9.Permintaan Elang

Start from the beginning
                                    

"Bukan, kamu salah paham. Jangan negative thinking dulu. Saya serius dan sebelumnya saya tidak pernah seserius ini sama perempuan lain. Mengingat umur saya yang sudah matang dan siap menikah saya memilih kamu untuk menjadi istri saya. Dan untuk saat ini kita bisa saling mengenal lebih dekat dulu sebelum ke jenjang yang lebih serius"

Alena tak mau mudah percaya dengan laki laki ini walaupun ia memiliki perasaan suka juga merasa senang tapi Alena berusaha untuk selektif apalagi masalah berhubungan dengan lawan jenis, ia hanya tak ingin mengalami nasib yang sama seperti mamanya dulu. Dicampakkan dan dikhianati laki laki yang begitu dicintai.

Memikirkan itu membuat rasa benci Alena pada sang ayah semakin besar, ia hanya tak menyangka laki laki nomor satu dalam hidupnya itu tega melakukan hal menjijikan dengan berselingkuh dibelakang sang mama.

Menghembuskan nafas kasar Alena menetralkan detak jantungnya yang terasa menggila, ia memijit pelipisya pelan merasakan pening yang tiba tiba datang membuat Elang yang tengah duduk disampingnya menolehkan pandangan, merasa heran juga penasaran dengan sikap yang ditunjukkan Alena saat ini.

"Saya .. saya takut dok, gak mudah untuk berkomitmen. Ada kepercayaan juga harapan disana dan saya takut dikecewakan"

Alena merasakan matanya yang mulai memanas siap meluncurkan bulir bulir bening yang akan jatuh menuruni pipinya. Entahlah ia hanya belum siap dan masih belum ikhlas menerima kepahitan yang selama ini ia lewati. Rasa sakit serta kecewa itu masih memenuhi hatinya hingga untuk berhubungan dengan laki laki ia merasa belum siap.

Elang yang merasakan keanehan pada Alena memilih menghentikan mobilnya dipinggir jalan, memfokuskan pandangannya pada perempuan cantik disampingnya. Tangannya menggenggam erat tangan Alena yang terasa dingin ia akan berusaha meyakinkan Alena bahwa mereka akan baik baik saja kedepannya.

"Saya takut dok, saya benar benar takut untuk menjalin hubungan dan rasanya saya tidak akan pernah siap"

Elang hanya diam membiarkan wanita itu menumpahkan segala keresahan yang dirasakannya.

"Pengalaman pahit yang pernah mama saya alami mengajarkan saya untuk tidak mudah percaya pada laki laki, jujur saja saya berniat tidak akan pernah jatuh cinta. Tapi saya perempuan normal yang memiliki ketertarikan dan keinginan menjalin hubungan tapi kembali lagi rasa takut itu masih memenuhi pikiran saya"

"Jadi saya harap dokter memahi perasaan saya, beri saya waktu untuk menumbuhkan kepercayaan saya pada dokter. Mungkin tidak sebentar tapi saya akan berusaha semampu saya" ucap Alena dengan nada bergetar yang berusaha perempuan itu redam.

Elang yang sedari tadi diam mulai memahami kenapa Alena selama ini tak memberikan respon berarti saat dokter yang lain berusaha untuk mendekati wanita cantik ini. Ia merasa bersyukur karena Alena masih mau berdekatan dengannya yang ia yakini saat ini hanya sebatas formalitas sesama rekan kerja. Tapi tak apa, ia akan terus berusaha untuk mendapatkan hati juga kepercayaan Alena.

Elang memang tak mengetahui hal hal apa saja yang telah perempuan itu alami, ia hanya tahu Alena adalah sosok ceria juga ramah pada semua orang. Ternyata dibalik semua itu, Alena menyimpan luka juga kecewa yang begitu dalam hingga membuatnya tak percaya pada sebuah komitmen.

Elang menarik Alena dalam pelukannya, mengusap punggung wanita itu yang bergetar karena tangis. Ia akan berusaha keras untuk memperjuangkan cintanya karena ia tidak pernah main main dengan Alena.

Setelah sedikit tenang, Elang mengurai pelukan mereka dan menghapus sisa sisa air mata pada pipi wanita itu. Mengulas senyum untuk meyakinkan Alena bahwa ia memahami dengan semua yang perempuan itu rasakan.

****

Elang memarkirkan mobilnya di halaman rumah Alena, membuka pintu mobil ia berjalan menyusul Alena yang lebih dulu masuk kerumah. Sedari tadi Elang belum berani membuka suara karena setelah menangis tadi Alena hanya diam dengan mata sembab serta wajah yang terlihat murung.

Liku KehidupanWhere stories live. Discover now