"Minggir lo! Biasanya juga di lantai!"

"Dingin Gyu..."

"Mane ade, udah mau musim panas ini."

"Nanti gue masuk angin kalau tiduran di lantai, apalagi lantai kamar lo pasti gak pernah disapu apalagi dipel, nanti bakteri—"

"Bacot." Beomgyu langsung menendang 'sedikit nyerempet' aset milik Jeongin, seenggaknya sahabatnya itu jadi meringkuk dan ngasih space buat sang empu kamar juga rebahan.

"Taik anjiingg," Jeongin beneran meringkuk karena megangin 'anu'-nya. Bukan karena sakit banget, tapi karena syok.

Pelakunya bodo amat, malah cengengesan.

"Lo kenapa tiba-tiba minta nginep?" tanya Beomgyu mengalihkan.

Jeongin gak langsung menjawab, mungkin masih pundung gara-gara 'anu'-nya hampir tersakiti. Sekalinya dijawab pun terkesan gak niat, "Pengen aja terus males pulang."

"Oh..." lirih Beomgyu. Melirik Jeongin yang gak menghadapnya. Sebenarnya Beomgyu juga gak asal menerima jawaban Jeongin semudah itu.

Ada sesuatu terjadi dan mereka terlalu kenal lama buat memahami satu sama lain.

Maka Beomgyu pun merubah posisinya jadi miring menghadap Jeongin. "Lo gak berantem sama nyokap lo kan?" yang dimaksud adalah ibunya Jeongin, tentu saja.

Yang ditanya langsung menoleh. "Enggaklah," jawabnya cepat. "ngapain juga berantem kalau ketemu aja jarang. Dokter kan sibuk."

Beomgyu meringis gak enak hati karenanya.

Tapi Jeongin cuman ketawa pendek dan pelan seolah itu bukan apa-apa. "Gue cuman lagi gak pengen di rumah aja. Mama ada jaga malam dan Papa lagi dinas luar—yang sebenarnya bukan hal aneh—tapi gue lagi gak pengen sendiri aja. Takut."

"Lo kan sekawan sama setan, masa' takut sama temen sendi—adoh!" Beomgyu langsung megangin wajahnya bekas dikeplak Jeongin.

"Ngapain gue takut sama setan ketika gue punya temen masih satu generasi sama setan?" sewot Jeongin. "Bukan takut parno gitu, tapi takut kalau gue sendiri jadi kepikiran banyak hal."

"Kayak punya otak aja buat mikir."

"Gue tuh mau curhat! Peka dikit napa?!" Jeongin syebel.

"OH mau CURHAT? Ya lo gak bilang! Kalau ngomong pakai mukadimah dulu makanya."

Gak tahu lah, seketika Jeongin jadi menyesal minta nginap di tempat Beomgyu.

Jeongin juga bingung. Dia tuh tahu kalau Beomgyu jarang banget bisa diajak serius, tapi dodolnya si cowok Yang itu masih aja nyari Beomgyu kalau ada apa-apa. Apakah ini yang namanya toxic relationshit?

Setelahnya, Jeongin gak ngomong apa-apa lagi. Beomgyu di sebelah juga sama. Mereka saling diam sambil melihat langit-langit kamar yang ada sarang laba-labanya.

"Kamar lo beresin napa," cetus Jeongin tiba-tiba.

"Males."

"Kalau ada Hyunjin—" ucapan Jeongin menggantung tiba-tiba.

Kepala Beomgyu menoleh menatap sahabatnya sesaat sebelum menarik wajahnya lagi kembali menatap ke atas. "Lo mau cerita apa?"

Jeongin gak langsung jawab. "Gue juga jadi bingung mau cerita apa. Rasanya cuman capek, bingung. Pengen bilang sesuatu tapi gak tahu gimana cara mulainya."

"Kalau gitu di mulai dari sekarang. Dari ketika lo gak tahu mau ngomong apa, dimulai dengan obrolan gak jelas kayak gini. Nanti lama-lama juga nyambung ke sana sendiri. Biasanya juga gitu kan?"

"Iya ya, biasanya juga gitu." Jeongin tersenyum tipis.

Kemudian mereka terdiam lagi untuk waktu yang lebih lama menikmati kesenyapan malam sampai Jeongin tiba-tiba beranjak.

"Mau pipis," Jeongin menatap si empu kamar yang merespon memutar bola matanya.

"Ya tinggal pipis, ngapain laporan? Emangnya gue komandan elu."

"Oh iya lupa, lu kan babu gue." tukas Jeongin sambil melepas jaketnya dan melemparkannya persis menghantam Beomgyu yang masih rebahan kemudian ngacir ke toilet setelah mencopet sepotong kaus dan celana pendek—punya Beomgyu—yang sempat dibuangnya tadi ke lantai.

"Pinjem baju juga, Gyu! Pinjem sabun mandi, pinjem sabun cuci muka, pinjem shampoo—" teriakkan Jeongin dari kamar mandi terputus oleh Beomgyu.

"Iye dah, pinjem aja semua! Ambil dah ambil! Makan tu ember sekalian!"

Sedangkan Beomgyu mendumel, Jeongin menyahut amarah sahabatnya dengan suara guyuran shower.

Daripada gabut dan berakhir ketiduran karena menunggu Jeongin mandi, lebih baik Beomgyu merapihkan kamarnya. Seenggaknya menjejalkan pakaiannya ke lemari dan memindahkan barang-barang di kasur seberangnya ke meja belajarnya jadi Jeongin bisa tidur di sana.

Kala Beomgyu memindahkan barang Jeongin dan menyisihkan jaketnya dari kasur, ponselnya terjatuh ke lantai. Bikin Beomgyu langsung melotot panik dan buru-buru memungutnya dan mengusapnya penuh kasih sayang.

Lecet dikit pasti pala gue potong...

Beomgyu langsung menyisihkan ponsel Jeongin ke meja. Persis dia baru meletakkannya, layarnya mendadak menyala menampilkan notifikasi pesan masuk—

—atau persisnya sebuah Direct Messenger yang buat Beomgyu termangu di tempat lebih lama.

h.hyjn203
Gak semestinya kita....
h.hyjn203
Gue juga minta maaf....
h.hyjn203
Beomgyu juga gak har....

Banyak kata yang terpotong, tapi melihat namanya disebut dan username yang nampaknya gak asing itu membuat jantung Beomgyu mendadak berdebar dan buat tubuhnya menegang seketika.


###

[9 September 2020]

Maaf di chap ini ga ada moment kapal, aku lagi kangen temen2ku ):

Click On ╏ C. Beomgyu (ON HOLD)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora