39. You think about that?

888 140 20
                                    

Entah mengapa, malam hari ini Sehun menjadi tidak bisa tidur. Hatinya merasa tak tenang tanpa alasan yang jelas.

Sempat terpikirkan bahwa mungkin hatinya ini sedang khawatir pada Luhan yang baru saja bertemu dan di rendahkan oleh ibunya tadi siang. Tapi pikiran itu seketika langsung tertepia dalam hatinya dan tergantikan oleh hal lain. Tapi apa? Itulah yang di bingungkannya sampai sekarang.

"Aku kenapa sih? Anxiety?" frustasi.

Sehun langsung meraih ponselnya dan men-search, cara apa yang bisa di lakukan agar cepat tidur? Setidaknya setelah menemukannya ia bisa tidur lelap dan terlupakan dari kecemasannya saat ini.

-

Glek

Tenggorokannya meneguk habis susu hangat putih di dalam gelas. Katanya susu hangat bisa membuat orang cepat tidur, dan semoga saja pernyataan itu benar dan membuatnya cepat tidur.

"Ayah" cicit Ziyu di ambang pintu kamarnya.

Sehun menolehkan kepalanya dan memeluk putranya yang berlari ke arahnya. "Kenapa sayang?"

"Ziyu tidak bisa tidur"

"Kok sama? Ayah juga tidak bisa tidur" kedua tangannya mengangkat tubuh Ziyu dan mendudukannya di atas kursi. "Mau ayah buatkan susu hangat?"

Kepalanya menggeleng.

"Terus Ziyu mau apa?"

Ke sepuluh jari kecilnya memainkan dan mencengkram ujung baju tidurnya sampai kusut.

"Kapan bunda Lulu akan kembali bekerja disini?" lirihnya. "Ziyu merindukan bunda Lulu" kepalanya menunduk menyembunyikan kesedihannya.

Tapi di balik kesedihannya. Ziyu sangat berharap bahwa ayahnya bisa mendengar ucapan batinnya yang mengatakan bahwa ia sangat tersiksa jika harus di titipkan lagi pada Janice. Dia sudah seperti nenek sihir yang tak punya hati.

Sehun mengusap kepala Haowen yang terus menunduk. "Sepertinya besok. Bunda Lulu akan bekerja lagi besok"

"Benarkah?" mendongak.

"Hm. Ziyu senang?"

"Iya ayahh. Ziyu sangat senang!" peluknya sangat erat pada sang ayah.

---

Tit

Password pintu terbuka. Luhan langsung masuk ke dalam apartemen dan mengganti sepatunya seperti biasa.

"Bundaa" panggil Ziyu.

"Heii"

Kakinya melangkah pada Ziyu. Bocah itu tampak begitu senang melihat kedatangannya dan langsung memeluknya.

"Tumben Ziyu sudah bangun?"

"Ziyu semalam hanya tidur sebentar. Dan begitu dengar ada suara pintu, Ziyu langsung keluar"

"Ohh"

Luhan menaruh tasnya di atas meja. "Apa Ziyu mau sarapan?"

"Mau bunda"

"Mau sarapan ap.."

Pergerakannya terhenti ketika melihat sebuah teplon di atas meja yang berisi minyak sangat banyak dan warnanya sedikit menghitam.

"Kok minyak di teplon ini banyak banget?" liriknya pada Ziyu. Dan bocah yang di lirik hanya menundukan kepalanya sambil memainkan kedua jarinya.

"Ziyu?"

"Hmm.. itu.. bekas menggoreng nugget kemarin, bunda"

"O-ohh.. tapi kok bisa hitam gini? nuggetnya gosong?"

Ziyu menganggukan kepalanya. "Maaf bunda" kakinya mundur beberapa langkah, mengambil ancang-ancang jikalau Luhan melakukan hal yang sama seperti Janice kemarin, ia bisa langsung kabur dan berlindung ke kamar ayahnya.

Menyadari kalau Ziyu menjauh. Luhan langsung mendekatinya dan merangkul pundaknya.

"Ziyu kenapa, sayang?" khawatir.

"Ziyu-"

Ceklek

Pintu kamar terbuka. Haowen yang muncul di balik pintu langsung memfokuskan pandangannya pada sang adik yang tengah berdiri di depan Luhan. Kepalanya menunduk seperti ketakutan.

"Eh Ha-"

"Apa yang kau lakukan pada adikku?"

"Ya?"

Haowen langsung mendekat kesana dan berdiri di depan Ziyu untuk melindungi tubuhnya.

"Ziyu, gak apa-apa? apa dia menyakiti Ziyu?" liriknya pada Ziyu di belakangnya.

"Ng-nggak Hyu-"

"Apa dia akan menjewer Zi-"

"Menjewer?" celetuk Sehun yang muncul di balik pintu. "Siapa yang di jewer?"

Suasana di antara mereka bertiga pun seakan langsung nge-freeze ketika melihat Sehun mendekat dan berdiri di tengah-tengah mereka.

"Kok gak ada yang jawab?"

"Itu pak Oh. Tadi-"

"Tadi tante Luhan akan menjewer kuping Ziyu, ayah" potong Haowen.

Otomatis pernyataannya pun di lirik oleh Ziyu dan Luhan.

"Hyung-"

"Te-tenang saja Ziyu. Kita pasti akan aman"

Luhan yang mendengar itu pun membuka mulutnya tak percaya. Bisa-bisanya Haowen mengucapkan kata-kata fitnah seperti itu.

"Haowen.. kenapa kamu berkata seperti itu? Tante tidak pernah-"

"Stt udah udah" Sehun menengahi. "Lebih baik Haowen dan Ziyu masuk kamar" titahnya.

"Iya ayah"

Haowen langsung merangkul pundak Ziyu yang ada di belakangnya, lalu membawanya ke dalam kamar.

-

"Sehun.."

"..."

"Sehunn" rengeknya pada Sehun sambil mengguncang lengannya. Tapi kekasihnya itu tetap diam, bungkam, dan tak ingin menatap wajahnya.

"Seh-"

"Lu" nafasnya menghela berat. "Aku jadi kepikiran ucapan Haowen tadi"

"A-apa?"

"Sepertinya telinga Haowen dan Ziyu benar di jewer"

Luhan melepaskan tangannya. "A-apa? Ka-kamu ikut berpikiran bahwa aku yang menjewer-"

"Bukan, Lu. Tapi kemarin kuping mereka memerah. Dan.. Janice bilang kalau mereka bertengkar dan saling melukai satu sama lain"

"Kemarin Janice ada disini?" Sehun mengangguk.

Dan dari anggukan itu, Luhan langsung melirik teplon yang ada di atas kompor, yang berisi minyak sangat banyak dan menghitam.

"Jangan-jangan.. teplon yang ada di atas kompor itu bekas Janice?"

"Teplon?"

"Eum. Minyak di dalam teplonnya menghitam dan Ziyu bilang kalau minyak itu bekas menggoreng nugget"

Sehun mengerutkan keningnya. Dan satu pertanyaan pun muncul di otaknya.

"Kalau Janice menggoreng nugget, mengapa kemarin Haowen dan Ziyu terlihat sangat kelaparan saat ku beri makan?"

"Benarkah?"

"Hm. Mereka menghabiskan ayam yang kubelikan sampai habis tanpa sisa" tatapnya pada Luhan.

Keduanya pun saling menatap satu sama lain, hingga akhirnya Luhan pun membulatkan matanya.

"Sehun.. apa kamu memikirkan hal yang sama?"

Sehun mendengus kasar. "Hm. Aku memikirkan hal yang sama"

-tbc

Nanny'sOnde histórias criam vida. Descubra agora