Bab 2 : Murid Pindahan

484 41 20
                                    

"Aku memang tidak sempurna, tapi aku tetap berusaha menjadi yang terbaik untukmu"

-Taufan-

***

"Hah... mengapa harus hujan lagi sih?" gerutu Mila sambil memandang langit kelabu.

"

Jangan banyak mengeluh. Kalau semuanya dikeluhkan, yang ada kamu stres malah" Akira yang sedari tadi sibuk dengan bacaannya menyahut.

"Udah, sana gih baca bukumu" kata Mila yang melirik Akira dengan tatapan tajam menunjam. Beruntung, Akira tidak merasakan dan tidak pula melihat sorot mata itu. Jadi dia terlihat rileks dan anteng-anteng saja di bangkunya.

"Pagi" sapa Halilintar sambil mengelap pakaiannya yang basah.

"Oh, pagi" Mila menjawab dengan tangan terangkat. Sedangkan Akira justru mengangguk pelan tanda balasan. Apa-apaan orang ini, ingin rasanya kugampar muka seriusnya itu, batin Mila yang mencoba bersabar dengan tingkah Akira. Yang membuatnya lebih heran lagi adalah respon Halilintar. Dia sama sekali tidak mengomen atau mengkritik tentang tingkah Akira yang terlampau serius itu. Seolah Halilintar memaklumi manusia satu itu.

"Oh iya, kata ketua hari ini kita dapat murid pindahan ya? " Meyza, siswi berparas cantik sekaligus pintar--walau tinggi badannya pendek--membuka obrolan.

"Hm... sepertinya iya" kata Mila ragu.

"Hee... kok kamu gak yakin, Mila? " Meyza merasa tidak terima.

"Em... soal begituan aku mana mana tahu sebelum melihatnya secara langsung" Mila melipat tangannya dan bergaya layaknya orang 'bijak'.

"Iya juga ya.. " Meyza tak tahu harus berkata apa, tapi perkataan Mila barusan ada benarnya juga.

"Woi, buk Nadya datang!" seru Aldo si ketua kelas. Sontak semuanya berlarian ke bangku masing-masing. Takut jika guru Geografi mereka akan 'berubah wujud'.

"Pagi anak-anak!" sapa Nadya lantang.

"Pagi, Buk!" balas muridnya tak serentak. Seakan pagi mereka tidak begitu spesial. Mau bagaimana lagi, namanya juga kelas IPS. Tiap hari ke sekolah adalah hal yang membosankan bagi mereka. Tapi tidak untuk beberapa murid lainnya. Seperti Halilintar, Akira, Mila dan Meyza. Mereka di kategorikan dalam anak IPS yang sifat dan kebiasaannya layaknya anak IPA. Sehingga mereka sering disebut 'salah kelas' oleh anak IPS yang lain.

"Nah, hari ini kita kedatangan murid pindahan dari luar negri. Tapi tenang aja, dia bisa bahasa Indonesia kok"

Mendengar hal itu semuanya riuh.

"Silahkan masuk, Nak" Nadya mempersilakan seorang murid laki-laki yang kulitnya nyaris pucat itu masuk. Seketita raut wajah Akira dan Halilintar lah berubah.

"Taufan!?" seru mereka berdua hampir bersamaan.

"Nak Akira dan Halilintar kenal dengan Taufan ya?" tanya Nadya penasaran.

"Ah... hanya sebentar, Buk" jawab Akira grogi.

"Wah, bagus dong. Nak Taufan tidak kesepian di hari pertama sekolahnya" Nadya menepuk-nepuk lembut bahu Taufan. "Jadi gak perlu ya perkenalan"

Sontak anak-anak lainnya mengeluarkan huruf 'E' yang sangat panjang dari mulut mereka. Bahkan ada beberapa yang melirik tajam ke arah Akira dan Halilintar.

"Apa-apaan mereka itu? Mau ngajak kelahi kayaknya" kesal Mila yang masih setia di posisi malasnya.

Melihat respon tak baik dari teman sekelasnya, Akira dan Halilintar hanya memasang muka 'masa bodo' dan tidak menganggap serius sorot tatapan itu.

Dark Blood: Apologize Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ