Terbakar Api Cemburu

Beginne am Anfang
                                    

"Kapan lo ke rumah gue lagi bikin kue sama Ibu, Ra?" Pertaanyaan yang dilontarkan Jarsen ini membuat kedua tangan Raven mengepal dari bawah meja. Sorot matanya tak lepas dari pemandangan yang tak menyenangkan baginya.

"Kalo gak sibuk," jawab Ara tanpa menoleh ke sampingnya.

"Lo mah sibuk terus, sih, gue kangen kue bikinan lo tau," celetuk Jarsen dengan senyuman manisnya yang menghasilkan eye smile.

"Kalo mau kue, minta nyokap lo yang bikinin."

Itu bukan Ara, melainkan Raven yang kini sudah berada di belakang Ara dengan wajah yang memerah karena menahan amarah. Jarsen menoleh ke belakang saat mendengar suara yang tak aisng baginya. Jarsen paham kalau lelaki itu sedang terbakar api cemburu.

Tanpa menunggu respon dari Jarsen, pria itu langsung menarik tangan Ara untuk bangkit dari duduknya.

"Leon, makasih udah traktir, gue sama Cella pulang duluan, gak kuat gue disini gerah banget," ujar Raven dengan tangan kirinya yang dikipaskan didepan wajahnya.

Lalu sekarang matanya tertuju kepada gadis pendek disebelahnya yang sedang menatap Raven dengan dahi yang mengernyit.

"Ayo pulang!" ajaknya yang langsung menarik tangan Ara keluar dari restoran itu. Roselia berteriak memanggil-manggil nama Raven dengan niat untuk menghentikan mereka agar Raven tetap diam disana. Seketika Roselia dijahili oleh teman-teman Raven.

Saat sampai diluar, tepat di depan pintu restoran Ara menepis tangan Raven membuat langkah mereka sama-sama terhenti.

"Ayo pulang," ketus Raven, sangat menyeramkan.

Ara hanya diam mematung sambil menatap Raven tanpa ekspresi. Raven pun menghela nafas, ia kesal karena cemburu dan ia juga kesal karena Ara tidak mau mengeluarkan sepatah kata pun. Kemudian Raven menggenggam kembali tangan milik gadis irit bicara itu.

"Ke rumah gue sekarang, Buna juga kangen sama lo. Temuin Buna aja jangan temuin nyokap si Jarsen. Ngerti?" tegas Raven

Tanpa harus mendengar jawaban dari Ara, Raven menggenggam tangan gadis itu lalu membawanya ke parkiran dan ketika sampai disana, Raven langsung menyuruh Ara masuk ke dalam mobil. Karena ia sedang terbakar api cemburu, ia tak melirik Ara sedikit pun. Ara yang paham akan itu, hanya bisa ikut mendiami Raven.

Ternyata Raven benar-benar secemburu itu sampai-sampai di perjalanan pun ia enggan untuk berbicara. Ara sejak tadi memperhatikan gerak-gerik Raven dan ekspresi wajahnya yang konyol ketika sedang marah. Karena tak bisa menahan tawa saat ini, Ara lantas tertawa kecil dan memalingkan pandangannya.

"Kenapa lo?" tanya oknum yang sejak tadi sempat Ara perhatikan.

"Gapapa," jawab Ara menahan tawa.

Raven menoleh ke samping, ia melihat ekspresi wajah Ara terlihat sedang menahan tawa walaupun ia melihat dari arah samping. Raven sadar kalau Ara sedang menertawakan dirinya.

"Tau, ah ,nyebelin lo!"

Ara menoleh. "Kenapa, sih?!"

"Diem, sut!" ketus Raven yang saat ini sedang cemberut sambil fokus menyetir.

"Gak jelas," pungkas Ara.

Suasana menjadi sangat hening, biasanya Raven selalu melemparkan candaannya tetapi sekarang ia malah cemberut seperti wajah masa kecilnya yang dulu tidak Buna belikan balon bergambar kartun Spongebob kesukannya.

Sesampainya dirumah Raven, Ara langsung diajak masuk si pemilik rumah. Gadis itu dipersilahkan duduk kemudian ia menurutinya. Raven pun ikut duduk di samping Ara sambil membuka jaket yang tadi ia pakai. Tampannya dia...

Because Of You, Raven [FINISH]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt