-ˏˋ O5 - tudung lembayung ˊˎ-

Start from the beginning
                                    

        "Jadi, silakan kalian tentukan sendiri cara untuk mendapat kesepakatan siapa yang akan menjadi ketua PSHT. Bicarakan baik-baik, jangan berebut hingga tersulut emosi, apalagi sampai berkelahi."

        "Saya beri waktu kalian tiga bulan untuk memutuskan. Untuk sementara, saya akan menunjuk anggota lama sebagai ketua."

        Senyap, meski tak lama. Apa yang telah dijabarkan Yodha memang benar adanya. Hanya saja, ketika ruang pikir mereka baru mau menjelajah, seorang pemuda yang terlihat agak lebih tua dibanding mereka, singgah tiba-tiba. Menyanggah raga tepat di samping Yodha.

        "Di sini, posisi saya sebagai pembina. Kalau kalian bertanya siapa yang akan melatih kalian, ini yang akan melatih kalian. Anak saya. Sekalian saya juga mau pamit. Dia yang akan menjutkan pembicaraan hari ini."

        "Nama saya Agian Wilalung Salasa. Silakan kalian panggil saya Kak Gian, Bang Gian, atau Mas Gian. Terserah. Usia kita cuma selisih 3 tahun, jadi jangan panggil saya Pak."

        Perkenalan yang sudah apik Gian lontarkan malah tak mendapat balasan. Yang Gian tangkap, mereka sudah tak mau kembali mendengar ulasan perihal apa yang telah mereka lakukan. Yodha menepuk pundak putra semata wayangnya lalu bergegas meninggalkan. Memberi waktu untuk mngakrabkan. Jua memberi isyarat agar dikuatkan.

        "Kenapa diam? Langsung didiskusikan saja yang sudah disampaikan sama beliau. Saya menyimak, atau memberi saran kalau memang diperlukan."

        Mereka menganggukkan kepala. Kembali diam memikirkan cara. Agak lama. 

        "Barang siapa yang berhasil nahan perasaannya sampai kelas tiga, dia yang jadi ketua. Karena, jadi ketua bukan hanya kuat fisik, tapi hati juga."

        Tutur rosa milik bibir bersudut luka menggema ke seluruh sudut Batavia. Antara bernapas dengan rakus selepas Atres memproklamasikan peraturan. Bukannya ia marah tak beralasan. Pemuda itu. . . . Antara, sudah memiliki pemudi untuk diagungkan. Walau memang mereka belum menjalin hubungan. Belum kunjung jua ia mengungkapkan perasaan, pemuda itu malah seakan memberi perintah untuk segera melupakan. Namun, sebelum kalimat sanggahan Antara didengar Batavia, semesta terlanjur memberi izin atas saran milik Satresna.

        Sore itu, di tudung lembayung senja Batavia, dengan konglomerasi burung gereja sebagai saksinya, telah terjadi larangan jatuh cinta.

        "Kenapa harus sampai kelas tiga? Bukannya empat bulan lagi semester satu selesai? Kita nggak harus selama itu buat nahan perasaan Tres," sanggah Andaru yang sempat berpikir dahulu.

        "Ketua juga bisa lengser. Kalau lo nanti jadi ketua, tapi lo malah jatuh cinta. Lo harus siap buat nyerahin jabatan ketua," jelasnya.

        "Oke, setuju."

        Semesta, sebenarnya siapa yang mereka tipu? Dua dari tujuh pemuda itu sudah gugur. Bahkan, jauh sebelum bendera perang perasaan dikibarkan, tanpa perlu memikirkan cara mempertahankan.

        "Hati-hati, jangan terlalu berambisi. Apalagi, urusannya sama hati." Gian menatap satu persatu pemuda di hadapannya sedikit tak percaya. Bagaimanapun, jatuh cinta adalah perasa dari masa remaja. Getir maupun adun, setidaknya sandiwara itu mampu diurai jadi cerita. Pertiwi, mungkin pemuda di hadapan Gian mencoba menyurutkan biografi patah hati miliknya nanti. Kalau itu, Gian bisa mengerti. Tapi, bukannya patah itu selalu ada di setiap arah? Kalau tidak, mana mungkin semesta mencipta kata "Menyerah"?

        "Maksud lo apa Bang?" tanya Antara.

        Agian menggeleng kepala pelan. "Enggak, semoga berhasil. Minggu depan, kita mulai latihan. Bisa kan?"

        Tujuh pemuda itu saling bertatapan. Kemudian, mengangguk di waktu bersamaan. Cukup kompak, pikir Gian menyimpulkan. Lebih-lebih kala gawai mereka menderingkan pesan. Gian yakin kalau hubungan mereka tak sejauh yang orang-orang pikirkan. Memang sebuah kejutan.

        "KAK LYAN UDAH PULANG KE INDONESIA!" teriak Biyas, senyumnya tercetak jelas. Seperti ada bahagia yang akan selalu membekas. Mereka bersegera berlari meninggalkan Gian sendirian. Seperti sedang mengejar keberuntungan. Begitu cepat, selayak kilat. Sedang Gian masih termenung mengingat asma tadi cukup akrab.

        "Lyan."

        LYANDARI, kata Pertiwi dia dewi yang semesta buat dari hal-hal yang tujuh pemuda itu sukai. Hobinya unjuk gigi. Peduli adalah makana sehari-hari. Pertiwi, bagaimana bisa ada makhluk sebaik ini?

 Pertiwi, bagaimana bisa ada makhluk sebaik ini?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

note ::

INI JELEK BANGET HUHUHU.
HANA KAKU BANGET NGGAK
NULIS SATU BULAN YA ALLAH.

SUGENG RAWUH!1!1!1!

ngeship mereka gara-gara lihatthe untamed sama the romance of tiger and rose selama quarantine :) jadi, pas banget hana lagi butuh cast

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


ngeship mereka gara-gara lihat
the untamed sama the romance
of tiger and rose selama quarantine :)
jadi, pas banget hana lagi butuh cast.

SIAPAPUN, TOLONG BIARIN MEREKA
MAIN SATU DRAMA HUHUHUHUHU.

btw, hana open RP buat cast diatas.
silakan hubungi hana di dm kalau
berminat, terima kasih! ♡♡♡♡♡♡

gian account : @salggianw_
lyan account : @nalyaandari

ah iya, kalau kalian rindu sama
salah satu cerita hana, tanya saja ya?
biar hana tau, apa masih ada yang
menunggu atau sudah tak perlu.

©DE-HANA
🐧🐧🐧🐧🐧

GUGUR SELINDUNGWhere stories live. Discover now