7

2.4K 312 11
                                    

Setelah bertanding melawan Shinso-kun dan ia berdiri di sana menatap tribun aku merasa sedih. Ia berbisik yang hanya dapat kami dengar. "Omega, meski kali ini aku kalah, aku tidak akan menyerah. Aku akan melebihimu."

"Hn!" Tidak, aku kembali terperangkap dalam quirk-nya.

Pria bersurai keunguan itu tertawa karena melihat aku termasuk dalam quirk pencuci otaknya. "Maaf untuk jarimu, selain itu apabila kau tak berhati-hati dengan seseorang pemilik quirk semacam kami maka mungkin saja kau akan tercuci kembali otakmu."

Aku tersadar dari quirk pencuci otaknya dan kembali berseru karena pernyataannya. Sungguh seharusnya dia sudah tidak mengaktifkan quirk-nya. Dia berbalik menatapku dengan menatap datar ke arahku. Kembali terbebas dari quirk pria tersebut aku hanya mampu menatap datar pria tersebut dan dibalas tatapan datar.

"Kau terlalu banyak membuatku harus membatalkan quirkku, sebagai balasannya kau harus berkencan denganku." Aku menunduk sejenak sebelum berlari menjauhinya dan pergi menuju All Might. "Aku akan menunggu jawabanmu."

Aku terus berlari meski ia tertawa lembut mengiringi kepergianku. Melihat All Might berdiri tak jauh dari unit kesehatan membuatku mempercepat langkahku menuju pria tersebut. Setelah mendapat perawatan serta ceramah panjang dari Recovery Girl, aku pergi untuk melihat lawanku selanjutnya. Setelah berpamitan aku segera berlari menuju kursi penonton.

Aku berjalan menuju arah Uraraka-san dan Iida-kun yang memberiku kursi dengan posisi yang sangat bagus. Aku duduk dan tak berapa lama pertandingan antara Todoroki-kun dan Sero-kun dimulai. Awal yang memukau dimulai oleh serangan tiba-tiba Sero-kun dan dibalas lebih menyakitkan oleh Todoroki-kun. Ketika para penonton memberi semangat kepada Sero-kun dan Todoroki-kun mencairkan es yang ia buat dengan sisi kirinya. Ia terlihat menyedihkan.

oOo

Pertandingan untuk penyisihan pertama telah selesai dengan pertandingan Kacchan melawan Uraraka-san sebagai pertarungan terakhir yang aku lihat. Aku berjalan menuju ruang tunggu untuk persiapan babak kedua. Dia di sana, berjalan menaiki tangga. "Deku! Itu rencanamu bukan?! Kau yang memberi ide menyerang dengan rencana penuh resiko itu bukan!"

"Kau salah!" Aku menatapnya. "Itu bukan rencanaku, bila kau merasa itu menyebalkan, itu karena kau merasa terdesak." Aku tertunduk sejenak. "Selain itu, sepertinya sudah ada yang bisa mengalihkanmu."

"Apa maksudmu." Ia mencengkram pergelangan tanganku, itu menyakitkan.

Aku menarik tanganku. "Kacchan, aku harus segera bersiap. Setelah ini pertandinganku."

Aku berjalan menjauhi Kacchan, rasanya menyakitkan ketika Kacchan mulai memperhatikan orang lain walau aku yang memaksanya untuk mencari orang lain.

Aku membuka pintu ruang tunggu dan mendapati Uraraka-san di sana. "Aku pada akhirnya kalah." Ia tertawa. "Padahal aku sudah menduga, tetapi masih saja mengesalkan, sial! Akh, ini akibat aku terlalu sombong dan menganggap diriku akan menang pada akhirnya."

"Itu tidak benar Uraraka-san." Aku tersenyum mendengarnya. "Bagiku, kau menang besar. Kau sudah mendesak Kacchan hingga ia sangat serius melawanmu. Kau merebut perhatiannya." Aku berjalan pelan menujunya. "Bagaimana keadaan lukamu?"

Gadis tersebut terlihat gugup. "Tidak masalah, sudah disembuhkan kok. Hanya karena aku kehilangan staminaku sehingga membuatku tumbang. Selebihnya hanya goresan saja." Ia tertawa. Kemudian ekspresinya nampak frustasi. "Aaaah, mengapa Bakugou begitu kuat!"

Kami terdiam mendengar hasil pertandingan antara Kirishima-kun dan Tetsu-kun. Mendengar bahwa babak kedua akan dimulai, aku pamit undur diri dan meninggalkan Uraraka-san seorang diri.

Aku berjalan menunduk, bagaimana mungkin ada yang menolak pesona gadis seperti Uraraka-san. Walaupun ia kesal, ia masih tertawa menutupi kesedihannya, dan yang lebih menyedihkan aku menangis entah merasa kasihan pada Uraraka-san atau karena Uraraka-san menarik perhatian Kacchan.

Aku mengangkat kepalaku mendengar bunyi suara langkah kaki. Hero nomor 2, ayah dari Todoroki-kun berdiri di sana, "Endeavor?" Jeritku.

"Oh, akhirnya ketemu." Jadi dia memang mencariku? "Aku melihat pertandinganmu tadi, tidak kusangka omega sepertimu bisa memiliki quirk yang luar biasa. Anginnya sangat kencang, seperti kekuatan All Might bukan?" Ia menyipit penuh kecurigaan.

"A-apa. Apa yang Anda bicarakan?" Aku menunduk kecil merasa intimidasi dingin yang terasa sama seperti milik Todoroki-kun. "Maafkan saya, saya harus segera pergi." Aku menunduk dan berjalan menjauhi ayah Todoroki-kun. Masalahnya adalah, apakah dia tau tentang One for All atau ia hanya menebak? Akan tetapi, dari cara ia bertanya terlihat bahwa ia sepertinya tidak mengetahui tentang ini sama sekali.

"Shouto-ku memiliki tugas untuk melampaui All Might, dan bertanding melawanmu adalah salah satu cara yang paling tepat untuk menjadi ujian paling sempurna. Jadi jangan memalukan dirimu sendiri." Suara Endeavor yang berat membawa intimidasi tersendiri bagiku.

"Perlu Anda ketahui, saya bukanlah All Might. Begitu pula Todoroki-kun, ia bukan Anda." Aku berlalu meninggalkannya.

Ia tertawa pelan. "Untuk seorang omega, kau cukup berani."

"Terima kasih."

Aku berjalan menjauhinya dan berjalan menuju arena. Todoroki-kun di sana berdiri dengan arogannya siap untuk menghancurkan siapapun. Kami berdiri saling berhadapan bersiap untuk saling menyerang. Teriakan mulai berkumandang, ia menyerang dengan cepat. Pertandingan dimulai.

Fate Where stories live. Discover now