Jeongin langsung menoleh, dan terbelalak. "Kak Seungmin?!!"

"Bangsat." umpat Seungmin, lalu mengeluarkan pisau dari balik jaketnya.

Seungmin merentangkan tangannya sambil tersenyum lebar. "Hehehe, kaget lo ya??"

"Manusia sinting!!" Jeongin langsung berlari kabur. Kini ia baru menyadari sikap Hyunjin yang nampak kesal ketika Seungmin merangkul dirinya.

"Tapi hati-hati, karena pembunuhnya ada di antara kalian berempat."

Kata-kata Hyunjin dengan wajah datarnya itu terus terngiang di telinga Jeongin. Jadi Hyunjin sudah tau? Lalu kenapa ia malah menyembunyikannya dari yang lain?

Jeongin terus berlari tanpa tujuan yang jelas, sedangkan di belakangnya ada Seungmin yang mengejar sambil mengacungkan pisaunya dan tertawa keras bagai orang kehilangan akal.

"YANG JEONGIN AYO SINI~ HAHAHAHA!!!"

Jeongin merinding mendengarnya. Seungmin sama sekali tak lelah untuk terus mengejarnya. Dan sialnya, Jeongin tersandung akar pohon dan ketika ia ingin bangkit, kakinya yang tersandung tadi nyangkut di bagian akar tersebut.

"Anjing, gimana dong?! Siapapun tolongin gue!!" ujarnya panik sambil terus berusaha melepaskan kakinya.

Sementara Seungmin mendekat, dan semakin mendekat hingga akhirnya Jeongin tak bisa melarikan diri lagi.

Seungmin berkacak pinggang sambil mengatur nafasnya. "Hah sialan. Lo ngerepotin banget ya, pake acara kabur segala."

Ia berjongkok, menatap remeh Jeongin yang memandangnya tajam. "Kasian ya, gak bisa kabur." ejek Seungmin dengan memasang ekspresi kasihannya yang membuat Jeongin muak melihatnya.

"Alasan gue ngelakuin semua ini adalah, pertama.." Seungmin membentuk angka satu dengan jari telunjuknya. "Kalian semua amat sangat berisik. Ide cerita gue yang udah kesimpen di otak, hilang seketika. Gue kesusahan mikir ide lagi, dan kalian berisik lagi. Gue gak konsentrasi, dan hasilnya gue gak bisa update bagian baru. Lo tau? Pembaca gue banyak yang protes, dan pihak penerbit yang mau nerbitin cerita gue hampir batalin karena gue gak konsisten lanjutin ceritanya. Sekalinya gue update bagian baru pun, alur ceritanya gak jelas. Dan itu semua gara-gara kalian yang berisik!"

"Oke akhirnya gue pengen mikir ide di malam hari. Tapi ternyata, kalian malah ada yang masang alarm. Gak dimatiin pula. Hangus lagi ide cerita gue, bangsat. Ditambah lagi dengan pendengaran gue yang sensitif. Ada berisik dikit, kepala gue langsung pusing." lanjutnya dengan penekanan.

Seungmin membentuk angka 2. "Yang kedua adalah, kalian udah tau kalo pelaku benci berisik terutama alarm. Tapi kalian masa bodoh dan anggap enteng. Gue jadi makin kesel, jadinya yaudah. Gue niatnya mau bunuh yang nyalain alarm aja, jadi kepengen bunuh kalian semua. Sebenarnya lo tau gak kenapa gue motong bibir sama lidahnya kak Lino?" tanya Seungmin.

Jeongin menggeleng pelan. "Gue gak tau dan gak mau tau."

"Itu karena dia ngasih clue ke kalian. Dia gak bisa jaga rahasia, kalo gue pelakunya. Lino emang bawa gunting rumput sama pisau, buat apa? Pisau buat di dapur, sebagai bentuk jaga-jaga kalo gak ada pisau di dapur penginapan. Sedangkan gunting rumput itu sebenarnya buat gue yang hobi bersih-bersih. Dia mikir kalo halaman penginapannya pasti banyak rumputnya. Gimana gue bisa tau dia bawa gituan? Gue tau ketika Lino minta tolong ambilin earphone nya waktu kita mau berangkat. Gue bingung dan nanya buat apa, dan dia jawabnya seperti apa yang gue bilang tadi. Gue awalnya gak tertarik dan biasa aja, tapi waktu kalian berisik banget, gue jadi tertarik sama dua benda tajam yang dia bawa." jelas Seungmin.

"Jadi sebenarnya, kak Lino udah tau kalo lo mau macem-macem sama kita?" tanya Jeongin.

Seungmin mengangguk semangat. "Betul!! Hahaha. Kasian ya kak Lino. Udah dituduh, nyimpen rahasia, diancam gue, terus akhirnya mati juga. Dia pasti ngerasa bersalah banget, wkwk."

"Berarti ini semua bukan pembunuhan berencana yang lo lakuin? Lo ngelakuin semua ini mendadak?" tanya Jeongin tak menyangka.

Seungmin hanya diam dengan wajah lempengnya, lalu mengendikkan bahunya acuh. "Ya gitu, tapi untuk hari ini gue udah persiapin dari jauh-jauh hari. Karena gue tau, kalian pasti mau kabur di hari ini."

Dan tiba-tiba, ia langsung menusuk Jeongin tepat di jantungnya. Jeongin yang diserang tiba-tiba seperti itu tak bisa menghindar lagi.

Tidak sampai situ, Seungmin juga merobek ujung bibir Jeongin hingga sampai ke telinga.

"Udah dijelasin kan alasannya? Yaudah langsung gue bunuh aja. Ngapain bertele-tele." ujar Seungmin sambil berdiri.

"Oh iya." Seungmin melirik Jeongin yang sudah tewas. "Kata lo, orang yang begadang resiko jadi psikopatnya jauh lebih besar. Sok tau, haha."

Karena biasanya, para psikopat biasanya tidak mengakui jika dirinya adalah seorang psikopat. Mereka menganggap bahwa mereka normal layaknya manusia yang lain.

Seungmin melangkah pergi untuk mencari target selanjutnya. Yeonjun dan Changbin, maupun Beomgyu dan Hyunjin.















































































"Kak Yeonjun, kak Changbin, gue datang. Lalala~"

[2] Alarm | TXT ft. SKZ『√』Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt