Chapter 9

13.8K 2.1K 202
                                        


Tidak pernah ada di bayangan Donghyuck kalau ia akan duduk berdua bersama Mark Lee sambil menikmati wafel kesukaannya. Sekitar satu bulan yang lalu, Donghyuck bahkan tidak berani untuk berbicara dengan kakak kelasnya itu dan hanya menguntitnya diam-diam kemana-mana.


Setelah makin sering menghabiskan waktu bersama, Donghyuck malah sering lupa niatnya untuk mencari tau rahasia kesempurnaan Mark. Maksudnya, Donghyuck jadi makin atentif dan merasa Mark sebenarnya tidak sesempurna itu. Mark bisa lupa membawa dompetnya dari mobil saat mau membeli makanan di minimarket, Mark juga bisa kelelahan saat latihan badminton terlalu lama, Mark juga punya selera yang aneh karena dia membeli es krim saat cuaca masih dingin.


Donghyuck jadi berpikir, mungkin saja kan semua keberhasilan Mark memang hasil kerja kerasnya?


Atau... Tidak?


"Kau tidak pakai sirup cokelatnya?" pertanyaan dari Mark memecah lamunan Donghyuck.


"Tidak," jawab Donghyuck sambil mengoles-oles wafelnya dengan pisau plastiknya, "aku lebih suka pakai sirup maple."


"Kau mau?" Donghyuck menyodorkan wadah kecil yang berisi sirup cokelat yang disediakan.


"Ah, tidak," Mark menolak.


"Aku dulu sering membawa pulang sirup maple dari Kanada," ucap Mark tiba-tiba, "dan Nenek suka memasak pai maple untukku setiap Hari Natal."


Donghyuck terdiam mendengarnya, ini kali pertama Mark bercerita tentang sesuatu yang agak personal tentang dirinya.


"Kau tau aku pernah tinggal di Kanada, kan?" Mark mengangkat sebelah alisnya.


"I-iya," Donghyuck mengangguk. Tentu saja aku tau, batinnya, bahkan nama sekolahmu di sana saja aku tau. Tapi Donghyuck tidak mengutarakannya langsung, bisa-bisa dia dicap creepy stalker oleh Mark.


"Apa nenekmu sakit parah?" tanya Donghyuck dengan hati-hati.


Mark mengangguk sedih, "Nenek sudah lama tidak memasak untukku."


"Oh, aku harap beliau cepat sembuh," gumam Donghyuck sambil mengunyah wafelnya, "aku tidak pernah tau rasa masakan nenekku karena keduanya sudah meninggal saat aku kecil, tapi mamaku sering memasakkan resep milik Nenek."


"Itu bagus," jawab Mark, "aku berharap aku bisa memasak hingga tidak perlu memesan makanan cepat saji hampir tiap hari."


Donghyuck tertawa kecil, "aku bisa mengajarimu kalau kau mau." Sedetik setelah mengatakan itu, Donghyuck baru menyadari kata-kata yang keluar dari mulutnya. Kenapa kau mengatakan itu, bodoh! Kepalanya serasa digetok palu.


Tapi di luar ekspetasinya, Mark menjawab, "tentu saja boleh!"


Time Controller | MarkHyuckWhere stories live. Discover now