Dukun

2.4K 80 2
                                    

Perjalanan ditempuhnya hanya dalam waktu kurang dari 40 menit. Dari ujung gang, rumah dukun itu terlihat jelas.

Berbeda dengan rumah-rumah dukun dalam film atau cerita, yang digambarkan gelap dan dindingnya  terbuat dari anyaman bambu. Rumah ini terkesan mewah, kontras dengan rumah-rumah lain di sekitarnya.

Meski bermandikan cahaya lampu, rumah berwarna abu-abu itu tetap saja memancarkan kesan mistis.

Dua patung Gupala seperti menjaga pintu gerbang rumah. Sementara, di tengah halaman, patung berbentuk dua ular yang saling melilit, seolah menyambut para tamu yang datang. Di bawah patung itu, terdapat lampu kecil berwarna merah, yang membuat patung ular itu seperti menyala.

Beberapa sangkar burung tergantung di bawah langit-langit teras. Sebagian diselimuti dengan kain penutup, entah apa tujuannya. Kursi goyang yang ada di teras sedikit bergoyang, mungkin tertiup oleh angin.

Wulan mengetuk pintu rumah, namun tidak ada jawaban dari dalam. Lalu dia kembali mengetuk pintu. Kali ini dengan ketukan yang lebih bertenaga.

Beberapa saat kemudian, pintu kayu setinggi lebih dari dua meter itu terbuka. Pak Kromo, dukun itu, yang membuka pintu. Aroma kemenyan segera tercium, menambah kesan mistis.

Pak Kromo mempersilakan Wulan untuk masuk, kemudian bertanya tentang maksud dan tujuan kedatangan Wulan.

Wulan memperhatikan seluruh sudut ruangan. Meski sudah pernah ke tempat ini, tapi barang-barang aneh di ruangan itu, tetap menarik perhatiannya.

Dua bilah keris terpajang pada dinding ruangan. Di sudut sebelah kanan, dekat pintu masuk ke ruangan di belakangnya, satu guci kuno berdiri. Di sampingnya terdapat patung kayu berbentuk manusia. Tingginya sekira 70 sentimeter.

Koleksi lainnya, seperti jenglot, batu akik, keris mini, dan beberapa jenis jimat, tersusun rapi dalam rak kaca di sudut kiri ruangan.

"Ehm... Begini, Mbah... Saya mau minta tolong supaya cepat dapat jodoh. Atau minimal nggak dihina sama cowok-cowok,. Bisa nggak ya, Mbah?" kata Wulan tanpa tedeng aling-aling.

Sejenak Pak Kromo terdiam, lalu memperhatikan Wulan, dari ujung rambut hingga ujung kaki. Kemudian dia meminta Wulan mengulurkan tangannya.

Ada hawa hangat terasa saat Pak Kromo memegang tangannya. Mengalir ke sekujur tubuh Wulan. Namun tiba-tiba Wulan merasa mual, sangat mual.

Pak Kromo melepas genggamannya pada tangan Wulan, kemudian berdiri dan mengambil air putih. Dia menyuruh Wulan meminum air putih itu.

"Nduk, permintaanmu bisa dikabulkan, tapi syaratnya agak berat. Sebab, ada kesalahan yang dilakukan oleh orangtuamu di masa lalu. Itu menutup auramu," kata Pak Kromo sambil menghisap rokok elektrik beraroma vanila.

Kata Pak Kromo, Wulan harus puasa putih selama tujuh hari. Kemudian setiap tengah malam, dia harus mandi dengan air mandi yang sudah dicampur serbuk kecoklatan dari Pak Kromo.

Syarat terakhir, kata Pak Kromo, menjadi syarat terberat, yakni berendam pada dua pertemuan sungai, atau tempuran.

"Nanti, kamu akan melihat banyak makhluk gaib saat berendam. Mereka akan menggodamu. Tapi kamu jangan sampai tergoda atau meninggalkan tempatmu berendam sebelum seorang perempuan menemuimu, karena risikonya, kamu tidak akan pernah menikah sampai akhir hidupmu," lanjut Pak Kromo menjelaskan.

Pak Kromo kemudian menanyakan pada Wulan, apakah dia ingin awet muda dan bisa mendapatkan lelaki mana pun yang diinginkan. Syaratnya sangat mudah. Nanti setelah ritual berendam di tempuran sudah selesai, Wulan hanya perlu mencari foto pria yang diinginkannya. "Kamu cukup merapalkan mantera ini, lalu embuskan pada foto pria itu, dan bakar sampai menjadi abu," jelasnya, sambil memberikan secarik kertas bertuliskan mantera.

Pak Kromo melanjutkan, meski syaratnya sangat mudah, tetapi itu membutuhkan tumbal. Tumbalnya adalah cowok yang kemudian menyukai Wulan akibat pengaruh mantera itu.

Awalnya Wulan berpikir dia tidak membutuhkan mantera itu. Tapi kemudian, dia ingat perlakuan Doni dan temannya di kafe. Marahnya kembali muncul.

"Iya, Mbah, saya mau," ucap Wulan.

Setelah menerima semua uba rampe atau persyaratan yang dibutuhkan, dan memberikan mahar pada Pak Kromo atas jasanya, Wulan pamit.

Tumbal Pengasihan Nyi Selasih TempuranWhere stories live. Discover now