Broken home

67 14 6
                                    

"Bi, ayah sama bunda dimana?"

"Non Alya yang sabar ya non,"

"Me-mereka gak kenapa napa kan bi hiks," air mata gua udah gak bisa di bendung lagi, tangan gua gemeter megang tangan bi Ina.

"Nyonya tadi di rawat sebentar terus ngurus surat perceraian sama tuan besar,"

Jder

Hati gua sakit, gua berharap ini cuman mimpi tapi ini kenyataan.

"Kenapa mereka hiks hiks jahat banget sama Alya bi hiks apa mereka udah gak peduli sama Alya lagi?"

"Non Alya gak boleh bilang gitu, tuan sama nyonya masih sayang sama non Alya," bi Ina mengelus punggung ku.

Tangisan gua pecah, hati gua sakit, rasanya pengen mati aja. Saat gua udah sembuh dan balik ke rumah, disana ada ayah sama bunda, gua seneng disitu karna gua pikir mereka gak jadi cerai tapi kenyataannya berbeda.

"Alya, kamu harus pilih mau tinggal sama ayah atau wanita gak tau diri itu," sambil menunjuk bunda.

"Siapa yang kamu maksud wanita gak tau diri hah!?" Gua sedih disana hati gua udah hancur, mereka bertengkar lagi.

"Ternyata ayah sama bunda udah gak sayang lagi sama Alya, lebih baik Alya pergi dari sini, Alya lebih milih sendiri aja," gua langsung lari dari rumah, gua bisa lihat mereka manggil gua tapi, gua udah gak peduli dan gua bisa lihat mereka saling menyalahkan atas kepergian gua, tangisan gua kembali pecah.

Gua udah bawa koper beserta uang yang cuman cukup untuk makan dua minggu juga handphone, disana gua bingung harus gimana karna di sekitar sini gak ada rumah saudara gua.

Gua menemukan jembatan yang membentang di atas sungai.

"Kayaknya dari pada gua bikin orang susah lebih baik gua mati aja," gua berlari ke arah jembatan itu lalu naik ke pembatas jembatan dan berdiri di sana.

"Selamat tinggal dunia," gua pun loncat dari jembatan itu.

Greb

Seseorang memeluk gua dari belakang, "UDAH GILA YA!" Ucap cowok itu sambil mengguncang tubuh gua.

"Ma-maaf hiks," dia bergerak memeluk gua.

"Sorry, aku gak bermaksud buat ngebentak, jangan lakuin itu lagi ya,"

"Gue itu gak guna, nyusahin orang, bikin hidup orang berantakan, lebih gua mati aja!"

"Hidup lah demi satu orang, demi aku aja ya plis,"

Tangisan gak bisa gua bendung lagi, gua menangis dipelukannya gak peduli siapa dia,  dia pakai masker jadinya gak tau dia siapa. Dia gak nanya apapun atas semua ini seakan akan mengerti kalau gua butuh pelampiasan, dia hanya mengusap punggung juga kepala gua dan membiarkan gua menangis.

"Demi gue, jangan tinggalin gue ya, jangan kayak tadi lagi plis,"

"Tapi gue gak berhak hidup,"

Dia melepaskan pelukannya dan memegang bahu ku lalu menatap mataku dalam.

"Lo berhak hidup, semua orang berhak hidup, tuhan adil sama hambanya,"

"Makasih lo udah care sama gue,"

"Yaudah lo gua anterin ke hotel deket sini gimana?"

"Hmm oke,"

***

"Nah udah sampe, yuk turun,"

Kring kring

"Ya Halo?"

Alya & AldiWhere stories live. Discover now