• Putus [pt 2]

2.6K 506 71
                                    

Kim Hanbin



Lo kenal Hanbin tiga tahun yang lalu, dikenalin sama sepupu lo yang temenan deket sama cowok mancung itu

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

Lo kenal Hanbin tiga tahun yang lalu, dikenalin sama sepupu lo yang temenan deket sama cowok mancung itu. First impression lo ke dia bener-bener kacau. Di mata lo, Hanbin orangnya nggak banyak omong, diem gitu tapi tatapannya mengintimidasi banget. Seolah kepo tapi kayak nggak mau dideketin sampai lo sempet mikir tuh orang alergi sama manusia kali, ya.

Cuma akhirnya setelah banyak ngobrol dan jalan bareng, ternyata dia nggak seburuk itu. Malah selesai kalian mantepin diri buat jalin hubungan lebih dari temen, lo baru nyadar nggak pernah lagi ngeliat sisi mengintimidasinya dia. Soalnya Hanbin yang jadi pacar lo tuh beda. Manja terus. Nggak pernah marah atau melotot-melotot kecuali pas lagi cemburu.

Alasan lo jatuh cinta ke Hanbin adalah ketegasan dia dan keambisiusannya menyangkut hal-hal yang dia mau seperti impiannya atau target kerjaan. Lo suka cowok seperti itu. Cowok yang punya tujuan hidup-yang nggak menjalani semua dengan pasrah tapi giliran dapat nasib nggak bagus eh malah ngamuk nyalahin takdir.

Karena lo tipikal yang gampang terpacu sama orang-orang terdekat, jadi punya pacar yang bisa membawa lo ke arah lebih baik dan syukur-syukur bikin lo ikut semangat tuh udah termasuk ke SOP gitu loh. Nah, kebetulan Hanbin memenuhi segala kriteria tersebut.

Masalahnya, lo nggak pernah mikir kalau segala tentang kriteria itu akan berakhir jadi boomerang buat lo.

Pacaran sama orang ambisius yang sembilan puluh persen hidupnya dibuat untuk ngeraih planning-planningnya ternyata nggak segampang itu.

Butuh kesabaran dan ketahudirian yang ekstra ketika tiba saatnya lo tau lo nggak ada di antara planning-planning itu.

Ya, mungkin ada, tapi nggak di urutan pertama, kedua, ketiga, atau keempat. Mungkin di urutan tengah atau akhir atau... memang belum kepikiran untuk dijadikan sebuah planning.

Sekiranya itu yang lo rasakan selama beberapa bulan ini ketika mulai sadar Hanbin terlalu sibuk sama pekerjaannya dan mengabaikan lo.

Lo mencoba buat mengerti sekaligus nahan diri. Berpositif thinking mungkin emang Hanbin butuh waktu sendiri untuk sesuatu yang dia kerjakan. Tapi ketika lo merasa waktu itu udah cukup, Hanbin kembali sibuk dengan rancangan-rancangan lain. Seakan nggak ada jedanya. Ada aja. Minggu lalu dia bilang mau selesaiin lagu barunya, eh minggu ini dia udah sibuk ngerjain album artis lain.

Terus waktu buat lo kapan?

Ditanya kapan ada waktu kosong jawabnya ntar-ntar mulu. Sampai lebaran kanguru tetap aja sibuk. Sementara lo nggak bisa nahan lebih lama lagi karena ada yang harus lo pastiin.

Makin ke sini tuh lo ngerasa hubungan kalian kayak nggak worth it.

Sampai suatu malam pas lo datang ke studio Hanbin, lo nggak sengaja mendengar perbincangan dia bareng rekan sesama produsernya

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

Sampai suatu malam pas lo datang ke studio Hanbin, lo nggak sengaja mendengar perbincangan dia bareng rekan sesama produsernya. Bukan sesuatu yang menarik sebenarnya karena obrolan itu berawal dari sebuah pembahasan musik yang entah kenapa tiba-tiba menjurus ke sesuatu yang menyentil telinga lo.

"Royalti lo kemarin udah bisa tuh buat beli rumah sama nyewa WO."

"Nggaklah."

"Nggak gimana? Nggak mau kawin lo?"

"Gue belum kepikiran sampai situ."

Salah nggak sih lo kalau ngerasa sedikit sakit hati? Nggak, maksudnya lo dan Hanbin udah ada di umur yang nggak lagi 'remaja' yang itu berarti udah bukan waktunya pacaran buat coba-coba. Lo juga pengin diseriusin. Bukan karena ngiri semua temen lo udah nikah dan tinggal lo doang yang belum, bukan karena risi sama orang tua atau keluarga yang nanya kapan nikah, its simply karena lo merasa udah siap dan lo butuh sebuah kepastian. Tapi nyatanya,... Hanbin nggak pernah kepikiran pada tahap itu.

Terus hubungan kalian tuh sebenarnya buat apa?

"Kenapa harus nikah kalau sekarang dengan hubungan yang seperti ini aja kita udah bahagia?" Itu jawaban berkedok pertanyaan yang Hanbin lontarkan setelah lo memaksa untuk ketemu dan membicarakan perihal ini.

Lo terdiam selama beberapa detik. Nggak percaya kalau itu balasan yang Hanbin pilih dari sekian banyaknya opsi. Mendadak aja berisiknya cafe langsung sepi di telinga lo. Ketutupan sama omongan Hanbin yang keputer berkali-kali.

"Itu bahagia bagi kamu, enggak bagi aku."

"Maksudnya kamu nggak bahagia sama aku?"

"Aku bahagia sama kamu, tapi nggak mungkin selamanya kita cuma pacaran, 'kan? Aku sama kayak cewek lain, aku mau nikah."

"Kalau gitu, bukan aku."

"Maksud kamu?"

"Orangnya bukan aku," lanjut dia, memperbaiki posisi duduk lebih tegak. Raut ekspresinya menunjukkan kalau kali ini dia sedang serius. "Ada banyak yang mau aku lakuin, tapi untuk menikah... nggak, aku nggak bisa."

"Kenapa nggak bisa?"

"Kamu mau nikah sama aku sementara aku bakal sering cuekin kamu karena kerjaan?" Hanbin balik bertanya, membungkam lo. "Aku belum mau nikah," tegasnya kemudian. "Sorry."

Sore itu andai aja lo bisa bertahan sedikit lebih lama untuk mendengar alasan dia. Sayangnya, ego lo menyuruh lo pergi dari sana dan akhirin semuanya. Sebab lo tau semakin lo dengar, semakin lo nggak punya alasan untuk bikin dia mengerti apa keinginan lo.

Kalian-lo dan Hanbin, punya perspektif yang berbeda. Sebagai orang yang sangat mengerti betapa ambisiusnya cowok itu lo jelas nggak bisa apa-apa. Sisi kewarasan lo mengatakan betapa nggak tahu dirinya lo kalau sampai menghadang tujuan hidup orang lain. Sedangkan sisi kemanusiawian lo rapuh. Dua tahun yang lo anggap bisa membawa ke arah lebih baik nyatanya pupus.



[]

Hmm sebenarnya cowok model begini adalah tipeku. Gue satu di antara banyak orang yang nggak tertarik dengan konsep menikah, jadi ya... gitu heuheu.

iKONFESSحيث تعيش القصص. اكتشف الآن