Bab 7: Hilang Arah

100 10 8
                                    

Halilintar terdiam. Begitu pula dengan Taufan. Halilintar yang keget melihat wajah Taufan yang tampak tak asing. Hingga membuatnya trauma sampai sekarang. Bahkan alasan itulah Halilintar tak berani mengeluarkan senjata andalannya, pedang dan tombaknya.

"Taufan..."

Buru-buru Taufan menepis tangan Halilintar dari bahunya dan langsung bergerak mundur sambil menutupi bagian wajah bawahnya, hidung sampai dagu.

"Eh, itu Hali!" seru Meyza.

"Oi, kasih tahulah kalau udah ketemu Taufan!" kesal Akira. Tapi belum sampai mereka ke tempat Halilintar, Taufan langsung menghilang saat itu juga. Hanya tersisa angin sepoy dan beberapa dedaunan kering.

"Loh, Taufan....?" Mila kebingungan. Begitu pula Akira dan Meyza. "Dia.... menghilang"

Akira yang menyadari tingkah Halilintar yang tak bergeming. Seolah habis menyaksikan sesuatu yang membuatnya terkejut. "Ada apa?"

"Ha? Apa?" Halilintar balik bertanya karena kaget.

"Kamu kayak habis liat sesuatu yang mengerikan. Dan lagi... " Akira menoleh ke sebelah Halilintar. "Harusnya di sini ada Taufan"

"Ah... " Halilintar melirik ke tempat Taufan tadi dia lihat. "Mungkin kalian salah lihat" jawabnya dengan diakhiri tawa aneh.

Tapi Akira tidak percaya begitu saja. Dia mengernyitkan dahi. Begitu pula dengan Mila dan Meyza. Seolah mereka merasa aneh dengan tingkah Halilintar seperti sedang menutupi sesuatu.

Sementara itu, di suatu hutan yang tak hijau, Taufan mendarat di sana. Dia berusaha bangun sambil menahan rasa sakitnya. Sialan! Sialan! Sialan! Sialaaaan! Harusnya gak begini! Aku cuman ingin bertemu kak Hali kenapa malah kambuh gini! Aku belum mau jadi monster seperti kalian!, batinnya Taufan berteriak. Dia menyakiti kepalanya dengan membenturkannya beberapa kali ke baru besar yang dia jadikan sandaran. Habis ini bagaimana ya? Masa aku harus sekolah besok? Bagaimana dengan kak Hali? Apakah aku akan diinterogasi? Ya iyalah, Taufan menghela napas panjang. Aku benci diriku yang seperti ini. Dasar bodoh, Taufan pun tertidur dengan bersandar di batu itu.

Tanpa dia sadari, seseorang sedang berjalan ke arahnya. Dilihat dari bayangannya, orang itu anak kecil. Lebih tepatnya lebih muda dari Taufan.

***

***

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.























Hai, I'm back!
Maaf lamaaaaa benget aku update cerita ini.

Maaf juga bab ini sedikit banget. Lagi mencoba menyusun plot cerita nya bagaimana supaya menarik dibaca.
Dan lagi, aku juga sedang melanjutkan untuk cerita yang lain. Dan juga, komik serta skripsi. Jadi lama banget upload nya. Baru sadar cerita ini nganggur berbulan-bulan. I'm sorry 🙏🏻💧

Sama seperti ceria fanfic ini, cerita yang lain juga ada gambarnya.
Tapi sedang dipersiapkan. :')

Btw, terimakasih sudah mau baca!
Kritik, saran dan komentar nya ditunggu ya! 👍🏻

Dark Blood: Apologize Où les histoires vivent. Découvrez maintenant