19

1.8K 231 31
                                    

Aku Bakugou Katsuki dan aku jatuh cinta pada binar mata sialan hijau yang kini entah di mana, dan ini adalah cerita penuh penyesalan seorang alpha yang mencintai omega-nya sedari kecil dan menghancurkan segalanya.

Aku mengenal kutu buku sialan itu sedari kami kecil. Kami tumbuh berdekatan dan menjadi teman secara kebetulan. Dia seorang tanpa quirk yang berani bermimpi menjadi pahlawan. Dia seorang dengan binar mata paling indah ketika memujiku.

Dan aku? Aku seorang anak yang gila akan pengakuannya hingga membenci betapa ia mengidolakan sosok pahlawan nomor satu, membenci ketika ia bertingkah seakan di atasku, benci ketika ia bermimpi menjadi pahlawan ketika seharusnya aku menjaganya. Benci ketika mata tersebut memudar dan akulah pelakunya.

Sialan itu, dengan beraninya meminta tanda klaim tanpa memikirkan perasaanku. Kami berjalan berdampingan. Kami lulus dan dia pergi.

"Bakugou," aku menolehkan pandang pada wajah idiot. "Jangan memasang wajah mengerikan begitu!"

"Kau ingin mati, ya, sialan!"

Si wajah idiot itu berlari ke belakang rambut landak. "Bro, kau tau sendiri kalau Denki filter mulutnya sudah pergi."

"Urus saja beta sialanmu itu."

Rambut landak tertawa pelan. Ia berbicara dengan si wajah idiot kemudian melangkah ke tempatku. Sialan, apa dia kira tidak sesak di dekat love bird ini.

Aku menghela napas pelan sebelum akhirnya menjauh dari pasangan sialan ini. Mengambil bir kalengan dan menegak cepat. Dapatku dengar tawa menyebalkan dari pasangan bulol tersebut. Menjengkelkan, tawa mereka membuat polusi saja.

"Oh, benar!" Rambut landak berseru secara tiba-tiba. "Aku tadi melihat Midoriya, apakah dia sudah pulang dari luar negeri?"

Pasangannya menyahut. "Ah, aku juga dengar dari Mina dia kembali beberapa bulan yang lalu."

Kutu buku sialan itu. Beraninya dia pergi dan pulang semau hatinya. Apa sebegitu membahagiakannya bermain kucing-kucingan. Kekanakan.

"Bakubro," aku memandang rambut landak tersebut datar. "Kendalikan aura alpha-mu. Orang lain merasa iritasi."

Aku menghempas kaleng bir ke meja agensi. Melangkahkan kaki menjauh dari segerombolan figuran tak berguna. Sialan, dia kembali membolak-balikan perasaanku. Deku sialan itu!

Aku berjalan menuju kawasan tempat tinggalku. Malam ini, mendengar sialan itu kembali dan tidak menemuiku membuatku kesal. Dia milikku dan kenapa aku harus mengetahui omegaku kembali dari orang lain.

Beberapa orang yang kulalui terlihat merasa teriritasi dengan pheromon yang aku keluarkan. Persetanan dengan figuran tersebut. Aku berlalu dengan kekesalan yang meningkat.

Langkahku makin cepat ketika mencium aroma penuh nostalgia tersebut. Aroma omega kutu buku itu. Aku berhenti tak jauh dari sana. Kutu buku itu berdiri bersisian dengan setengah-setengah sialan itu. Ah, tentu saja, setengah sialan itu sejak lama menunjukan ketertarikannya.

Insting sialan ini mengarahkanku untuk mendekat. Menarik kutu buku sialan tersebut. Mengurungnya terdengar baik untuk saat ini. "Kacchan?"

Suara itu, sudah berapa lama bibir itu tidak memanggilku? Persetanan, saat ini aku akan membawanya menjauh dari dispenser itu. "Ka-Kacchan! Lepaskan. Aku sedang bersama Todoroki-kun."

Cengkramanku mengerat, melampiaskan kekesalan. Beraninya dia menyebut orang lain. "Oh, sekarang kau sedang menjajakan diri."

Aku merasakan pukulan mengenai ulu hati dengan kencang. Letusan api di tanganku siap menghancurkan dia. "Beraninya kau me—"

"Aku sudah menjauhimu, Kacchan. Aku sudah membiarkanmu memilih orang lain. Biarkan aku dengan urusanku." Air mata itu kembali mengalir. Sial, binar polos tersebut kembali berkabut karenaku.

Aku mendorongnya. Beruntung setengah sialan berhasil menahannya agar tidak jatuh. "Ck." Aku berbalik meninggalkan kelemahan terbesarku.

Karena kau adalah kelemahan terbesarku, kau harusnya bersamaku. Aku kembali mengalah dan kalah. Perasaan ini harusnya ikut pergi bersama dirimu sehingga aku berhasil berdiri sendiri.

Omega sialan, matilah bersama perasaanku dan kau sesak karena penyakit dada ini. Sekali saja, kembalilah di sisiku dan berdamping denganku sebagai pasangan alpha-ku, pasanganku. Ah, karena kutu buku itu lagi-lagi sifatku berubah. Aku benci mengakui ini, tetapi dia selalu mampu merusak segala penghalang yang aku ciptakan.

Fate Where stories live. Discover now