Satu : Semua Berawal dari Sini

389 43 0
                                    

Trian Daraga.

Apa yang kalian bayangkan ketika mendengar nama itu?

Seorang yang santun? Sopan? Berpikiran luas? Memiliki kepribadian yang baik? Oh, nggak! Lebih baik buang jauh pikiran itu!

Trian itu seorang cowok playboy. Wajahnya bisa tegas dan bisa lembut juga, perpaduan antara iblis dan malaikat. Seperti memiliki dua kepribadian.

Trian bisa ramah kalau ada maunya, bisa berubah kejam saat ada yang menolak perintahnya. Tetapi sampai sekarang ini nggak ada yang bisa menolak perintah seorang Trian, kecuali sahabat karibnya.

Bulan ini Trian sudah berganti pasangan sebanyak tiga puluh kali. Dia memberikan kesempatan sehari saja bagi cewek-cewek yang mengidolakannya. Paling terbuai saat melihat cewek berambut panjang. Dan paling anti dengan cewek berambut pendek.

“Trian, ada yang mau ngedaftar nih.” Alfa menunjukkan salah satu foto yang didapatnya. Dia adalah teman terbaik Trian. Cukup berkharisma juga, memiliki alis tebal. Hanya saja seleranya nggak sama dengan sang sahabat. Dia lebih menyukai cewek sederhana.

Trian melirik pelan pada foto itu. Gambar seorang cewek manis terpampang indah. Giginya mirip kelinci, berhidung mancung, dan bibirnya merah alami.

“Nggak, ah!” ucap Trian malas. Pada akhirnya ia didatangi kejenuhan.

“Lho? Kenapa? Nih cewek cantik banget.”

“Tiba-tiba gue nggak bernafsu lagi.”

Alfa mengangguk mengerti. Dia mengeluarkan ponsel dan memperlihatkan lagi beberapa foto cewek yang baru saja mendaftar. Pekerjaan Alfa adalah mengumpulkan cewek yang ingin disandingkan dengan Trian. Diam-diam memasang tarif untuk biaya pendaftaran. Hitung-hitung sebagai jajannya bersama sang pacar.

“Kalau yang ini gimana? Cantik banget, lho.”

Kali ini Trian nggak melirik lagi. Dia menguap dan menyandarkan kepala di bagian belakang kursi. Mata tajamnya tertutup rapat. Alfa jadi bete, pasalnya dia sudah mendapat uang pendaftaran.

Apa jadianya kalau Trian nggak mau? Alfa harus bilang apa? Membatalkannya? Memberikan uang yang cukup banyak itu?

Come on, man….” Alfa mulai merayu.

“Gue bosan sama mereka, sama sekali nggak berkelas. Repotin! Gue udah capek!”

“Emang lo ngapain aja sama mereka?”

“Tanya aja langsung.”

Alfa memiringkan kepala, berpikir. “Ngapain, ya?”

Trian mendengus. “Masa gue disuruh buat nikahin? Ogah! Sok cantikan lagi!”

“Kan bagus, bro.”

“Bagus apanya, bego? Gue yang repot!”

“Cuma jalan sejam doang, kok! Repot apanya? Lo kan, suka sama cewek cantik. Gratis lagi.”

Trian menggeleng tegas. Ia pun menawarkan sesuatu yang sangat indah—bagi remaja mines akhlak. “Pulang yuk!”

“Bolos?” Alfa membulatkan mata. Butuh dua pelajaran lagi sebelum bel pulang berbunyi.

“Napa? Lo takut sama Keke?”

Alfa nyengir. Kalimat yang dilontarkan Trian nggak salah lagi. Alfa itu tipe cowok yang takut dengan pasangan. Dia nggak mau menghancurkan hubungan yang dijaganya dengan baik itu. Keke terkadang memutuskan secara sepihak kalau lagi ngambek.

“Jangan karena dia galak lo jadi takut sama dia.”

“Bukan gitu, tapi gue sayang banget sama dia, tahu!”

My Name is Trian, I Was Bad Boy [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang