki, ini kedainya udah gaada orang. Gaenak kalo masih ada customer disini"

Kinan terlihat kembali menimbang-nimbang hingga akhirnya ia menerima tawaran Ale. Ale yang mendengar hal tersebut tersenyum lebar dan langsung bergegas menuju motornya.

"Yaudah, naik ki" ujar Ale sambil menyerahkan helm yang dipinjamkan-nya tadi.

Kinan menuruti perkataan Ale. Sepanjang perjalanan hati Kinan berdegup. Bukan, bukan karena ini pertama kalinya Kinan pulang dengan lelaki tidak dikenal. Melainkan, sudah beberapa hari ini Kinan tidak kembali pulang ke rumahnya. Terlalu banyak kenangan buruk di rumah Kinan dan ini bukan pertama kalinya Kinan ingin berada sejauh mungkin dari rumahnya sendiri.

.

Source
picture : th3rdwave.coffee

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 14 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Cinnamon GirlWhere stories live. Discover now