Bab 3: Hawa Asing

205 22 1
                                    


"Jati diri adalah asset pentingku"

- Unknown -

"Hali! Aku mohon, bangunlah"

"Bang Hali! Bang! Baaaaang!"

.

.

.

"Hali!"

Halilintar tersadar dari lamunannya dan langsung menoleh kearah Akira.

"Kau ini, dari tadi aku panggil gak nyahut-nyahut," ujar Akira kesal.

"Iya nih, emang ada yang kamu pikirin, Hali?" tanya Meyza khawatir.

"Eng-enggak kok," kedua tangan Halilintar terangkat. "Aku cuman teringat sesuatu, sampai gak sadar Akira manggil,"

Mila yang awalnya hanya diam di samping Taufan kini tersenyum licik. "Jangan-jangan ada orang yang kamu suka sampai kamu kepikiran gitu,"

Mendengar ucapan Mila barusan, suasana berubah drastis menjadi...

"Ha? Beneran Hali?!" Meyza memulai kehebohan.

"Suer!? Siapa?" Taufan menyusul kehebohan Meyza.

"Aku tak sangka kau faham soal begituan. Kupikir kau bakalan memilih menjomblo," timpal Akira.

Halilintar yang diliputi perasaan kaget sekaligus malu, langsung mengirimkan tatapan maut ke Mila. Mi....laaaa!, batinnya berteriak disertai kedua tangannya ingin sekali mengeluarkan kekuatnnya lalu melemparkannya ke wajah Mila. Tapi dia teringat perkataan seseorang kalau marah tidak dapat menyelesaikan masalah. "Bukan...bukan itu alasannya. Aku cuman... teringat seseorang yang dulu pernah mengajakku ke sini. Tapi aku gak ingat siapa dia," bela Halilintar.

"Hmmm... seseorang ya," senyum licik Mila membuat tingkat kekesalan Halilintar bertambah. Apalagi Mila memiliki kebiasaan buruk bertindak irrasional yang sulit Halilintar atasi. "Perempuan kah?" tebaknya.

"Bukan! Dia laki-laki!"

"Ih, homo"

"Aaaaaaarrrgghh!!" Halilintar tidak bisa menahan amarahnya. Dan menciptakan gerakan layaknya gorila yang hendak menerkam lawannya.

"Tenang, Hali. Mila itu cuman bercanda," kata Meyza yang menahan tangan kanan Halilintar.

"Benar, salah-salah image ayahmu buruk di depan orang banyak bagaimana?" Akira menambahi.

"Image?" Taufan terlihat kebingungan. "Foto kah?"

Seketika suasana berubah jadi tak karuan. Begitupula amarah Halilintar. Namun, hal itu justru membuat Taufan menjadi sasaran amarah Halilintar. Tidak lagi Mila.

"Kau iniiii!" Halilintar mengepalkan tangan kanannya serta memasang wajah marah yang terkesan tidak sepenuhnya marah. Seperti orang yang menahan amarahnya. Sedangkan Meyza justru tertawa kecil, lalu selebihnya menggelengkan kepala tanda tak habis pikir pada respon Taufan yang terkesan Lola, Loading Lama.

"A... maaf, aku masih belajar bahasa Indonesia yang baik dan benar," Taufan menggarukkan kepalanya yang tidak gatal bersamaan dengan langkahnya yang mundur, menjauhi Halilintar.

"Oh iya," Akira memfokuskan pembicaraan pada Halilintar. "Orang yang kau maksud itu dia seperti apa ciri-cirinya?"

Ekspresi tak karuan Halilintar lantas berubah serius. "Entahlah, tapi orang itu... seperti mengisyaratku untuk pergi dari jalan ini. Setelah itu aku tidak ingat" jawab Halilintar.

Seseorang kah? Siapa yang Hali maksud?, pikir Taufan. Jangan-jangan....!, dia berbalik menghadap Halilintar dengan tatapan seakan tahu Halilintar maksud.

"Tapi sayup-sayup, aku dengar seseorang memanggilnya..." Halilintar mencoba mengingat. "Gempa"

Tang!

***

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

I come back :'D

Kembali melanjutkan cerita ini. Tapi masih berantakan ya. :')

I hope you like ^^

Dark Blood: Apologize Where stories live. Discover now