51. My doing / [내 일]

786 124 15
                                    

Three days later

Sehun mengetikan ke sepuluh jarinya pada keyboard laptop sambil sesekali melirik kertas kerjanya di atas meja. Tapi seketika tenggorokannya tercekat saat membacakan beberapa kalimat yang tertera di atas kertas.

"Hh haus" kepalanya menoleh ke pantry apartemen. "Lu apa-"

"..."

Ucapannya langsung terhenti saat menyadari bahwa tak mendapati Luhan di pantry nya. "Ya ampun. Mengapa aku bisa lupa?" rutuknya sambil memalingkan wajahnya ke arah lain.

Sehun menundukan kepalanya. "Hh" nafasnya menghela berat saat mengingat bahwa Luhan masih belum di pekerjakan lagi olehnya semenjak kejadian di ulang tahun kemarin.

'Aku merindukanmu, Lu' batinnya.

Drrt drrt

Tiba-tiba ponselnya bergetar. Ada panggilan masuk dari Shinhye. "Hh" sebelah tangannya terangkat sangat berat, lalu menekan tombol hijau di layar ponselnya. "Halo bu"

"Halo Sehun. Bagaimana keadaan Ziyu? Maaf ibu tidak bisa datang hari ini"

Bibirnya tersenyum tipis. "Tidak apa-apa. Aku bisa menjaganya sekarang"

"Syukurlah. Kalau gitu, kabari ibu ya jika paketnya sudah sampai"

"Paket?"

"Hm. Ibu mengirim paket buah-buahan ke apartemenmu"

"Terima kasih. Nanti akan kuberitahu ibu jika paketnya sudah datang"

"Oke. Sampaikan salam ibu pada Haowen dan Ziyu ya"

"Hm"

Pip. Panggilan berakhir.

---

Tok tok tok

Pergerakannya terjeda. Sehun menolehkan kepalanya pada pintu apartemenya sambil menaruh panci kecil di kedua tangannya di atas kompor. "Apa itu paket dari ibu?" gumamnya. Sehun langsung pergi mendekati pintu dan membukanya.

Ceklek

"Selamat sore"

"Sore"

"Maaf, ini ada kiriman paket untuk anda" ucap sang kurir sambil menyodorkan parcel buah-buahan di tangannya.

"Terima kasih"

"Kalau begitu, saya permisi" pamitnya sambil membungkuk sekilas.

Sehun menutup kembali pintu apartemennya, dan membawa parcelnya ke dalam.

Tok tok tok

Namun, tiba-tiba pintunya di ketuk lagi oleh seseorang. Keningnya berkerut. Mungkin yang mengetuknya adalah kurir yang tadi. Pikirnya.

Ceklek

"Ada ap-" ucapannya terpotong saat mendapati Yuna sudah berdiri di depan pintu apartemennya. "Loh kamu kan-"

"Iya, saya Yuna. Temannya- eh bukan, tapi sahabatnya Luhan"

"Hm, saya tahu. Lalu, ada keperluan apa kamu datang kesini?"

Yuna langsung menyodorkan sebuah kotak besar di tangannya pada Sehun. "Ini ada titipan dari Luhan. Dia tidak bisa mengantarkannya padamu karena dia sedang sakit"

"Sakit?"

"Hm. Geokjeonghajima. Dia sudah lebih mendingan sekarang"

Sehun menerima kotak di tangan Yuna, lalu membukanya di tempat. Dan ternyata isi kotak itu adalah pakaiannya Jia yang pernah di pakai oleh Luhan.

"Sebelumnya dia minta maaf karena baru bisa mengembalikannya sekarang"

"Tidak apa-apa"

"Oke. Kalau gitu, saya permisi" bungkuknya sekilas.

"Eh tunggu sebentar" tahannya pada lengan Yuna.

"Ada apa?"

"Luhan.. sakit apa?"

Hidung Yuna mendengus malas sambil melepaskan tangan Sehun di lengannya. "Dia hanya demam biasa. Seluruh tubuhnya menggigil saat pulang dari pesta ulang tahun putramu. Matanya pun sembab" sindirnya di akhir kata.

"..."

Yuna menajamkan tatapannya pada Sehun yang sedang terdiam. Hatinya masih sangat kesal saat mengetahui bahwa penyebab Luhan menangis itu adalah Sehun.

"Terima kasih atas-"

"Yak, pak Oh" suaranya menegas. "Saya memang sangat mendukung hubungan kalian berdua. Tapi jika anda menyakiti Luhan lagi" satu jarinya terangkat dan disentuhkan pada dada Sehun. "Saya tak akan segan-segan membuat pernyataan resign untuk Luhan dan memutuskan hubungan kalian berdua" dorongnya pada dada Sehun.

"..."

Matanya mendelik. Yuna langsung membalikan tubuhnya dan berjalan tergesa-gesa meninggalkan Sehun.

-

Pintu apartemen tertutup. Sehun masih setia berdiri di depan pintu sambil memegang erat kotak dari Yuna dan parcel dari ibunya.

'Luhan sakit?' batinnya cemas. Sudah tiga hari berturut-turut ia tak berkomunikasi dengan Luhan. Dan sekalinya mendapat informasi. Kondisi kekasihnya itu sekarang sedang sakit, dan penyebabnya adalah dirinya.

"Seharusnya aku tak membiarkan Luhan pulang sendirian" sesalnya.

Sehun mulai melangkahkan kakinya ke arah ruang tamu, untuk menaruh kotak dari Yuna dan parcel dari ibunya di atas meja. Tapi matanya tak bisa lepas pandang dari kotak kiriman Yuna yang berisikan pakaian Jia dari Luhan.

"Apa aku datang ke rumahnya Luhan ya?" gumamnya bimbang. "Tapi.. apa dia akan menerimaku jika aku datang?" semakin bimbang. Matanya pun terpejam sekilas sambil menghela nafas berat.

---

19:15 PM

Sehun meraih coat coklatnya di atas sofa.

"Ayah" celetuk Haowen di balik pintu. "Apa ayah mau pergi?"

Kepalanya menoleh pada Haowen yang mulai menghampirinya. "Iya sayang. Ayah mau pergi sebentar"

"Loh, terus kita berdua gimana?"

"Kalian jangan khawatir. Ayah sudah menghubungi oma Shinhye untuk menemani kalian disini" usapnya pada rambut Haowen.

"Oh, baik ayah" senyumnya pada Sehun.

"Hh"

Namun, beberapa detik kemudian senyumannya menghilang saat mendengar helaan nafas sang ayah yang terasa berat. Raut wajahnya pun terlihat gusar, seperti memikirkan sesuatu.

"Ayah kenapa?"

"Hm?"

"Sepertinya ayah sedang tidak tenang"

Sehun tersenyum menenangkan. "Ayah tidak apa-apa"

"Benarkah?" sang ayah hanya mengangguk. Tapi Haowen tak langsung percaya begitu saja dan tetap memperhatikan wajah sang ayah yang masih terlihat cemas.

"Ayah akan menunggu oma Shinhye sampai-"

"Apa ini karena pengasuh Luhan?" tebaknya asal.

"..." Sehun terdiam beberapa saat. "Mengapa Haowen bertanya seperti itu?"

"Tidak. Hanya saja sudah tiga hari ini, pengasuh Luhan tidak lagi bekerja disini"

Kepalanya menggeleng. "Ayah tidak apa-apa" elaknya sambil melangkah ke arah pantry.

Haowen yang melihat itu pun hanya bisa menunjukan wajah sendunya.

-tbc

Nanny'sWhere stories live. Discover now