BAB 2 Ular Sinetron Ilahi

72.3K 564 44
                                    

Terjebak Hantu Mesum (2)

Aku menggerakkan tubuhku seperti uget-uget. Pasalnya, entah gimana, tiba-tiba aku sudah terbaring di tanah, cosplay jadi pocong.

Kok bisaaa?

Ini aku masih ngelindur ape gimana coba?

Terus itu apalagi coba? 

Tepat dari arah depan, tiba-tiba muncul ular bersayap kelelawar. 

Apa cobaaa? Emang lagi syuting sinetron ilahi.

Grrrrrrrrrrrrr!

Ular sinetron ilahi tiba-tiba menyemburkan napasnya tepat ke wajahku, diikuti sama sendawaannya. 

Njir!

Bau seblak.

"Wahai anak muda! Jangan engkau bermain-main dengan dunia kami. Jangan kau anggap remeh entitas kami!" kata si ular sinetron ilahi. Cara ngomongnya persis kek orang-orang yang hidup di zaman Majapahit.

Nggak jauh dari si ular sinetron ilahi, si hantu narsis alis Kiwi duduk di dahan pohon, oncang-oncang kaki sambil makan tahu bulat.

"Kalian ini siapa sih?" Susah kali ini badan diiket kek lemper. Makin gerak malah makin kaya uget-uget.

"Hohoho! Anak muda zaman sekarang ni memang mudah sekali lupa, kebanyakan nonton vokep nampaknya. Baiklah, biar ai install lagi ingatan kao tu," kata si ular sinetron ilahi lagi.  Kali ini cara bicaranya mirip si kembar botak dari Malaysia.

Kabut putih kembali muncul dan kali ini membuatku mengantuk. Setengah sadar, ingatanku kembali ke sepekan lalu.

***

Sepekan sebelumnya, aku, Rian, dan Farhan, setuju untuk pergi menemui seorang kuncen—penjaga gunung. 

Aku dan kedua rekanku ini penasaran. Soalnya, kata Mang Yana, kuncen itu bisa menjadi mediator untuk melaksanakan pesugihan. Terus lagi, kata Mang Yana, nanti kita boleh milih siluman buat dijadikan istri—kalau yang melakukan pesugihannya laki-laki. Terus, masih kata Mang Yana juga, silumannya cauntik-cuantik banget.

Nah, singkat cerita, datanglah kami bertiga menemui sang kuncen. Ternyata semua yang dibilang Mang Yana itu enggak ada yang bohong.

Dengan uang muka 500 ribu rupiah, aku pun sudah dapat tiket untuk menjadi member pesugihan. 

Rian dan Farhan katanya mau menunggu testimoni dariku dulu. Soalnya mereka lagi bokek. Takut modalnya nggak balik.

Step demi step pun aku ikuti. Mulai dari ritual mandi kembang delapan rupa. Dipuput asap kemenyan, hingga harus makan hati ayam cemani—ini enak si.

Rentetan step ini menghabiskan waktu sepekan.

Hingga pada step terakhir, aku diminta memilih mau pesugihan lewat siluman apa. Aku memilih dengan asal, siluman semut rangrang.

Lalu pak kuncen itu pun memintaku meneteskan darah di atas materai delapan ribu. Dan semua ritual pun dianggap selesai. Aku diminta pulang dengan membawa seekor semut rangrang di peles kecil.

Sial.

Bisa-bisanya demi seekor semut rangrang aku keluar modal 500 ribu rupiah.

Karena merasa tertipu dan kesal, aku memasukkan peles berisi semut rangrang itu ke dalam freezer saat tiba di rumah, lalu ditinggal tidur.

***

Dan, ya, saat tertidur lelap, aku tiba-tiba terbangun dengan si hantu Kiwi tepat ada di depan hidungku.

"Jadi semut itu beneran siluman? Siluman semut rangrang gitu?" Aku masih tidak percaya. 

"Dan Abang hampir ajah bikin Dinda Rara meninggoy di freezer," sela Kiwi.

Jadi  siluman semut rangrang itu bahkan punya nama?

"Terus gimana?" tanyaku tanpa sadar. Kayaknya masalah bakalan datang, deh.

Kiwi melayang turun dari dahan pohon. Selembar kertas tiba-tiba muncul di tangannya.

"Seperti yang aku bilang sebelumnya, aku datang buat menagih dan menawarkan kontrak buat Abang. Karena Abang nyaris membunuh Dinda Rara, kontrak sebelumnya menjadi hangus dan Abang kena pinalti. Abang harus memberi 12 tumbal manusia setiap tahun, kalau enggak, nyawa Abang akan diambil sebagai gantinya. Dan setelah Abang meninggal, jiwa Abang akan dibawa ke dunia siluman buat kerja rodi sampai qiamat di sana."

Glek!

Aku menelan ludah.

Kok serem amat.

"Nggak ada cara lain buat bayar pinaltinya? Tumbalnya diganti curut ajah gimana?" tawarku.

"Nggak bisa!"

"Ayam deh ayam."

"Nggak!"

"Bebek?"

"Nggak!"

"Kambing atuh, ya, kambing!"

"Nggak!"

"Badak!"

"Nggaaak!"

"Bison?"

"Nggaaak, Abang! Enggak! Harus manusia." Kiwi melotot. "Ehmm, tapi katanya tim manajemen kasih satu pilihan lain buat Abang."

"Oya? Pilihan apa?"

Bersambung …. 

Ken lagi bobo

Ken lagi bobo

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Terjebak Hantu MesumWhere stories live. Discover now