"Nah ibu mau beresin ini dulu, eneng duduk di situ aja sambil nunggu ibu selesai"

"Iya bu" jawab nya.

Thalassa mengikuti perintah ibu itu dan duduk di bangku plastik sambil menatap wanita berhijab maroon yang sedang membereskan dagangan nya.

"Ibu jualan kue?" Tanya Thalassa.

Ibu itu mengangguk. "Iya neng, mau cobain kue buatan ibu gak? Gratis kok , spesial buat neng geulis"

Thalassa agak ragu karna sebelumnya ia belum pernah mencicipi makanan pinggir jalan, ia takut tidak higienis. Tapi karna tidak enak menolak si ibu akhirnya Thalassa mengangguk.

"Mau bu"

"Sebentar ya ibu ambil dulu"

Tak lama ibu itu kembali dengan sepiring kue yang tampaknya lezat. Thalassa menerima piring tersebut sambil mnggumamkan kata trimakasih pads ibu tadi.

Thalassa dengan sedikit ragu mencicipi kue itu, kue yang belum pernah Thalassa lihat sebelumnya. Thalassa hanya tau kue-kue mahal yang sering di beli omanya.

Hingga kue itu benar-benar masuk ke dalam mulutnya, lidahnya menyesuaikan rasa baru kue itu. Awalnya memang sedikit aneh karna Thalassa belum pernah mencoba sebelumnya, tapi lama kelamaan kue itu terasa begitu lezat, tidak terlalu manis dan rasanya pas.

Thalassa kaget, ini rasa baru yang luar biasa di mulutnya. Selama enam belas tahun Thalassa hidup belum pernah mencoba kue enak seperti ini.

"Bu" panggil Thalassa.

Ibu itu menoleh pada Thalassa. "Kenapa Neng? Kuenya gak enak ya?" Tanya ibu itu.

Thalassa menggeleng. "Enggak bu, kuenya enak. Luar biasa enak. Saya mau tanya ini nama kuenya apa?"

Ibu itu terlihat senang dengan respon Thalassa, bahkan bibirnya menyunggingkan senyuman manis. "Bolu talas, neng" jawab Ibu itu.

"Talas? Itu apa?" Tanya Thalassa.

"Talas itu sejenis umbi-umbian neng, sama kayak Ubi, singkong, gitu" jawab ibu itu. "Emangnya si eneng teh gak pernah makan bolu talas ya?"

Thalassa menggeleng. "Enggak pernah bu, baru kali ini" jawabnya.

Si ibu itu mengibaskan tanganya seraya menghilangkan debu yang menempel di tanganya, kedai kue nya sudah rapih di tutup.

"Ayo neng, ibu udah selesai beres-beres nya. Maaf ya nunggu"

"Iya bu gak apa-apa"

Setelah itu mereka berdua berjalan menyusuri trotoar yang sepi, jelas saja sepi. Hari sudah sore menjelang malam.

Thalassa menatap sekitarnya, tepatnya di lampu merah. Mobil dan motor serentak berhenti kala lampu berubah berwarna merah, itu hal yang wajar dan memang sudah seharusnya begitu. Tapi yang membuat Thalassa bingung adalah sekelompok remaja yang terdiri dari tiga orang, dua laki-laki dan satu perempuan berdiri di tengah jalan. Si laki-laki berbaju hitam memainkan gitar sedangkan laki-laki satunya lagi memainkan benda seperti gendang(?) Dan si perempuan bernyanyi.

Mereka sedang apa? Pikir Thalassa.

Apa mereka tidak takut tertabrak mobil kalau lampu sudah berubah jadi hijau?

"Neng liat apa?" Tanya si ibu.

Thalassa tersentak lalu menunjuk tiga remaja yang sedang berdiri di tengah jalan. "Mereka lagi ngapain? Kok berdiri di tengah jalan?" Tanya Thalassa.

Si ibu mengangguk paham. "Itu teh ngamen neng, mereka nyanyi terus nanti kalau udah selesai mereka keluarin plastik kayak gitu tuh" tunjuk si ibu pada perempuan yang mengeluarkan plastik lalu menyodorkan nya pada para pengendara.

"Buat apa?" Tanya Thalassa.

"Mereka minta uang seikhlas nya dari para pengendara itu neng"

Thalassa melotot kaget. "Jadi berdiri di tengah jalan itu pekerjaan?" Tanya Thalassa.

"Sebenernya bukan pekerjaan neng, tapi karna ini kota besar dan sulit mencari pekerjaan, jadi mau gak kau mereka ngamen buat menuhin kebutuhan hidup mereka"

Thalassa mengangguk mengerti, ini benar-benar hal baru. Menyanyi di tengah jalan adalah sebuah pekerjaan? Lagi-lagi mata Thalassa mengarah pada tiga remaja tadi yang sudah kembali ke tepi jalan lalu ketiganya mengeluarkan uang dari plastik sambil menghitungnya. Senyum terbit di bibir ketiganya.

"Hari ini lumayan, kita bisa makan malem" ucap si laki-laki baju hitam yang masih bisa Thalassa dengar, karna memang jarak mereka tidak terlalu jauh.

"Iya, gak kelaparan lagi deh gue" jawab si perempuan.

Seraya berjalan Thalassa sekilas mendengar percakapan mereka. Mereka menyanyi di tengah jalan hanya untuk makan malam? Sedangkan dirinya? Setiap hari pelayanan di rumahnya menyediakan makan malam yang sehat dan begitu lezat tapi ia sama sekali tidak pernah menyentuhnya, dan berakhir makanan itu di buang karna tidak ada yang memakan nya. Mereka rela menahan lapar karna tidak punya uang untuk membeli makanan, sedangkan dirinya? Malah membuang-buang makanan hanya karna tidak punya selera makan.

"Neng kok ngalamun aja? Udah sampai nih di rumah ibu" ucap si ibu.

Thalassa sontak saja melihat rumah yang di tunjuk oleh ibu tadi. Rumah yang begitu sederhana. Tapi sepertinya terlihat nyaman dan terawat.

"Masuk neng, maaf ya rumahnya sempit"

Thalassa mengangguk sebagai respon atas ucapan Ibu tadi.

Thalassa masuk ke dalam rumah ibu itu dan melepaskan sepatunya, hingga hanya menyisakan kaos kaki baby blue miliknya. Sebenarnya Thalassa enggan membuka sepatunya karna di rumahnya ia tidak pernah membuka alas kaki kecuali jika ingin ke kasur. Tapi karna melihat si ibu tadi membuka sandalnya jadi Thalassa ikut membuka sepatunya.

Thalassa di persilahkan duduk seraya menunggu si ibu berganti baju. Mata bulat cantiknya itu menelisik setiap inci yang ada di ruangan ini. Rumahnya rapih meskipun kecil, ada banyak foto yang di pajang di dinding. Foto keluarga. Foto-foto itu menunjukan betapa bahagia nya keluarga kecil yang sederhana itu. Terlihat ada empat orang yang sedang tersenyum lebat di dalam foto itu. Dua orang yang Thalassa tau adalah Si ibu dan suaminya dan dua anak kecil lagi mungkin anak dari si ibu dan suaminya. Yang satu perempuan, dan yang satu lagi laki-laki. Benar-benar keluarga sempurna.

"Assalamualaikum bu, aku pulang"

Thalassa menoleh ke arah pintu di mana suara itu berasal. Thalassa menatap orang itu dari bawah sampai atas. Hingga mata mereka bertemu.

"Lo?" Ucap si cowok itu dengan nada kaget ketika melihat Thalassa.



Thalassa pun tak kalah kagetnya. "Arkan?" Gumam Thalassa.


Jadi?

Ibu baik hati tadi?



Ibunya Arkan?


Tbc.

A.n

A.n kali ini key mau bicarain soal cerita ini.

Cerita still unfair key buat karena, key lagi bener-bener berada di posisi kesepian,  banyak si temen di sekitar tapi gimana yaa.. Tetep aja hati key ngerasa kosong. sama kayak Thalassa yang kesepian dan gak punya temen buat berbagi cerita, lebih tepatnya susah buat membuka diri.

Mungkin di sini kalian benci sama sikap Thalassa yang egois,  mau menang sendiri,  sok berkuasa, jahat .  Tapi jika kalian baca dengan teliti,  kalian akan menemukan sikap Thalassa yang lain.

menurut kalian sikap Thalassa yang lain itu apa? 

Komen yawww....

Still UnfairTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon