• Galau [pt 1]

2.8K 419 154
                                    


Kim Hanbin

Hubungan dia dengan pacarnya yang menggantung dan berujung putus setelah si cewek merasa nggak menemukan benefit apa-apa menjadikannya lebih banyak menghabiskan waktu di studio demi menghilangkan rasa bersalah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hubungan dia dengan pacarnya yang menggantung dan berujung putus setelah si cewek merasa nggak menemukan benefit apa-apa menjadikannya lebih banyak menghabiskan waktu di studio demi menghilangkan rasa bersalah.

Iya, Kim Hanbin yang bikin ceweknya hopeless setelah ngaku nggak ada pikiran ingin nikah ini ternyata bisa ngerasa bersalah. Dan untuk mensiasati itu dia memilih menyiksa diri-kerja seharian dari pagi sampai ketemu pagi. Mata sampai berkantung-kantung. Makan nggak minat, minum seingetnya. Bener-bener kayak orang idup tapi baru kegigit zombie.

Jaewon, teman sesama agensinya yang kebetulan jadi satu di antara orang-orang beruntung yang mau ditemani sama Hanbin-dia udah jengah banget. Matanya empet tiap datang ke studio yang diliat Hanbin lagi, Hanbin lagi. Ini orang kalau tiba-tiba kesetanan nggak mau istirahat begini pasti lagi ada masalah, gitu pikir Jaewon. Ya Jaewon nggak perlu banyak-banyak kepo Hanbin ada masalah apa sih, soalnya dari (nggak sengaja) denger lagu-lagu buatan baru cowok kelewat mancung itu aja dia udah tau.

"Cara paling gampang buat nyembuhin patah hati adalah dengan bersenang-senang," kata Jaewon, menyenderkan tubuh di meja kebesaran Hanbin yang berisi piano instrumen dan semacamnya. Hanbin berdeceh. Menopang dagu dengan tangan kiri sementara tangan kanan mencoret-coret mencoba cari kata yang tepat untuk menambal lirik yang rumpang. "Woi!" sentak Jaewon sambil dorong bahu Hanbin. Sebel sendiri omongannya dicuekin.

"Paan sih," balas Hanbin. Artikulasinya nggak jelas. Kayak orang ngegumam tapi lebih mirip pak dukun baca mantra. Dia sama sekali nggak noleh. Nggak minat juga buat ngelakuin itu karena untuk apa, bye.

Jaewon melengos. Merogoh celananya, mengeluarkan secarik benda untuk kemudian dia lempar di hadapan Hanbin. "Noh, berangkat besok. Sengaja gue pilih penerbangan pagi biar makin keliatan mendadak," kata Jaewon, setengah jengkel.

Hanbin nunduk, masih dengan posisi yang sama mencoba buat membaca tiket yang diberi Jaewon. "Gila ya lo?" Ini bukan pertanyaan, tapi cibiran.

"Lo yang gila." Jaewon mencerca balik. "Buat apa idup kayak orang mati begini? Mending lo keluar, banyak-banyak cari udara biar lo sadar patah hati itu bukan segalany--"

"Gue nggak patah hati!"

Yeeeeu, mengelak kamu, Ferguso.

"Ya, ya, terserah." Jaewon mengibaskan tangan, nggak peduli. Cowok bertato itu memutuskan buat pergi. Nggak mau berlama-lama di situ karena selain masih ada kerjaan, dia juga males berdebat sama Hanbin. Percuma.

Hanbin berdecak setelah dengar pintu ruangan ditutup yang menjadi pertanda tinggal dia sendirian di tempat tersebut. Menyenderkan tubuh, meregangkan kepala bagian leher yang terasa berat, pandangannya berakhir mengamati tiket itu.

Jadi ceritanya Jaewon sengaja pesenin dia tiket ke luar kota buat liburan alias refreshing otak alias salah satu cara supaya nggak kepikiran mantan terus? Hmm, menarique, tapi ya kali, bor. Kerjaannya banyak, nggak bisa ditinggalin gitu aja. Nggak mikir apa ya si Jaewon. Sukanya buang-buang duit. Hanbin ngomel dalam hati karena males buka mulut.

iKONFESSWhere stories live. Discover now