the world of married couple • 2

568 73 16
                                    

She's like the mystery unsaid
Chasing every rose
With a daydream in her hand

- Lonely Shade Of Blue, Nick Leng.

     Orang bilang, "menikahlah ketika sudah siap

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

     Orang bilang, "menikahlah ketika sudah siap." Seringnya dilanjut dengan kalimat, "baik secara mental atau finansial."

Faktanya, masih banyak di luar sana yang menikah padahal rumah belum punya, tabungan belum cukup, emosi masih labil, dan sebagainya. Kenapa? Ya karena pencapaian terbesar bagi sebagian lingkungan cuma ada di perihal pasangan.

Jadi target lain menurut mereka nggak penting. Khususnya bagi perempuan. Udah nikah aja nanti juga hidup enak. Nikah aja masa depan terjamin, kan ada suami yang ngurusin. Nikah aja biar ada yang bantuin. Nikah aja, nikah aja.

Anjingnya gue dapet lingkungan kayak begini.

Gue dari kecil kalau ngelakuin sesuatu pasti disangkut-pautin sama hal begituan. "Gian, kamu tuh perempuan, sana belajar masak! Nanti kalau udah punya suami terus cuma ngerti cara goreng telor apa kamu nggak malu?"

atau,

"Gian, jadi perempuan tuh jangan jorok, nanti nggak ada yang mau nikah sama kamu!"

Setelah memasuki dunia perkuliahan dan bekerja gue baru ngeh, masak dan bersih-bersih itu bukan cuma buat suami, tapi emang basic yang harus lo punya karena akan lo gunain di sepanjang hidup lo, terutama saat lo jauh dari rumah dan nggak punya siapa-siapa buat dimintain tolong bikinin makanan atau beresin seprai kasur.

Masalahnya tuh, gara-gara semua dikaitin ke suami, gue versi remaja jadi sering overthinking; duh, gue nggak bisa masak makanan berat lagi, ntar kalau suami gue kelaperan terus gue cuma bisa bikin sayur sop gimana? Dia marah nggak, ya?

Waktu yang bisa gue gunakan untuk mencari ilmu jadi terbuang sia-sia. Habis buat mikirin sesuatu yang sebenarnya belum tentu kejadian juga. Kenapa gitu loh gue harus setakut itu untuk nggak bisa ngelakuin sesuatu hanya karena orang lain? Kayak... ya nggak mungkin juga kan suami lo jatohin talak cuma gara-gara lo masakin sop setiap hari?

Bisa nggak sih Gian lo lebih waras lagi?!

Gue anak kedua dari tiga bersaudara. Kakak gue yang pertama cewek sementara adek gue cowok. Kami bertiga sama-sama berjarak empat tahun dari satu sama lain. Kalau keluarga yang lain mengajarkan anak mereka untuk hormat kepada yang lebih tua, maka keluarga gue sebaliknya. Di rumah kami, si bajingan tengik bernama Canu adalah dewa.

Dari dia lahir, kami (para kakak) diberi titah untuk selalu menuruti segala keinginannya. Alasan pertama, tentu saja karena posisinya sebagai adik. Alasan kedua yang paling bikin gue nggak habis pikir, karena dia laki-laki.

Ketika Canu minta gue atau Danti buat rapihin kamarnya dan kami menolak (karena ya mau dibersihin seratus kali juga besoknya udah kayak kapal pecah lagi) lalu balik menyuruh dia buat ngelakuin itu sendiri, bapak akan segera pasang badan dan memberikan pembelaan seperti, "udah bantuin aja, adekmu kan cowok, nggak mungkin bisa telaten kayak kamu."

iKONFESSWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu