7. Kakak ganteng gagal move on.

816 169 17
                                    

Bolivia.

Bagaimana Hyunjin tidak terkejut kala Seungmin waktu itu menyebutkan satu negara yang begitu spesifik, yang kebetulan memiliki ratusan kenangan di benak Hyunjin.

Jajaran gedung kuno dibawah naungan langit cerah, tergambar dengan jelas kala Hyunjin menyusuri kembali jalanan di salah satu kota tua di kota La Paz. Sepatu modern Hyunjin dibawa berjalan di jalur berbatu yang kanan kirinya terdapat kios-kios penjual pernak-pernik khas La Paz.

Menjadi satu-satunya orang berdarah Asia dari ratusan orang dengan ras keturunan, tidak sedikitpun membuat Hyunjin tidak nyaman. Udara Bolivia sempat menggesek kulitnya selama beberapa puluh tahun silam. Netranya menangkap gambaran-gambaran lama yang ternyata masih tercetak dengan jelas. Entah sebagai kutukan, atau sebagai berkat.

Satu rangkaian bunga di tangan Hyunjin, diletakkannya di atas tanah makam yang masih basah karena semalam hujan deras. Dia berlutut di samping makam.

"Hei. Sudah lama sekali." Hyunjin tersenyum tampan.

Tangan pucatnya mencabuti rumput liar di sana dengan teliti.

"Kau sudah terlahir kembali untuk ke 3 kalinya, lho," kata Hyunjin. Dia terkekeh pelan.

Setelah rerumputan di sekitar makam habis, tangan Hyunjin terarah untuk mengusap pelan batu nisan yang di sana terukir nama Kim Seungmin.

"Tapi yang ini, aku nggak bisa dekati." 

Hyunjin terus bercerita pada benda mati yang kini menyita seluruh sorotan matanya. Cerita-cerita singkat perihal 100 tahun terakhirnya. Yang bertemu orang-orang jelmaan si Seungmin, atau bahkan kali ini, Hyunjin bertemu dengan Kim Seungmin lagi

Sambil terus mengulas senyum yang teduh, Hyunjin berkata,

"Tahu, tidak? Sedikit banyak, aku merindukanmu."

Mengecup nisan putih di bawah satu pohon rindang yang berdiri kokoh di puncak bukit, setelahnya Hyunjin berdiri dan meninggalkan tempat itu bersama dengan angin pagi yang berhembus tenang.

***

Kuburan yang lain lagi. Kali ini, manusia yang lima belas tahun silam lepas dari genggaman Hyunjin.

Kalau dengan sesama vampir, Hyunjin cepat bosan. Mereka kuat, sama-sama berusia panjang, tidak bisa sakit dan berpemikiran cemerlang. Kalau dengan manusia, Hyunjin bisa merasakan hal yang lain itu,

perasaan takut kehilangan.

Pada dasarnya Hyunjin selalu mendapat apa yang dia inginkan, tapi hidup manusia tidak bisa semudah itu dia jaga.

Walupun, manusia juga, tak semua bisa membuat Hyunjin merasakannya.

Hanya total 3 orang, dalam 300 daur hidupnya, yang bisa menghasilkan perasaan terluka yang amat sangat, kala mereka akhirnya tidak ada lagi di sisi Hyunjin. 

Pertama, adalah Kim Seungmin yang ditemuinya di Bolivia, tahun 1900 silam. Setelah seabad membiasakan diri dengan kehidupan vampir, berkekuatan, berduit, dan bertahta. Tak ada yang Hyunjin lakukan selain bermain wanita, dulu, sampai akhirnya dia bertemu dengan manusia itu, Kim Seungmin. Yang berhasil membuatnya mempertanyakan kegunaan hidupnya. Yang berhasil merebut atensinya dari dunia. Yang berhasil membuat si pangeran Hwang berpikir, kenapa tidak dari dulu dipertemukan dengannya.

Yang kedua, adalah seorang laki-laki yang dinilai begitu mirip dengan cinta sebelumnya. Lelaki yang Hyunjin kira, adalah Seungmin yang terlahir kembali. Mulai dari wajah, intonasi berbicara, sifat, cara berjalan, bahkan sampai suara napasnya, tak ada satu pun sisi Kim Seungmin yang tidak ada di diri sosok itu. Hyunjin sempat berpikir bahwa ini memanglah takdirnya.

Yang ketiga, adalah orang terakhir. Seorang ibu manusia dengan satu anak laki-laki. Hyunjin merawat mereka selama hampir 3 tahun, sebelum sebuah kecelakaan mobil menewaskan mereka berdua. Hyunjin baru berburu rusa malam itu. Saat pulang ke rumah, yang ditemukannya hanyalah sepucuk surat bahwa ada makan malam di kulkas. Hyunjin tidak pernah diijinkan untuk menemui jenazah keduanya, entah karena apa.

Entah kenapa, dulu, Hyunjin bisa begitu lengah. Kecelakaan, bahkan yang hebat sekalipun, tidak pernah bisa membinasakan dirinya dari dunia, tapi bisa merenggut orang-orang di sekitarnya. 

Jadi hari ini, seperti yang dilakukannya setiap bulan, ia berkunjung ke rumah baru kedua kasihnya.

Luna, dan di sampingnya, Sky. Pewarna hidup Hyunjin yang selalu abu-abu. Yang diijinkan mampir sejenak, selama 1/100 hidupnya. Dua orang yang mampu menyalakan sampai tujuh sprektrum warna di kehidupan si vampir.

Seperti di makam di Boliva pagi tadi, Hyunjin membersihkan sekitar makam. Merapikannya agar terlihat bersih lagi. Luna dan Sky merupakan orang terbuang tanpa sanak saudara. Hyunjin menemukan mereka di teras pameran seni. Jatuh cinta pada pandangan pertama, kalau kata orang. Hyunjin langsung menawarkan diri untuk membantu menyokong kehidupan mereka berdua.

"Kalau boleh jujur, Luna, aku sebenernya masih tidak tahu. Apa kau benar-benar ada di bawah sini, atau malam itu hanya imajinasi. Atau malam itu kau hanya pura-pura pergi dan tidak berniat kembali."

"Setiap malam, selama lima belas tahun terakhir, aku selalu memikirkan itu. Kemungkinan-kemungkinan kalau kalian masih ada di sini. Kalau Sky mungkin masih hidup. Kalau Sky mungkin,"

"adalah orang yang saat ini terus-terusan memikatku."

***

Hai ketemu lagi di sini. 

BTW butuh kritik buat chapter ini!! Kayak maksa atau tidak ya??? dapat feelnya, tidak??? '^'

Have a good night <3

Between Bloods. // SeungjinWhere stories live. Discover now