38. Punishment

955 131 26
                                    

Ziyu berlari kecil ke tengah dapur. Perutnya sangat lapar dan ingin memakan sesuatu.

Namun, nihil. Sesampainya disana. Ia tak menemukan satu makanan pun yang biasanya sudah di sediakan di atas meja. Janice, wanita yang di tugaskan untuk mengurus dan menjaganya oleh Shinhye, hanya bermalas-malasan di atas sofa sambil memainkam ponselnya. Dia sama sekali tidak menjalankan tugasnya disini.

"Tante.."

"Hm"

"Ziyu lapar. Apa tante bisa menggorengkan nugget untuk Ziyu?"

Tawa Janice seketika berhenti, dan berubah mendelik menanggapi pertanyaan Ziyu. "Ziyu kan punya tangan. Jadi goreng aja sendiri, bisa kan?" tanpa menolehkan kepalanya.

"Ziyu kenapa?" tanya Haowen yang baru keluar dari kamar mandi.

"Ziyu lapar Hyung. Tapi tante Janice-"

"Hahaha, kenapa video ini lucu sekali"

Ziyu mengerucutkan bibirnya. "Ziyu lapar Hyung"

"Yaudah. Hyung gorengkan nugget ya. Ziyu duduk saja di kursi"

Adiknya hanya mengangguk dan duduk di kursi pantry.

-

Cetrek

Haowen menyalakan kompornya dan langsung memasukan nuggetnya ke dalam teplon yang sudah di beri minyak yang sangat banyak.

"Hyung.. apinya besar sekali" cicit Ziyu di kursi pantry.

Tapi sayangnya, sang kakak tak mendengarkannya dan malah melanjutkan mengambil piring untuk di isikan nasi.

Selama di goreng di dalam minyak dan di balik-balik. Haowen sangat kebingungan melihat asap yang mengepul di tengah teplon dan sempat menerpa wajahnya. Karena tak mengerti cara mematikannya, Haowen langsung menyingkir dari sana dan menarik tangan Ziyu ke tengah ruang tamu.

Janice yang sedang bersantai menghentikan pergerakannya ketika mencium aroma gosong yang sangat menyengat dari arah dapur.

"Bau apa nih?" anjaknya dari sofa.

"I-itu tante" tunjuk Ziyu pada asap yang mengepul dari teplon.

"Ya ampun!"

Kakinya buru-buru berlari ke arah dapur dan mematikan api kompor yang sangat besar. Tak lupa juga untuk mengambil nugget yang sudah gosong di dalam teplon.

"Ck kalian tuh ngapain sih?!" mencoba menepis asap yang mengepul di sekitar dapur.

Begitu asapnya sudah hilang. Janice langsung menghampiri Haowen dan Ziyu, lalu menarik telinga keduanya sambil menyeretnya ke sofa ruang tamu.

"Akh tante sakit" Ziyu mengusap kupingnya yang di tarik kasar oleh Janice.

"Sakit hah?" semakin di naikan.

"Akh hiks sakit tante"

"Ini hukuman untuk kalian berdua ya. Coba aja kalo kalian gak nyalain apinya segede itu. Pasti apartemen ini gak bakal di penuhi oleh asap seperti tadi" omelnya.

Haowen meringis pelan ketika Janice melepaskan telinganya dengan kasar sampai membuat punggungnya terdorong ke belakang sofa.

"Tante jahat!" teriak Ziyu sambil melenggang pergi dari ruang tamu ke kamarnya.

"Sana menangis"

Janice melipat tangannya di dada dan memalingkan wajahnya ke arah lain.

---

20:29 PM

"Ayah pulang"

Sehun membuka pintu apartemennya dan melangkah ke arah ruang tamu yang sangat sepi tanpa ada kehadiran kedua putranya yang biasanya menyambutnya pulang. Ia menaruh makanan di tangannya ke atas meja sambil melonggarkan dasi kerjanya yang melingkar di kerah.

Ceklek

"Ahh leganya"

Langkah kaki Janice seketika berhenti ketika mendapati Sehun sedang duduk di sofa ruang tamu sambil melonggarkan dasinya yang menjuntai.

"Ya ampun, Sehun sudah datang" gumamnya.

Ia langsung masuk ke dalam kamar anak-anak dan berniat membawa kedua bocah itu ke hadapan Sehun untuk bersandiwara.

"Cepat keluar" titahnya pelan.

Ziyu yang sebenarnya tak mau pun terpaksa harus menurut dan berjalan ke arah ruang tamu, seperti yang di katakan Janice.

"Eh Sehunie sudah pulang" sapanya sambil mendorong pelan punggung Haowen dan Ziyu agar lebih mendekat pada Sehun.

"Sini duduk, nak" rangkul Sehun pada kedua putranya yang terlihat lesu.

"Eh ini kenapa?"

"Hm?"

Sehun menyentuhkan jarinya pada sebelah kuping Haowen dan Ziyu yanh terlihat memerah.

"Kok bisa merah gini?" liriknya pada Janice.

"Oh itu.." Janice menatap tajam pada Ziyu yang ingin mengadu. "Itu mereka tadi bertengkar dan saling menarik kuping mereka satu sama lain"

Kening Sehun berkerut. "Masa sih?"

"Benar kok. Iya kan anak-anak?" liriknya pada Haowen dan Ziyu bergantian. Dan untungnya kedua bocah itu hanya mengangguk, menuruti perkataannya.

"Ya ampun. Jangan bertengkar terus dong, nak"

Kedua putranya hanya menunduk dan malas untuk berkomentar.

"Oh iya. Nih, ayah bawa makanan"

Sehun meraih makanan yang ada di atas meja, lalu memberikannya pada Haowen dan Ziyu.

"Di makan ya sayang"

"Iya ayah"

-

"Kalau gitu, aku pulang dulu ya Sehunie"

"Hm"

Janice mulai menarik pintu apartemen dan melirik sekilas pada Sehun yang sepertinya tak mempunyai niatan untuk mengantarkannya.

"Aku pulang ya Sehuniee"

"Iya"

Pria itu langsung berdiri dari sofa dan melangkah ke arah kamar anaknya, tanpa mempedulikannya di ambang pintu.

-

Ceklek

Pintu kamar terbuka. Sehun memunculkan setengah tubuhnya di balik pintu dan memandang kedua putranya yang sangat lahap memakan makanannya.

"Akhirnya kenyang"

"Hm"

Sehun melirik tulang ayam yang ada di dalam wadah makanannya yang begitu sangat bersih, tanpa ada sisa daging sedikit pun.

"Sepertinya kalian lapar banget"

"Iya ayah. Tadi kita tidak-"

"Hyung" liriknya pada Haowen yang akan menceritakan kejadian tadi siang pada Sehun. Otomatis Haowen pun langsung diam dan menggigit daging ayamnya yang ada di tangannya.

"Ada apa sih?"

"..."

Kedua kakak beradik itu kompak terdiam dan sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

-tbc

Nanny'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang