1. Mellifluous (1)

15 0 0
                                    

Tes tes tes tes

Ah kenapa tiba-tiba hujan

"kak?"

"eh iya, maaf saya melamun, berapa?"

"semuanya 129.950"

"ini 130.000, kembaliannya ambil saja"

"baik, terima kasih" penjaga kasir itu mengambil uangku sambil tersenyum paksa.

Sepertinya aku terlalu meremehkan ramalan cuaca, apa aku berlari saja? Toh jarak ke rumahku hanya 100m dari sini.

Perlahan aku berjalan di tengah hujan, sambil menikmati suara hujan yang jatuh, aku melangkahkan kakiku hingga tiba di depan rumah.

Sambil berusaha membuka pintu, aku mengedarkan pandanganku pada sudut rumah, dan terlihat sosok mencurigakan, seorang pria dengan pakaian serba hitam.

Siapa pria itu, sepertinya dia kehujanan, apa aku suruh dia masuk saja?

Tapi siapa yang tahu dia orang jahat atau bukan, sebaiknya aku tidak sembarangan membawa orang asing masuk ke dalam rumahku.

Aku segera masuk ke dalam rumah tanpa memperdulikan pria itu, tapi aku yang penasaran hanya bisa memperhatikannya lewat jendela. Tanpa sadar, tiba-tiba aku membuka pintu.

"apa kamu mau menunggu di dalam sampai hujannya reda?"

Seketika pria itu terkejut dan menatapku.

"apa kamu punya sup hangat?"

Dasar, bukannya membayar untuk tawaranku, dia malah berani meminta makanan, oke anggap saja ini sedekah.

"ya, tentu saja, silahkan masuk"

Tanpa basa-basi pria itu langsung masuk ke rumahku. Untuk berjaga-jaga, aku membiarkan pintunya terbuka.

"kamu bisa menyeka air hujan di wajahmu dnegan handuk ini" ucapku sambil memberikan sebuah handuk padanya, dan dia hanya mengangguk.

"supnya sedang aku panaskan, jadi kamu harus tunggu sebentar"

"hmm"

Apa dia tidak bisa bicara? Dari tadi hanya mengangguk saja, minimal ucapkan terima kasih dong.

"kenapa menatapku? Apa ada sesuatu di wajahku?"

"ah tidak, siapa yang menatapmu? Aku hanya melihat jam dinding yang ada di belakangmu" ucapku mengelak tuduhannya.

"tunggu disini sebentar, aku akan mengambilkanmu sup"

"baik"

Dasar, cara bicaranya dingin sekali.

Aku segera mengambil sup di dapur dan membawanya kembali ke meja makan, dan menghidangkan sup itu untuk orang yang tidak dikenal.

Apa-apaan ini, aku terlihat seperti pemban... tidak! Ini sedekah.

"ini supnya, silahkan dimakan, aku tidak tahu bagaimana seleramu, tapi aku jamin sup ini sangat enak" ucapku sambil tersenyum ramah.

"Ya"

Ya? Hanya ya? Dasar!

Pria itu langsung memegang sendok dan memakan supku, ia terlihat sangat menikmatinya.

"ini pertama kalinya aku membiarkan orang asing masuk ke rumahku, aku bahkan memberikan semangkuk supku yang berharga" aku berbicara sendiri, tanpa respon darinya.

"apakah seenak itu? Sampai kamu terus memakan sup itu tanpa melihatku?"

"bukankah orang yang lapar akan makan dengan lahap tanpa peduli bagaimana rasanya?"

"hei apa maksudmu itu? Jadi kamu memakan supku karena lapar? Bukan karena enak?"

"iya"

"hei!"

"tapi ini lumayan enak"

Dasar, apa-apaan itu. Tapi dia makan dengan lahap sekali, sepertinya masakanku memang enak.

"aku sudah selesai makan, aku letakkan disini saja ya"

"wah dasar, harusnya kamu langsung mencucinya kan?"

"tanganku terlalu berharga untuk sekadar mencuci piring"

"wah tamu yang sopan sekali ya" ucapku sambil menunjukkan senyum terbaikku.

"kenapa pintunya dibiarkan terbuka? Kamu pikir aku orang jahat?"

"iya"

"kamu benar-benar tidak mengenaliku ya?"

"ha? Kita kenal?"

"hmm kalau begitu kita kenalan saja, nama kamu siapa?"

"aku? Aku bulan. Kamu?"

"dasar bodoh, untuk apa aku memberitahu namaku pada orang asing?"

Wah apa-apaan pria ini, sangat tidak sopan, wajah tampannya itu sangat sia-sia.

Pria yang tidak kuketahui namanya itu, mengedarkan pandangannya pada setiap sudut rumahku.

"kamu suka bulan? Lengkap sekali ya koleksimu, lampu berbentuk bulan, poster bulan, karpet bulan, miniatur bulan, bahkan ada foto bulan super besar, niat sekali."

"tentu saja, aku sangat menyukai bulan, kalo bisa aku mau ke sana." Ucapku sambil menatap ke luar jendela.

"hujannya sudah berhenti"

"kamu sedang mengusirku secara halus ya?"

"tidak, aku cuma..."

"aku harus pergi sekarang, terima kasih makanannya, kalau ketemu lagi, aku akan memberikan sesuatu sebagai ucapan terima kasih."

"lebih baik tidak usah betemu lagi" ucapku sambil tersenyum dan mempersilahkannya keluar.

"jangan begitu, aku yakin kita akan segera bertemu" jawabnya sambil pergi meninggalkan rumahku.

Aku segera menutup pintu dan merebahkan tubuhku di kasur.

hari ini terasa panjang sekali, sepertinya dia bukan orang jahat, tapi memang lebih baik tidak usah bertemu lagi.

Kapan aku bisa ke bulan?

Tanpa sadar, aku tertidur.

*bulan~

bulanku yang cantik~

aku sangat merindukanmu~*

sepertinya ada yang menelpon, tapi aku terlalu malas untuk mengangkatnya.

***
Halo... Terima kasih sudah membaca, ini adalah cerita pertama yang aku tulis sendiri, mohon berikan kritik dan sarannya:)

Kembali ke BulanWhere stories live. Discover now